10

119 20 0
                                    

Happy reading!!!

Hati Johnny bertanya-tanya, Hendery yang mereka maksud adalah anak Ten atau bukan "Jae, aku pergi dulu, aku akan membawa istriku pulang atau dia akan menghabiskan seluruh uangku." Johnny berdiri dari duduknya, melakukan salam pertemanan.

"Sampai kapan kau akan menutupi jika pernikahanmu tidak sebaik yang kau ceritakan itu John." Gumam Jaehyun setelah Johnny pergi, dirinya tau jika kehidupan pernikahan Johnny tidak baik-baik saja, karena ia tidak sengaja mendengar pertengkaran mereka saat berada di dalam ruangan Johnny, "kembali saja pada Ten, dia mengandung." Lanjutnya lagi.
.
.
.
Johnny tak pulang, dia memilih untuk pergi ke rumah sakit, dari pada berada di rumah dan bertemu istrinya yang memuakkan itu, lebih baik dia menghabiskan waktu untuk merawat anak kecil.

Johnny masuk ke dalam ruangannya, duduk pada kursi miliknya dan menyandarkan penuh tubuhnya "ah, rasanya melelahkan, jika tau dia seperti itu, tidak seharusnya aku menghianati Ten." Johnny meraih berkas yang berada di mejanya, membukanya dan melihat isi dalamnya, kalian ingat tentang Johnny yang meminta seseorang untuk mencari tau siapa suami Ten, sekarang berkas yang ia mau berada di genggamannya.

Mata Johnny bergulir, membaca baris kata yang membuatnya kebingungan "apa ini? Informanku yang salah atau memang benar." Johnny berulang kali membaca berkas itu, mencoba memastikan kebenarannya, "dia Lee Taeyong kekasih Jaehyun tadi? Jadi suami Ten berselingkuh darinya? Ooo, ini menjadi kesempatan bagus untukku." Tersirat rasa senang dalam bicaranya itu, senang akhirnya dia mendapat ide yang cemerlang untuk merusak hubungan Ten dan suaminya.

Johnny kembali menghubungi informannya "cari foto kedekatan Jaehyun dengan Taeyong, lalu kirimkan pada alamat yang aku pinta nanti."

Johnny menatap langit ruangannya dengan senyuman merekah, baginya ini adalah keberuntungan yang sangat besar dan tidak akan pernah ia sia-siakan "maafkan aku Jaehyun, aku harus membongkar semuanya agar aku bisa bersama dengan Ten."
.
.
.
Matahari menampakkan dirinya, Ten sudah kembali melakukan aktivitas dirinya, tidak lagi memikirkan tentang Johnny, dia hanya memikirkan tentang Hendery dan anak yang berada di perutnya.

Ting.. Tong..

Bunyi bel rumahnya membuat Ten langsung bergegas membukanya, tidak ada orang, dia hendak kembali masuk jika netranya tidak melihat kotak kecil berwarna coklat, Ten menunduk secara perlahan, meraih kotak tersebut dan membawanya ke dalam rumah, sebenarnya dia takut dengan apa isi di dalamnya, namun rasa penasarannya yang sangat tinggi mengalahkan ketakutannya itu.

Ten membuka kotak tersebut, lalu ledakan tawa langsung keluar dari mulut Ten "Johnny, kau begitu bodoh." Dia tertawa karena di dalamnya banyak foto Jaehyun dengan Taeyong yang sedang bermesraan, dengan kertas kecil yang berisi 'suamimu telah berselingkuh dengan temanmu'

"Jika dia tau kebenarannya, aku yakin dia akan malu, tubuh saja yang besar namun dia memiliki otak yang kecil." Ten kembali memasukkan foto-fotonya ke dalam kotak itu, "aku akan memberikannya pada Taeyong, dia pasti senang mendapat foto gratis dirinya bersama kekasihnya tanpa harus mencetak."

Tok.. Tok.. Tok..

Ketukan pada pintu yang di lakukan oleh Ten di pintu Taeyong, membuat Taeyong yang berada di dalam kamar keluar, dia terlihat baru saja mandi, karena tubuhnya hanya terbaluti dengan bathrobe "ada apa sayang? Kau ingin bermain denganku?" Alis Taeyong bergerak secara naik turun, menggoda Ten membuat harinya menyenangkan.

Ten mendengus, tangannya mengarah ke arah Taeyong untuk memberikan foto tersebut "bacalah." Tangannya terlipat ke arah dada, menatap wajahnya Taeyong yang mengerutkan keningnya.

"Oo ini, hahaha maafkan aku sayang, aku tidak tau rasanya jika di tusuk senikmat ini." Kelakar Taeyong.

Ten menyemburkan tawanya, memegangi perutnya agar tidak ikut terguncang, lalu beberapa detik kemudian dia mengubah mimik wajahnya, berubah kesal dan marah "kau tau bukan, aku tidak akan marah tentang kau yang bersama Jaehyun, hanya saja kenapa harus Johnny yang tau? Dia pasti akan terus mendekatiku." Lesunya.

Taeyong menggiring Ten ke arah sofa di dalam kamarnya, mendudukannya dia di sana dan mengelus perutnya "Ten, kau tidak ingin kembali pada Johnny? Apa yang Jaehyun katakan tetap  membuatmu kurang yakin jika Johnny mencintaimu?"

Ten mengangguk "dia tidak mencintaiku, dia hanya ingin merebut anakku."

"Aku tau kau memang kuat, kau tidak membutuhkan seorang pendamping, tapi bagaimana dengan Hendery dan anak yang berada di kandunganmu? Aku sarankan untuk tidak egois, mereka berdua tetap membutuhkan sosok papa."

Ten menunduk, tangannya mengelus perutnya itu, dia merasakan jika bayinya menendang "kau membutuhkan seorang papa?" Gumamnya bertanya pada bayi dalam perutnya itu.

Duhg

"Aww." Tendangan keras pada perut Ten membuatnya memekik.

"Lihat bukan, aku benar jika bayinu membutuhkan sosok papa."

"Aku hanya merasa takut, takut jika hal dulu terulang kembali."

"Jika Johnny melakukan hal itu lagi, aku pastikan akan membuatnya bertekuk lutut padamu, itu janjiku." Tegas Taeyong.

"Kenapa kau terlihat berharap aku bersama Johnny?"

Taeyong berlutut di depan Ten, menggenggam kedua tangannya itu "saatnya hampir tiba, di mana perceraian kita akan berlangsung, aku tidak ingin tidak ada yang menjagamu, maafkan aku yang egois dan sedikit melupakan tugas seorang suami padamu." Tangannya mengelus perut Ten dengan pelan, "maafkan aku, sungguh maafkan aku."

"Kau kenapa Taeyong? Aku tidak masalah akan perceraian ini, dan soal tanggung jawabmu, kau sudah sangat memenuhi tanggung jawabmu."

"Aku tau ini hanya kontrak, tapi aku berpikir kenapa aku tidak sepenuhnya melakukan tanggung jawab seorang suami, aku hanya fokus pada duniaku, aku hanya bisa memberimu uang dan selebihnya kau yang melakukannya sendiri." 

"Sudahlah Taeyong, aku tidak keberatan dengan hal ini selama ini, lebih baik kau cepat mandi dan antarkan Hendery ke sekolahnya."

"Aku sudah mandi."

"Ah iya."
.
.
.
Hendery bersiap dengan serangan sekolahnya, tas kecil berwarna biru berada di punggungnya "papa, cepatlah makan, aku akan telat jika begini." Dia telah rampung namun papanya belum, repot menggunakan ini dan itu.

"Iya, astaga dimana sepatuku, Ten kau melihatnya?"

Hendery mendengus "sekarang sepatu, kemarin kaos kaki, sepatu Hendery saja tidak pernah hilang." Gumamnya kesal.

"Nah ayo kita berangkat." Ceria Taeyong setelah menggunakan sepatu yang di lempar oleh Ten.

Keluarga yang bahagia bukan? Jika tidak di pandai oleh kontrak, maka pernikahannya mungkin akan terus sampai akhir hayat.

"Hendery kau jangan nakal di sekolah, papa akan menjemputmu sedikit telat, tunggu di dalam sekolah, kau mengerti?" Peringat Taeyong setelah berada di depan sekolah, mengelus surai sang anak dengan lembut.

Hendery mengangguk ragu "jika papa tidak bisa menjemputku, bisakah papa menghubungi guru Hendery? Agar Hendery tidak menanti papa disini." Terlampau hafal dengan tingkah sang papa, mengatakan telat sedikit namun ternyata hampir setengah jam, entah beralasan ini dan itu.

Taeyong mengangguk "baiklah, papa akan menghubungi guru mu, atau papa akan meminta pegawai papa untuk menjemputmu saja nantinya."

"Terserah papa, asal Hendery tidak menunggu, menunggu itu sangat merepotkan."

"Baiklah, papa pergi dulu, kau rajinlah bersekolah." Di akhiri dengan kecupan pada dahi Hendery sebelum Taeyong pergi meninggalkan sang anak di sekolahnya.

Bersambung...

Imagination (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang