zia

52 0 0
                                    

"dia demam tinggi" dia lalu berjalan ke laci mencari plester kompres setelah ketemu lalu membukanya dan menaruhkan ke dahi sang adik.

"Malam dan maaf"

Hari ini adalah hari Minggu dan sekarang di kamar zia ada dia yang masih tertidur padahal sudah jam 7 pagi.
Matanya membuka secara perlahan,

"Jam 7 laper tapi" zia lalu membuka pintu pelan turun menuju dapur saat sampai dapur di menggambil segelas air hangat dan roti memakannya di meja makan. Bahkan zia tidak sadar kalau sudah diperhatikan dari tadi bahkan sejak turun tangga tadi oleh geng aqsas dan thali. 

Tok tok tok

"Sebentar" ujar thalia lalu membuka pintu  ada Dokter deran dibalik pintu tersebut.

"Eh ada dokter deran, masuk ayo dok" ujar thalia tersenyum manis sambil mempersilakan dokter masuk

"Zianya ada dirumah gak thalia?" Tanya dokter deran

"Oh Zia ada di meja makan tadi sarapan kayaknya sih" ujar thalia sambil menggaruk tengkuknya karena kurang yakin dengan jawabannya sendiri.

"Kalau gitu saya ijin ke temu zia dulu" ujar dokter

"Mau thalia panggil aja gimana dok? Oh ya kenapa cari zia ? Zia sakit? Sakit apa dok?"  Tanya thalia bertubi tubi.

"Gak saya ada urusan dengan zia saja, kalau begitu saya permisi dulu" ujar dokter setelah diangguki oleh thalia dokter langsung melangkahkan menuju meja makan yang disana masih ada zia makan roti dan menggenggam gelas berisi air.

"Pagi zia" ujar dokter lalu duduk di sebelah zia.

Zia yang merasa ada pergerakan di sampingnnya melihat siapa yang ada disampingnya dengan tatapan tidak ada semangat hidup, lalu memakan kembali roti tersebut. Dokter yang merasa diabaikan pun hanya melihat zia makan dengan tenang sampai zia selesai makan dan minum air sampai tandas.

Zia lalu berdiri dan kembali menuju ke kamarnya, dokter yang selalu mengikuti zia dari belakang sampai di depan kamar zia tertutup pintu kamarnya.

"Zia, bolehkan dokter masuk, ada yang dokter bicarakan" zia yang mendengar lalu membuka pintu dan mempersilakan dokter masuk dengan cara membuka pintu lebar lebar dan menunggu dokter masuk lalu meninggalkan pintu tanpa di tutup, lalu menuju meja belajar, kembali naik ke kasur lalu memeluk boneka.

"Ada apa" ujar zia sambil memiringkan kepalanya

"Boleh dokter periksa dahulu" ujar dokter deran sambil mengeluarkan alat alatnya.

"Zia gak sakit kenapa harus di periksa" ujar zia
"Siapa yang kasih tau Dora kalau zia sakit?"

"Bara"

"Zia udah sembuh jadi gak perluh di periksa" ujar zia sambil menarik selimut sampai atas kepalanya.

Dora yang melihat hanya bisa menghela nafas pelan .

"Gimana deran" ujar bara sambil memasuki kamar zia

"Lihat sendiri dia" ujar dokter deran menunjuk zia

"Zia" ucap bara
Hmmm
"Zia diperiksa dulu oke, nanti kalau mau tidur lagi boleh kok" ujar bara lembut lalu menarik selimut zia pelan, tanpa ada lawanan dari Zia bara tersenyum ternyata cukup mudah untuk membujuk Zia.

Mata zia bahkan tidak berhenti menatap pergerakan dora. Dora menatap zia, zi balik menatap Dora

"Kenapa" nada zia yang datar
yang hanya dibalas gelengan lalu tersenyum manis oleh Dora.

Zia yang melihat hanya datar tak ada reaksi apapun, bahkan senyum Dora Zia melihat seperti meremehkannya, bara yang melihat plester semalam masih menempel di kening Zia dia berinisiatif mengganti plester tersebut. Saat tangan bara menyentuh dahi Zia, Zia yang kaget dengan refleks menusuk tangan bara dengan bolpoin yang tadi di ambil di meja belajar.

