Adit sibuk memeriksa tumpukan dokumen di atas meja kerjanya, seketika pintunya terbuka lalu seseorang masuk ke dalam ruangannya. Adit yang sedang menunduk seketika mendongak begitu mendengar seseorang yang masuk ke ruangannya, senyumnya seketika berubah menjadi datar ketika melihat pria tinggi dengan stelan sama sepertinya. Tanpa permisi pria itu duduk di depannya dengan wajah yang menunjukkan senyum congaknya.
"Kenapa? Kau sedang menunggu seseorang? Dan seseorang itu bukan aku?" tebak Ardan dengan senyum miringnya, sedangkan Adit hanya bisa mendengus sebagai jawaban.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Ardan menghela napasnya mendengar ucapan sahabatnya itu yang tidak berubah saama sekali, selalu to the poin. Ardan melemparkan sebuah undangan berwarna silver dari dalam saku jasnya ke atas meja membuat Adit mengangkat alisnya tinggi.
"Reuni SMA. Jangan lupa kau harus hadir."
"Hn."
Ardan menatap Adit dengan pandangan yang sulit di artikan, sebenarnya ada sesuatu yang mengganggunya. Dara, kekasihnya itu meminta dirinya untuk bertanya soal kesibukan Adit akhir-akhir ini. Dia tidak pernah melihat lagi Adit menjemput Tita di kampus, bahkan gadisnya selalu bingung dengan alasan-alasan Tita jika di ajak untuk kencan bersama. Maka dari itu lah dirinya berada di sini, untuk menanyakan hal ini kepada Adit sekaligus untuk memberikan undangan dari temannya.
"Kau sibuk?" tanya Ardan yang melihat Adit kembali menekuni kertas-kertas di atas meja.
"Hn." dan lagi-lagi deheman dari Adit sebagai jawaban.
"Ck sesibuk itu kah sampai-sampai kau jarang mejemput Tita? Dan jarang berkencan dengannya?
Adit mendongak menatap Ardan dengan pandangan tidak suka.
"Bukan urusanmu."
"Hei setidaknya kau menjemput dia sekali-kali, kau bahkan tidak hadir saat Mas Tara menikah minggu lalu."
Perkataan Ardan seketika membuatnya tersadar, pantas saja dirinya akhir-akhir ini seperti melupakan sesuatu namun dirinya bingung dia melupakan apa. Ternyata dia melupakan janjinya untuk datang pada acara keluarga Tita dan dia bahkan tidak memberi kabar apa-apa pada wanita itu. Dia menghela napasnya, kedatangan Rani yang tiba-tiba membuat dirinya melupakan keberadaan Tita yang telah menemaninya selama empat tahun terakhir ini.
"Kalau begitu aku pergi, jangan lupa kau harus datang."
Ardan kemudian beranjak dari duduknya lalu berjalan meninggalkan ruangan Adit.
_
_
_
_
_Tita mengerutkan keningnya dalam melihat Adit yang berdiri di depan kampusnya, ia lalu mengecek ponselnya namun tidak ada notifikasi apa-apa dari Adit. Biasanya pria itu selalu memberinya kabar terlebih dahulu untuk menemuinya namun sekarang sepertinya tidak. Ketika orang lain sibuk bekerja dengan gelar s1 nya Tita lebih memilih untuk kembali kuliah untuk meneruskan s2 nya. Bukannya dia tidak ingin bekerja, hanya saja belum saatnya. Dia tidak ingin berdiri di samping Adit dengan tidak pantas, maka dari itu lah dirinya memantaskan diri untuk seperti Adit. Yang cerdas, dan bisa bekerja dengan posisi yang bagus agar tidak memalukan Adit.
Meskipun rasa kesal karena Adit tidak memberinya kabar belakangan ini, namun melihat Adit yang tanpa kabar berdiri menunggunya di depan kampus membuat perasaan kesal Tita menghilang begitu saja.
"Mm maaf aku tidak tahu kalau kau menungguku."
Adit hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil di ikuti Tita. Awalnya Tita merasa canggung saat di dalam mobil akibat akhir-akhir ini tidak ada interaksi diantara keduanya. Namun Tita adalah Tita jika dirinya tidak bersuara dan diam saja di dalam mobil maka dia sedang sakit. Tapi sekarang dia sedang tidak sakit dan dirinya gatal untuk bersuara, meminta Adit untuk berbicara duluan pun percuma. Dengan berdehem menstabilkan suaranya yang tiba-tiba kering, ia gugup berhadapan dengan Adit. Padahal dirinya sudah lama bersama Adit tapi tetap saja dirinya merasa gugup dan selalu merasa tidak percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlsfriend's best Friend
RomanceShortstorry Tita benar-benar tidak mengerti arti dirinya bagi Adit. Cowok kaku, irit bicara, dewasa, yang sialnya begitu dicintai olehnya. Adit selalu menomor dua-kannya dengan Rani 'sahabat' cowoknya. Bukan sekali dua kali Adit melupakan janjinya...