15

90 13 0
                                    


Happy reading!!!

"Ten aku ingin bertanya padamu." Ujar Johnny, mereka bertiga saat ini berada di sebuah restoran dengan ruangan privasi.

"Apa?" Ten menghentikan kegiatan memotong dagingnya dan menatap ke arah Johnny.

"Saat kau keluar dari ruanganku waktu itu, aku menangkap gerakan bibirmu aku harus menceraikan istriku, apa jika aku menceraikan istriku kau akan kembali?" Tanya Johnny penasaran, dia tak bisa lagi menyimpan pertanyaan yang dirinya tidak bisa menjawabnya, membuatnya berada di dalam teka-teki hingga dirinya kebingungan.

"Jika aku berkata itu benar, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan mengurus surat perceraian dan menikahimu langsung." Ujar Johnny mantap.

"Jika tidak?"

"Aku akan tetap berjuang mendapatkanmu kembali, setidaknya biarkan aku berada di sisimu selalu."

"Bagaimana dengan istrimu?"

"Aku tidak peduli, ini terdengar jahat tapi aku ingin dia pergi dari hidupku."

"Kau kecewa dengan istrimu yang mengangkat rahimnya?"

Johnny tersentak "bagaimana kau tau?"

Ten mengulum bibirnya, dia memang tau sebelum Johnny menemuinya, siapa pelakunya? Tentu saja Jaehyun, dia tau jika pernikahan Johnny tak sebaik yang orang lihat, mereka seperti orang asing yang hidup di satu ruang lingkup "seseorang." Tak ingin jujur, lebih baik dia menyembunyikan jika dirinya tau dari Jaehyun.

"Kau tau aku menginginkan anak kecil, aku egois yang meninggalkanmu karena seorang anak, tapi itu naluri aku yang sebagai laki-laki, aku ingin memiliki anak tapi darah daging ku sendiri, jika aku tau kau bisa mengandung, niat untuk meninggalkanmu tidak ada, alasanku bukan tidak mencintaimu ataupun berada di titik jenuh, aku hanya ingin seorang keturunan, dariku sendiri."

"Seharusnya kau tidak mengencani dan memberitahukan perasaanmu pada laki-laki jika tujuanmu adalah seorang keturunan, kau mengetahui sejak awal jika sedikit laki-laki yang bisa mengandung, seharusnya kau mengencani seorang perempuan dulu, bukan aku."

Johnny tersenyum tipis, memainkan gelas kecilnya yang telah kosong "kau terlalu sempurna untuk aku lewatkan, siapa yang tidak menyukai dirimu? Bahkan bajingan Jaehyun saja pernah berpikir membuatmu takluk. Yuta? Anak itu bahkan ingin bersaing dulu denganku, tapi aku yang mendapatkanmu, aku terlalu terpesona denganmu hingga pikiran yang membuat hubungan kita hancur datang, dia perempuan yang di jodohkan denganku, aku menerimanya ditambah dorongan keinginanku untuk memiliki keturunan." Jelas Johnny, "maaf untuk apa yang aku katakan membuat hatimu sakit, aku ingin kau cepat melupakanku dan berganti diriku yang tak pernah melupakanmu."

"Perkataan jahatmu selama ini hanya bohong."

Johnny mengangguk "benar, aku mengatakan hal jahat, aku juga merasakan sakitnya. Aku tidak mabuk saat melakukannya denganmu, itu hanya omong kosong."

"Kau melempari uang seolah aku pemuas nafsu."

"Aku melakukan itu agar kau mendapatkanku yang pertama kali, aku ingin kau yang petama kali bermain denganku sebelum aku bersama istriku." Jawab Johnny.

Ten menyentuh perutnya "anak ini bukan anakmu, kau tetap mau denganku?"

"Sebelumnya aku memang menginginkan anak darah daging ku sendiri, tapi sekarang aku tidak ingin lagi, aku hanya mau dirimu saja."

"Ceraikan istrimu secepatnya, tunggu anak ini lahir dan nikahi aku." Ujar Ten dengan mantap.

Johnny tersenyum lebar mendengar perkataan Ten "kau sungguh?"

Ten mengangguk "aku menunggu surat ceraimu, jika lama tidak di proses maka tingkat untuk kembali besamaku semakin sedikit."

Johnny merogoh sakunya, dia mengambil ponselnya dan mendoakan seseorang "urus sekarang juga, aku ingin di percepat." Mematikan sambungan telfonnya daneletakman ponselnya pada meja.

