13

89 19 0
                                    


Happy reading!!

Johnny pergi ke ruangan dimana Hendery berada, dia bisa melihat jika ajak itu sedang asik bercengkrama, melirik ke arah jam tangannya yang ternyata masih ada waktu untuk Hendery bermain dengan anak itu "biarkan setengah jam lagi, aku akan menjemput Hendery." Gumamnya.

Sedangkan Hendery yang berada di dalam, berusaha menghibur anak laki-laki itu, dia mengajaknya bercanda dan bernyanyi "kau tau, namamu mirip dengan teman sekolahku." Papar Hendery.

"Benarkah?"

Hendery mengangguk "aku mengatakan hal yang benar, namanya juga Xiojun tapi sifat kalian berbeda."

"Jika aku bagaimana?"

"Kau lembut, dia galak, kau sering berkata manis tapi dia selalu berkata sinis padaku." Ungkap Hendery, "kau harus sembuh."

Xiojun mengangguk "aku akan sembuh, sebentar lagi aku akan sembuh."

"Benarkah?" Senang Hendery.

Xiojun mengangguk pasti "kau nanti harus tersenyum ketika aku tidur."

"Maksudmu?"

Xiojun meraih tangan Hendery "terimakasih, kau datang memberikanku kebahagiaan, kau menemaniku hingga aku kembali tersenyum, aku bahagia, dan aku siap untuk sembuh."

Hendery hanya memgangguk walaupun dia cukup bingung atas penuturan Xiojun "kau pasti sembuh."

"Selamat tinggal Hendery." Gumam Xiojun dengan mata yang perlahan menutup dan tubuh yang melemas hingga berbaring pada ranjang.

Mata Hendery membulat, dia panik, dia tidak mengerti dengan Xiojun tapi perasaannya mengatakan jika Xiojun sedang tidak baik-baik saja.

Hendery mencoba menggoyang tubuh Xiojun dengan keras, memintanya bangun dan tidak membiarkannya untuk tidur "bisanya aku membiarkan seseorang untuk tidur, tapi kali ini, aku tidak mau dirimu tidur." Ujarnya.

Tak ada respon, Hendery turun dari ranjang dan membuka pintu ruangan dengan sulit, berlari ke arah ruangan milik Johnny yang masih ia ingat kemana arahnya.

"Paman?!!" Teriaknya dengan mengetuk pintu dengan cepat.

Johnny yang berada di dalamnya terkejut dengan ketukan pintu yang terdengar berantakan, dia langsung berdiri dan melihat Hendery yang menatapnya dengan nafas yang tak teratur "ada ap—" Ucapannya tepotong karena Hendery langsung menarik tangan Johnny, tak ingin menyelanya lagi, Johnny hanya mengikuti langkah kaki kecil milik Hendery.

Ternyata Johnny tau, Hendery menariknya ke ruangan Xiojun "ada apa? Bukankah kalian bermain tadi?"

Hendery tak menyahut, dia tetap menarik tangan Johnny untuk berdiri di dekat ranjang "bangunkan jun."

Johnny mengerutkan keningnya bingung "tapi Xiojun sedang tidur."

Hendery menatap Johnny memohon dengan kedua tangan yang ditangkup "aku mohon bangunkan Jun paman."

Johnny mengangguk pasrah, menggoyangkan tubuh Xiojun dengan lembut beberapa kali namun tidak ada respon, menatap dengan khawatir dan mencoba meletakkan jari di depan hidung Xiojun "tidak ada." Gumamnya, berlanjut pada nadi di tangan Xiojun yang Johnny juga tidak temukan, ”dia meninggal."

"Apa?" Hendery menatap tidak percaya ke arah Johnny, "paman berbohong, tadi kami berbicara dengan asik."

Johnny menutup wajah Xiojun dengan selimut yang di gunakan, lalu menekuk lututnya dan menghadap ke arah Hendery "bisa katakan pada paman, sebelum Xiojun menutup mata?"

Hendery mengangguk, dengan suara yang pelan dia menceritakan kronologi sebelum Xiojun menutup mata, lalu sebuah ulasan senyum tercipta di bibir Johnny, mengelus rambut Hendery dengan sayang "tidak apa-apa, benar kata Xiojun, dia sembuh dan tidak merasakan sakit lagi, Tuhan sayang padanya."

Imagination (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang