Author Pov
Tok! Tok! Tok!
"Adel! bukain pintunya dong, aku bawain kamu sarapan nih"
"Masuk ajah aku nggak kunci pintunya koq"
"Nih sarapannya"
"Aku nggak laper"
"Del! Ayolah, kamu belum makan dari semalem"
"Aku nggak nafsu Wi"
"Please Del! Satu suapan ajah, kamu bisa sakit kalo gini terus"
"Lebih baik aku sakit kan Wi? Kamu nggak tau gimana perasaan aku! Kamu hanya bisa bilang sabar karna kamu nggak pernah rasain apa yang aku rasain"
"Ia aku memang nggak pernah rasain apa yang kamu rasain! Tapi aku tau bagaimana pun Rizky nggak mau kamu kaya gini! Ayolah Del, bangkit dong! Jangan hanya karna lagu itu, perjuangan kamu selama tiga tahun mengubur kenangan tentang Rizky hancur"
"Taruh ajah makanannya di atas meja, ntar aku makan"
"Bener?"
"Ia bener"
"Ya udah! Aku tinggal dulu, mau bantuin Mbo beresin dapur"
Adel hanya menganguk dan kembali memandangi foto Rizky yang sedari tadi malam tak lepas dari genggamannya.
Sedangkan Dewi kembali ke dapur, membantu Si Mbo membersihkan peralatan seusai sarapan tadi.
"Mbo aku bantuin ya?"
"Ehh Non Dewi nggak usah! Mbo bisa sendiri koq"
"Nggak apa-apa Mbo! Sini aku bantuin"
"Tapi kan non mau kuliah"
"Aku masuk kuliah jam 9 Mbo, tenang ajah"
"Tapi,,,,"
"Udah nggak ada tapi-tapian"
Belum sempat Si Mbo melanjutkan perkataannya, Dewi sudah terlebih dahulu mengangkat piring kotor dan membawanya ke belakang untuk di cuci.
"Nggak ngerepotin nih non?"
"Nggak lah Mbo, masa cuma cuci piring doang ngerepotin sih?"
"Ya kali ajah kan Non"
"Nggak koq mbo"
"Oh ya Non, Non Adelnya masuk kuliah jam brapah?"
"Sama kaya aku mbo, jam 9"
"Oh" Ucap si Mbo sambil tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Dewi.
Sementara itu,,,,
Kim kembali menjalankan aktifitasnya sebagai seorang polwan dengan rasa bersalah yang masih menghantui pikirannya, hal itu berdampak pada moodnya pagi ini. Tak ada semangat untuk beraktivitas, namun dia harus tetap menjalankan aktifitas, sesuai kemauan kedua orang tuanya. Seakan-akan dia adalah boneka yang hanya bisa diam dipermainkan oleh sang pemilik boneka.
Pagi ini Kim ditugaskan untuk menjaga arus lalu lintas di tempat biasa, ya dimana lagi kalau bukan di perempatan jalan tempat dimana untuk pertama kalinya dia menilang bidadari bergingsul nan cantik bernama Adel.
Adel! Sedang apa dia sekarang? Apa dia masih menangis? Gumam Kim dalam hati. Kejadian tadi malam sungguh membuatnya dilanda rasa bersalah, kalau saja dia tau dampaknya akan separah ini, dia pasti akan mengurungkan niatnya.
Arus lalu lintas terlihat biasa-biasa saja, hampir semua pengendara tertib berlalu lintas hanya satu-dua yang ditilang karna tak mematuhi aturan berlalu lintas. Kim terlihat berwibawa menjalankan tugasnya, namun tak ada yang tau kalau sebenarnya dia sedang tak bersemangat.
