Untuk kesekian kalinya Letha murung saat pengambilan raport. seperti biasa kedua orang tuanya tidak bisa mendampingi, biasanya pembantunya yang akan mengambilkan raport untuknya. namun saatnya bertemu dengan Reno, abangnya itulah yang selalu mengambilkan untuknya. dan menjadi wali di setiap orang tua harus datang ke sekolah.
Letha duduk di depan rumahnya,di atas kursi yang lumayan tinggi sehingga membuat kakinya menggantung dari atas tanah. Pandangan yang menunduk arah sepatu dan menendang-nendang angin ke depan dan ke belakang. Genggamannya mengerat pada tali ranselnya, suara klakson mobil membuyarkan lamunan randomnya.
"Kok kamu?" Letha memiringkan kepalanya kebingungan. Yang keluar dari mobil bukanlah kakaknya tapi pujaan hatinya.
Tangan Farga terulur membenarkan poni milik gadis itu, Farga akui dalam hatinya bahwa Letha terlihat semakin imut dengan rambut yang diikat dua di sisi kanan dan kiri, dan dihiasi poni dan beberapa helai rambut di samping pipih sebagai pelengkap.
"Lo gak suka?" Alis Farga terangkat satu membuat ketampanannya berkali-kali lipat. Letha meneguk ludahnya dengan perlahan. Seharusnya dia marah kepada laki-laki di depannya yang sudah dengan tega menelantarkan dirinya kemarin. Tapi dia tidak bisa.
"Gue gak suka di diemin, kalo gue tanya Lo harus jawab." Tekan Farga, tangan kanannya mengangkat dagu gadis itu sampai membuat gadis itu menatap dirinya.
Pipi Letha memanas merasakan tangan Farga merambat ke pipinya dan mengelas pelan di sana.
"Apa yang udah Lo kasih ke Reno?" Letha menatap Farga bingung.
"Lo kasih tubuh lo yang gak seberapa ini? Cih, dia terlalu sayang sama lo, bikin gue gak yakin hubungan kalian murni sebagai kakak dan adik. Gue nggak minta dikenalkan sama gadis manapun. Tapi dia malah mempertemukan gue sama lo! Modelan cewek yang paling gue benci." Farga terkekeh sebentar dan melanjutkan kalimatnya.
"Harusnya lo itu sadar diri. Lo bukan siapa-siapa kami, lo nggak ada ikatan darah sama Reno ataupun Kana, apalagi sama gue. Lo cuma jadi beban sana-sini. Bahkan keluarga lo aja pergi terus kan? Mungkin nggak betah sama kelakuan manja lo itu." Letha masih setia memasang senyum manis nya. Tangan Farga pun tak berhenti mengusap pipi chubby itu.
"Lo beban, gak berguna, penyakitan, dan gak tau malu. Atau mungkin lo udah gak perawan?" Bagai disambar petir, ucapan Farga benar-benar menyakitkan, dia tau, dia tahu semua itu benar. Namun sungguh, dia masih gadis. Namun apakah benar orang tuanya pergi karena tidak betah dengan dirinya?
" cewek yang bikin gue terperangkap dan merenggut kebebasan gue. Asal Lo tau aja, gue nggak pernah peduli sama perasaan Lo. Gue juga nggak kenal sama lo. Tapi gue harus terlibat melindungin lo, oh ya, jangan pernah berharap dapat perhatian dari gue. Apalagi dapetin hati gue." Farga sengaja mengucapkan semua kalimatnya dengan halus dan pelan. Berharap akan membelati di hati gadis itu, berharap hati gadis itu akan teriris-iris dan perlahan menjauh darinya.
"Kita sama, Farga. Bedanya Letha berjuang di awal dan Farga di akhir." Ucap gadis itu sambil memasang wajah datar, Farga cukup terkejut melihat ekspresi gadis itu yang selalu tersenyum sekarang mengeluarkan ekspresi datar.
"Farga merasa terbebani kan? Letha bisa ambil raport sendiri, sebelum ada kalian aku selalu ngejalanin hari-hari sendiri. Jangan pikir ucapan Farga bisa mengatakan semua usaha yang udah aku jalanin. Letha istirahat sebentar ya, aku bakalan lanjut berharap sama kamu kalau hati aku udah lebih baik dari sekarang." Setelah itu Letha pergi tanpa menunggu jawaban dari laki-laki tampan itu.
Letha terus berjalan dengan cepat,dari tadi dia menahan tangis hingga akhirnya air matanya tumpah tanpa bisa dibendung lagi. Tangan kanannya memukul kecil dadanya yang semakin sesak, tidak menyangka Farga bisa mengucapkan kalimat yang begitu pedas dan kejam kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRE (ON-GOING)
Novela Juvenil"Kalo Letha cium di pipi nya aja boleh gak?" tawar gadis berseragam SMP tersebut. "Gak!" Tolak mahasiswa itu. "kalo di kening?" ucap nya lagi. pemuda itu melipat tangan di depan dada dan kembali menggeleng. "kalo di puncak kepala?" gadis itu menggel...