Ten terdiam dengan kedipan mata yang terus ia lakukan, ia tidak percaya jika Johnny melakukannya saat itu juga "siapa yang kau hubungi?"

"Pengacaraku, sejak kau menggerakkan bibir dan mengatakan bercerai, saat itu juga aku mencari pengacara yang handal untuk proses perceraian, tapi aku memintanya untuk tidak mengajukannya sebelum aku menemukan jawaban yang pasti darimu dan ternyata itu sekarang, tiga hari atau dua hari lagi maka surat perceraianku bersama istriku akan kau dapatkan juga."

Ten terdiam, dia terlalu terkejut dengan kesiapan Johnny yang begitu cepat "istrimu bagaimana?"

"Dia hanya ingin hartaku bukan diriku, mendengar harta yang aku berikan dia pasti akan terdiam, jika tidak akupun tidak peduli." Ujar Johnn tak peduli.

Ten menghela nafas lelah "aku tak mengerti kenapa kau terdengar sangat jahat sekarang."

"Dia yang memulainya, aku hanya ingin membalasnya Ten, sekarang keinginanku hanya dirimu bukan yang lain, aku lega kau aku menerimaku kembali."

Alis Ten terangkat satu "aku mengatakan menerimamu kembali begitu?"

"Bukankah begitu?"

Ten tak menyahutinya, dia kembali sibuk dengan makanannya dan menyuapkan hidangan. Kemana Hendery? Bukankah tadi dia ikut? Anak kecil tetaplah anak kecil walaupun dia telah bisa berpikir dewasa, Hendery sedang sibuk bermain di lantai atas dimana restoran itu memang menyediakan tempat bermain anak, Ten an Johnny hanya membiarkannya.

"Kau akan kembali bersamaku bukan? Kau mengatakan hal itu, aku harus menunggu anak yang berada di perutmu lahir terlebih dahulu."

Ten mengangguk pelan "iya."

"Bisa kau jelaskan bagaimana kau bertemu dengan Taeyong dan kenapa kau tetap tak ingin menceraikannya walaupun aku mengirimkan bukti padamu? Kau seolah mendukung Taeyong bersama Jaehyun." Ujar Johnny meminta penjelasan.

Ten menunduk, dia bimbang apakah dia harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

"Jika kau tidak ingin mengatakannya, tidak masalah, aku akan menunggu sampai kau mau mengatakannya." Ujar Johnny, Ten terlihat ragu di matanya untuk memberitahu dirinya tentang apa yang terjadi.

"Aku akan mengatakannya padamu." Ten berpikir walaupun dia tetap diam, pasti Johnny akan tau juga, Ten hanya tidak ingin hubungannya di mulai dari suatu hal yang di sembunyikan. Ten mengelus perutnya itu, lalu setelahnya dia berdiri dan duduk di kursi yang bersebelahan dengan Johnny, meraih tangan Johnny dan meletakkannya di atas perutnya, "ini anakmu, kau memang benar jika aku menyembunyikan kebenarannya karena aku tidak ingin kau berada di dekatku, dan masalah aku menikah dengan Taeyong, semua karena perjanjian yang kami lakukan, aku tidak ingin anak ini lahir tanpa seorang ayah sedangkan Taeyong tidak ingin di jodohkan dengan keluarganya, kami menikah hingga kami setuju akan bercerai setelah anak ini lahir."

Mendengarnya senyum Johnny merekah, dugaannya benar jika Ten mengandung anaknya, pantas saja jika dirinya selalu merasakan ingin mengelus perut Ten, dan sekarang dia tidak akan menyia-nyiakannya, lihat saja tangannya yang dengan lembut mengelus perut Ten dengan senyum yang tak luntur "anakku." Lirihnya, perasaan bersalah kembali menyeruak dalam hatinya, penyesalan yang juga tidak dapat ia tata kembali, andai saja dan hanya kata andai saja yang bisa Johnny lakukan, "maaf."

Ten tersenyum, tangan kirinya dengan ragu-ragu ingin meraih rambut Johnny hingga tangannya telah berada di rambut Johnny, mengelus rambutnya dengan lembut, Ten tau dari rayt wajahnya Johnny jika dia menyesal "jangan menyesal, kita perbaiki semuanya."

"Tinggalah bersamaku Ten." Ajak Johnny.

Bersambung...

Jangan lupa apa? Vote dan komen, kalian juga bisa follow saya.

Sorry for typo

Imagination (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang