Kim Pov
Aku menjelaskan tentang siapah Tita, bagaimana aku bisa jadian dengannya, sampai bagaimana jaket hoddie milik Adel bisa ada di apartemenku. Selama aku berbicara, curhat lebih tepatnya, Adel mendengar dengan tenang sambil sesekali bertanya. Sekarang dia tau, kenapa jaketnya bisa melancong ke apartemenku.
"Satu lagi pertanyaanku"
"Oh ayolah! Tak puaskah kamu mengintrogasiku?"
Adel tertawa kecil lalu kemudian memasang wajah serius. Sekarang apalagi yang ingin dia tanyakan?
"Apa kau masih mencintai Tita?"
"Kenapa kau bertanya begitu?"
"Itu bukan jawaban yang aku harapkan"
"Baiklah! Ia aku memang masih cinta padanya, tapi kamu tau sendiri apa alasanku menyudahi hubunganku dengannya"
"Nice! Ia aku tau"
"Sudah kan? Sekarang giliranku untuk bertanya?"
"Loh loh loh! Kan yang menjadi pewawancara di sini aku, koq akunya diwawancarai lagi sih?"
"Sssttt! Berisik, pokoknya harus jawab" Adel mendengus pasrah lalu kemudian menatapku.
"Tapi janji, kalo aku tanya ini kamu nggak boleh nangis?"
"Ia janji"
Aku menarik nafas dalam dan dengan keyakinan penuh aku pun melontarkan pertanyaanku.
"Siapah Rizky?"Adel terlihat menunduk lalu mengangkat wajahnya sambil tersenyum.
"Apa perlu aku jawab?"
"Itu bukan jawaban yang aku harapkan"
"Ngikutin aku tuh"
"Hahaha, jawab ajah"
Sama sepertiku, Adel pun menceritakan siapah Rizky, bagaimana mereka jadian sampai kecelakaan tragis yang merenggut nyawa kekasihnya itu. Aku cukup terbawa suasana saat Adel menceritakannya, di sela-sela curhatan itu aku sesekali mengusap punggungnya, memberi sedikit ketegaran. Aku semakin merasa bersalah dengan kejadian di cafe beberapa hari yang lalu. Aku merasa kagum dengan sosok Adel, dia begitu menyanyangi Rizky hingga sampai saat ini dia masih betah untuk sendiri. Apakah aku bisa mendapatkan wanita seperti Adel? Jawabannya hanya waktu yang bisa menjawab.
Adel tersenyum mencoba menutupi kerapuhannya sedangkan aku masih betah mengusap punggungnya. Tanpa aku kendalikan, tanganku menariknya kedalam pelukanku. Sedikit pelukan bisa membuat seseorang merasa bahagia.
"Menangislah Del, keluarkan semua hari ini! Menangislah dan anggap semuanya berakhir hari ini, hari esok dan seterusnya aku tak mau melihatmu menangis"
"Tidak Kim! Aku sudah terlalu banyak menangis, selama 3 tahun belakangan aku selalu menangis manakala mengingat Rizky! Tapi sekarang aku berpikir untuk tidak menangisinya lagi, dia berkali-kali datang ke mimpiku dan memintaku untuk tidak menangisinya. Aku selalu gagal, tapi saat ini aku benar-benar akan berusaha bangkit"
Perkataan Adel sunguh membuatku semakin kagum akan sosok dirinya. Aku harap aku bisa membuatnya tersenyum dan kalau di ijinkan, biarkan aku yang menggantikan posisi Rizky.
Bukan posisi! Karna melihat bagaimana Adel bangkit dari keterpurukannya, tidak mungkin aku bisa menggantikan posisi Rizky, sangat tidak mungkin."Good! Itu jawaban yang sangat luar biasa"
Adel menganguk sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang wow. Aku terperangah saat bagaimana bibir indahnya itu membentuk segaris senyum dan lesung pipi yang menyihirku untuk melihatnya. Tapi cepat-cepat ku buang perasaanku dan mencari cara bagaimana aku bisa mengajaknya jalan-jalan.
