Kim Pov
"Koq lo biasa ajah sih pas gue bilang si Tita tadi dateng? Kenapa lagi kalian berdua?"
"Udah ah Si! Males gue ngomongin dia"
"Ya ya ya! What everlah"
"Oh ya Si, ngemeng-ngemeng kan lo tau tuh siapa-siapa ajah pelanggan setia cafe gue ini. Ada nggak sih sikap aneh yang lo tau dari pelanggan setia gue yang lagi ultah itu sama temennya?"
"Tunggu ya, gue inget-inget dulu"
Mengorek informasi tentang gadis menyebalkan itu rupanya hal yang mudah, sepertinya Sisi tau apa kebiasaan si gadis menyebalkan yang ternyata adalah pelanggan setiaku itu. Semoga ada informasi yang dapat membantuku mengerjainya balik.
"Hm pernah sih satu kali pas lagi rame-ramenya cafe lo. Tuh cewek yang pake dress biru tiba-tiba nangis gaje. Dari yang gue denger sih dia nangis karna denger lagunya Marcell yang judulnya kalo nggak salah Takkan terganti"
"Hmpt! Apa lo tau dia nangis kenapa pas denger lagu itu?"
"Mana gue tau Kim!"
"Oke baiklah! Gue mau lagu itu diputer pas akhir acara"
"Lo yakin?"
"Yakin"
"Tapi buat apa? Kalo dia nangis gimana? Lo mau tanggung jawab!"
"Udeh! Gue bilang puter ya puter"
"Oke baiklah"
Akhirnya! Dapat cara juga buat ngerjain tuh anak. Aku yakin dia nggak akan jadi gadis menyebalkan lagi pas denger lagu itu.
Acara demi acarapun berlangsung. Kini tiba di penghujung acara, aku sudah tak sabar ingin melihat apakah benar yang dikatakan Sisi tadi, bahwa gadis menyebalkan itu akan menangis jika mendengar lagu yang dimaksudkannya tadi. Pasti akan sangat menyenangkan bisa melihat gadis menyebalkan seperti dirinya menangis.
Adel Pov
Tak terasa acara doa bersama dan pengucapan harapan pun sudah berjalan dengan lancar. Sekarang saatnya beramah tamah dengan para tamu undangan, teman-teman ku langsung menyantap hidangan yang telah disediakan. Sedangkan aku masih sibuk berbincamg ria dengan Dewi dan Randy pacarnya.
Saat tengah tertawa lepas mendengar humoran Randy, telingaku samar-samar mendengar lagu yang tak asing bagiku. Seketika itupun senyum lebarku langsung memudar. Aku hanya diam dan tak dapat berbuat apa-apa saat lagu itu terdengar semakin nyaring di telingaku. Tanpa sadar air mataku jatuh setetes demi setetes, kenangan pahit yang sudah susah payah aku kubur, kembali terngiang di otakku berbarengan dengan lagu yang terus terdengar.
Dewi yang mengetahuinya langsung keluar mencari seseorang. Aku tau dia pasti ingin menemui Sisi dan memintanya untuk mengganti lagu ini. Tapi aku sudah terlanjur mendengarnya.
"Rizky" hanya kata itu yang dapat aku katakan saat mendengar lagu yang membuatku teringat kembali akan sosok Rizky. Air mataku terus berjatuhan, bukan setetes demi setetes lagi. Hidung dan mataku memerah, aku hanya dapat menangis sambil sesegukkan. Beberapa teman-temanku datang menghampiriku, mungkin mereka heran kenapa aku bisa menangis di hari bahagia sahabatku sendiri.
Semua pertanyaan teman-temanku hanya aku balas dengan tatapan kosong sambil terus menangis, pikiranku benar-benar tak fokus. Yang ada dipikiranku hanya kejadian 3 tahun lalu yang merenggut nyawa kekasihku. Acara pemakamannya terus terlintas dipikiranku. Teman-temanku terlihat khawatir, Randy pun terus mencari keberadaan Dewi karna dia tau hanya Dewi yang mampu menenangkanku.
Aku benar-benar pusing, dan tak tau lagi apa yang akan terjadi. Ku rasakan seseorang menarikku keluar dan diikuti teman-temanku yang lain.
"Rizky" aku sudah sangat pusing ditambah lagi masih dalam keadaan menangis. Badanku terasa sakit. Bahkan hatiku terasa ditusuk-tusuk.