Aau

Bara yang kaget dengan dengan tingkah Zia bahkan dokter deran pun langsung menarik tangan bara, dokter melihat tatapan Zia mempertahankan dirinya.

Zia menurunkan bolpoin tersebut, lalu menyentuh dahinya dan melepaskan plester kompres yang ada di dahinya.

"Ini" ujar zia sambil menyerahkan plester ke bara, bara yang melihat lalu mengambil plester dan mengambil plester baru yang ada di laci.

" Zia bisa pakai sendiri kok" ucap zia lalu sambil menatap bara, lalu menyerahkan plester tersebut ke zia setelah memakainya, bara lalu membuang plester tadi ketempat sampah.

"Bang bara Zia minta maaf, bukan maksud zia buat nyakitin Abang" ucap zi menyesal karena kejadian tadi
"Zia tadi reflek kok beneran deh bang" diakhiri senyum.

"Zia" ucap Dora
" Iya kenapa " tanya zia
"Mau cerita sesuatu?" Tanya Dora , yang hanya di balas gelengan oleh zia sambil menatap datar ke arah Dora.

"Zia" ucap bara
"Zia kalau ada masalah cerita sama Abang, siapa tau Abang bisa bantu oke" ujar bara diakhiri senyum dan mengelus rambut Zia namun direspon dengan menghindari tangan bara dan dibalas anggukan cepat oleh zia.

" Zia mau tidur dulu, masih ngantuk " ujar zia sambil menguap yang hanya dibalas anggukan lalu pergi dari kamar zia tak lupa menutup pintu, Zia yang melihat pun langsung menghela nafas panjang seakan tadi seseorang yang yang harus dihindari.

"Gila kalau kayak gini ceritanya malah tambah memperbesar masalahnya, sedangkan gue gak pengen, cuma pengen tidur, makan, mandi, plus duit mengalir terus"
"Dan bisa bisanya ini tubuh punya penyakit, trauma gue malah ikut gak ditinggal aja, heran gue"

"Kalau diinget inget bipa bilang Zia punya temen yang namanya gak sesuai di waktu itu kok bisa"
"Dahlah yang penting gue masih punya kesempatan buat ini keluarga"

Setelah Zia bicara panjang lebar akhirnya dia minum obat lalu tidur.

"Dia memiliki trauma tapi aku belum bisa memastikan trauma apa yang Zia miliki, kalau mendengar dari ceritamu tadi seperti penculikan kalau tidak pelecehan" ujar Dora sambil duduk di salah satu kursi dan mengambil minuman yang ada di meja setelah mendengar cerita dari bara.

"Terus apa traumanya bisa disembuhkan, apa traumanya parah" tanya bara

"Bisa, soal parah atau tidaknya tergantung Zia bisa tidaknya melawan rasa traumanya itu sendiri"


"Bang Niken, tadi thalia liat ada tas cantik di mall waktu sama temen thalia tadi, thalia boleh beli gak?" Tanya thalia

"Boleh kok, besok sehabis sekolah beli oke" ujar Niken

" Yeeay makasih bang Niken" ujar thalia sambil memeluk Niken.

"Sekalian Zia gimana bang?" Tanya thalia

"Zia kenapa, diajak"
"Ih Abang gak boleh gitu ya Zia itu saudaranya Abang tau" ujar thalia yang kesal lalu memukul lengan Niken

"Aduh duh sakit thalia"
"Makanya jangan kayak gitu lagi, thalia gak suka" ujarnya lalu memalingkan wajah kesamping

"Iya deh iya, nanti ajak Zia juga oke, udah dong ngambeknya nanti Abang beliin strawberry deh gimana?" Ujar Niken sambil membujuk thalia yang ngambek

"Janji, oke nanti sekalian beli tas baru" ujar thalia kegirangan.

"Iya iya adek Abang yang imut banget sih ini " ujarnya sambil mencubit pipi thalia

"Abang sakit tau, ini nih rasain eh kok kabur bang....." Ujar thalia lalu mengejar Niken yang sudah lari padahal belum dia cubit

Abang berhenti

Gak

Bang Niken

Eh bang bara tangkap bang Niken bang .

Transmigrasi alana  BlacWhere stories live. Discover now