Alana Blanchard

79 4 0
                                    

Bulan yang mulai pergi, Matahari mulai datang kembali dengan pekerjaannya namun terhalang oleh sang awan.
Zia mulai membuka mata perlahan lalu duduk dan membuka jendela agar udara berganti zia kemudian menuju ke kamar mandi dengan mencuci muka bersih bersih. Setelah merasa nyaman apa yang dia kenakan menggunakan Hoodie yang besar, celana tidur panjang, rambut di kepang dua dan boneka yang dia peluk.
Di meja makan sudah ada thalia, bara, nio,dkk. mendengar suaranya langkah kaki mereka langsung melihat kearah suara tersebut zia sang pembuat suara itu ternyata, zia yang menjadi pusatnya langsung tersenyum
"Ada apa" ujar zia
"Tid... Gak cepet kesini, dari tadi juga udah ditunggu" ujar zio yang melihat zia saat lucu dengan kepang 2 dan boneka yang dipeluk, zia yang melihat pun langsung berlari ke arah mereka melihat ada kursi kosongpun duduk di sana yang di samping bara.
"Makan tanpa ada keributan" ujar bara
" Mengerti" ujar semua yang ada di sana, kecuali zia yang hanya mengangguk. Tidak ada langkah apapun zia mulai yang mengambilkan makanan yang ada di sana lalu di berikan kepada bara
"Karena Abang yang tertua disini jadi yang pertama Abang, zia udah lapar dari tadi" ujar zia yang mengambil makananyang tadi ditukar piringnya milik bang bara untuk dirinya, Abang yang mendengar hanya mengangguk dan memakan apa yang diambil zia di piringnya. Mereka yang melihat tidak ada Suara bergantian mengambil makanan.

