AUTHOR POV
Gadis itu nampak kesal mendengarkan penjelasan sang ketua MAPALA yang hanya menjelaskan topik yang sama berulang kali. Sesekali dilihatnya jam di dinding, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore namun rapat belum juga selesai.
"........ Oke! Ada pertanyaan?" tanya sang ketua, dengan cekatan Adel mengangkat tangan hendak meluapkan kekesalannya.
"Silahkan"
"Bolehkah kita pulang?"
"Masih banyak penjelasan yang harus saya sampaikan, bersabarlah sedikit. Ini untuk kepentingan kita bersama, supaya kegiatan kita nanti berjalan dengan lancar"
"Dari tadi kamu menjelaskan topik yang sama. Kita bukan anak kecil yang harus dijelaskan berulang kali, tanpa kamu jelaskan pun kita sudah tau apa yang harus kita lakukan untuk kelancaran kegiatan nanti. Apa kamu tidak bosan berbicara panjang lebar dengan topik yang sama? Kita saja yang mendengarnya merasa bosan"
"Bisakah kamu berbicara dengan sopan Nona Adel?"
"Saya rasa, cara bicara saya sudah sopan"
"Kalau kamu mau pulang, silahkan keluar dari ruangan ini sekarang juga"
"Dengan senang hati". Dengan senyuman Adel melangkah keluar sambil membetulkan posisi tasnya.
Akhirnya!!! Bebas juga. Gumamnya dalam hati sambil menengadahkan kepalanya menghadap langit disusul dengan senyuman.
"Ahhhhhh! Ini sangat menjengkelkan! Kenapa juga sih aku harus memikirkan Kim dengan pacarnya itu? Apa gara-gara ini aku besikap aneh?" ucapnya tanpa sadar. Dilihatnya keadaan sekitar yang nampak sunyi, Adel menghela nafas lega.
****
Dewi menjatuhkan badannya ke atas kasur sambil menghela nafas panjang. Diingatnya kembali kejadian yang baru saja di alaminya.
"Hahahahahahahaha" tawanya pecah saat mengingat wajah Tita. "Lucu ya tuh cewek, kalau nggak mau kehilangan Kim ya bukan gitu dong caranya" gumamnya lagi. Dewi kembali tertawa dan terus tertawa, mungkin orang yang mendengarnya akan mengira dia gila. Tawanya reda ketika mendengar suara Adel dari bawah, sepertinya sahabatnya itu baru saja pulang.
"Sawadee kha sayang, gimana rapatnya tadi?" Tanya Dewi saat Adel membuka pintu kamarnya.
"Membosankan!" ucap Adel dengan helaan nafas berat.
"Kamu kan tau sendiri ketua MAPALA kalian yang baru itu, lagian kenapa dia bisa sampai jadi ketua?"
"Ah taulah, nyesel banget waktu itu nggak ikut pemilihan, sudahlah! Nggak usah bahas orang yang nggak penting. Ini aku bawain kamu makan, kamu pasti laper kan?"
"Aduh, memang ya my princess yang satu ini paling ngerti. Khob khun honey"
"Please! Nggak usah alay Wi, mending sekarang kamu makan habisin tuh makanan"
"Ia ia ia bawel!"
Senyum Dewi terpancar sebelum akhirnya melahap makanan yang di bawakan Adel. Adel menghempaskan badannya sambil menutup mata, mencoba menghela nafas panjang dan melupakan pikiran yang menganggu.
"Del" panggil Dewi dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Hm"
"Kamu kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Ya kenapa? Kamu hari ini aneh"
"Aku nggak kenapa-kenapa koq"
"Apa cuma perasaanku saja?"
"Ya itu cuma perasaanmu ajah"
Keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing, sampai Adel sadar kalau Dewi belum juga memakan makanan bawaannya.