Saat ini Zia sudah berada di atas kasur dan memeluk boneka setelah acara sarapan pagi selesai, Zia sudah membuat acara untuk hari ini yaitu tidur bahkan di depan kamar dia menempelkan kertas yang bertuliskan 'jangan masuk kamar sedang ada yang belajar' bahkan bipa saja yang di perbolehkan masuk untuk mengantarkan makanan. Sudah jam 12.15 bipa sudah ada di depan kamar zia akan mengantarkan makanan untuk zia namun langsung di berhentikan oleh bara karena biasanya zia turun untuk makan "apakah gadis itu sakit padahal tadi masih baik baik saja" ujar bara dalam hati
"Bi mau antarkan makanan ke kamar zia, apakah gadis itu sakit" ujar bara sopan.
"Saya tidak tau, yang saya tau zia meminta antarkan makanan ke kamarnya, tapi seperti zia sedang belajar"ujar bipa sambil sambil melirik kertas yang menempel, bara yang ikut melirik ke arah mana bipa melirik pun paham.
"Bi biar saya aja yang mengantarkan makanan untuk zia" ucap bara
"Baik, kalau begitu saya kembali ke dapur, oh ya jangan dimakan strawberry" ucap bipa. Setelah bipa pergi bara membuka pintu kamar zia, dia melihat zia yang tidur dengan tangan kanan sebagai bantal posisi miring dan selimut juga bantal, guling boneka sudah tidak sesuai tempatnya.
"Cantik jika tidur tidak membuat masalah, bagaimana dengan tubuh kecil ini kamu membuat masalah sampai membully seseorang, apakah salah cara mendidik Abang Zia" ujar bara meletakkan nampan berisi makanan ke meja dan menyampingkan rambut yang menutupi wajah adiknya.
"Abang gak pernah benci sama kamu, tapi kamu yang selalu menjauh saat Abang mendekat dek" ujar bara tanpa sadar,
Eeungh
Bara yang melihat Langsung mengganti raut wajah dengan cepat
"Abang" ucap zia dengan suara yang seperti bisikan.
"Iya bangun cuci muka terus kesini lagi" ujar bara dingin, zia yang melihat pun langsung cepat cepat pergi kemar mandi mencuci muka dan menghadap kaca.
"Astaga ini, gak gak  tapi tapi aaaaaa bener dong wajah aku disentuh sama Abang " ucap zia yang seperti gila bagaimana tidak yang mengubah ubah raut wajahnya setiap ucapan.
"Selamat hidup aku gak ada yang pernah nyentuh wajah gue, apalagi ortu gue anjiir" ucap zia yang di akhiri dengan membekap mulutnya sendiri
Iiish "kok sakit ya ini kepala"
"Oke oke no problem oke, tarik nafas buang, tarik nafas panjang tunggu sebentar kok kayak inget sesuatu ya, kayak makan dikamar zia bareng, bodo amat lah ngapain juga dipikir oke kita keluar" ujar zia berjalan keluar kamar mandi.
"Ini di makan, kamu sakit" ucap bara yang terdengar perintah di awal dan diakhiri khawatir.
"Zia gak sakit cuma zia pengen aja tidur, soalnya gak ada kegiatan apa apa" ujar zia sambil makan, bara yang hanya mengangguk duduk di tepi kasur
"Mau nambah lagi " ucap bara
"Hmmm oh gak ini udah cukup kok, oh ya bang Abang pernah kesini sebelum gak" ujar zia di akhiri lamunan
"Pernahlah" jawab bara
"Kok rasanya gimana gitu ya" ucap zia tanpa sadar
"Emang gimana rasanya" ucap bara penasaran apakah adiknya itu sakit atau mengingat sesuatu karena yang dia tau dari bipa adalah zia kecelakaan dan amnesia sedangkan posisinya waktu itu masih di luar pulau.
" Aneh kayak ada yang senyum di sana terus ketawa, habis itu main kejar kejaran yang berakhir jatuh  disana bang terus dia nangis habis itu salah satu dari mereka bantuin nengangin anak yang nangis terus ada yang buka pintu seseorang dewasa yang di belakangnya ada anak kecil terus orang dewasanya marahin anak kecil yang ikut main kejar kejaran itu terus anak kecil itu......" Zia tidak bisa melanjutkan ceritanya karena sakit kepala sangat pusing itulah yang saat ini zia rasakan. bara yang melihat langsung mendekat ke zia memeluknya dan mengelus kepala zia dengan lembut
" Huuust udah udah gak usah di inget gak papa oke" ucap bara menenangkan zia agar tidak perluh mengingat sesuatu dengan keras.
"Sa..sakit bang " ujar sambil memegang kepalanya
"Gak usah diinget terlalu keras, gak perluh inget juga oke" ujar bara sambil menggambil tangan zia agar tidak meremas kepalanya.
"Tapi ini aku juga gak mau ngingetnya bang mereka keluar tiba tiba dalam kepala zia bang ini  sakit banget hiks hiks sakit sakit bang bara SAKIT BANG" ujar zia di akhiri teriakan, bara yang tidak mau zia merasakan sakit kepala terus jadi.
Bugh
Langsung bara memukul titik dimana seseorang langsung pingsan, setelah itu langsung memindahkan zia kembali ketempat tidur dan menarik selimut juga menaruh boneka di samping zia .
"Maaf cuma ini yang bisa Abang lakuin" ucap bara yang langsung menelpon temannya yang salah satu dokter pribadi di keluarga masih muda, dan belum mempunyai istri apalagi pacar dan tunangan.
"Cepet ke rumah ada yang harus Lo periksa 10 menit" ujar bara yang bahkan belum di jawab di sebrang telpon sana,

"Bagaimana keadaannya" ujar bara
"Dia terlalu memaksa untuk mengingat sesuatu sampai pingsan seperti ini" ujar Dora ya dokter yang ditelpon tadi adalah dokter deran.
" Sebenarnya belum sampai pingsan, tapi  gue pukul karena gak tega melihat dia kesakitan tadi" ujar bara sambil cengengesan
" Lo dahlah ini dimakan obatnya dan jangan lupa jangan paksa buat nginget sesuatu yang buruk tentang masa lalunya" ujar Dora sambil menyerahkan resep obatnya"jaga baik baik  apalagi dilingkungan luar, berbahaya Untuk dia yang masih kehilangan ingatan" ucap Dora yang melangkah keluar kamar.





Transmigrasi alana  BlacWhere stories live. Discover now