11

95 19 5
                                    

Happy reading!!!

Pulang sekolah dan ternyata Taeyong tidak bisa menjemput Hendery, dan dia mengatakan mengutus seorang bawahannya untuk menjemputnya, Hendery memutuskan untuk menunggunya di depan sekolah, memegangi tali tas yang berada di bahunya.

Sebuah mobil berhenti di depan Hendery, dia pikir itu seseorang yang di minta untuk menjemputnya, namun ternyata yang keluar adalah Johnny.

"Halo Hendery!" Sapa Johnny, dia berjalan mendekat ke arah Hendery lalu mencubit pipinya pelan.

"Paman!" Hendery pun juga ikut menyambut kedatangan Johnny dengan riang.

Johnny membawa tubuh Hendery ke gendongannya, membawanya masuk ke dalam mobil "tidak di jemput bukan? Kau mau menemani paman jalan-jalan?"

Hendery terdiam terlihat berpikir "bagaimana dengan mae? Hendery tidak belum meminta ijin padanya."

"Nanti paman yang akan mengatakannya pada papa mu."

Hendery mengangguk semangat "baiklah, tapi kita akan kemana paman?"

Johnny menghidupkan mesin mobil tersebut, menjalankan mobilnya dengan perlahan "ke tempat kerja paman, nanti kau akan banyak bertemu dengan anak yang sedang dalam masa pulih."

Hendery tetaplah seorang anak kecil dan kata pulih baru saja ia dengar "pulih? Apa itu?"

"Mereka sedang sakit dan dalam masa penyembuhan, paman mengajak Hendery kesana agar juga ikut menyemangati mereka agar tetap bertahan hidup."

"Maksud paman?"

"Nanti Hendery tau sendiri setelah melihatnya."

Sepuluh menit berkendara akhirnya sampai pada rumah sakit, Johnny memasukkan mobilnya ke arah basement dan membantu Hendery keluar dari mobil, tak membiarkan Hendery berjalan, dia terus menggendongnya hingga tiba di ruangannya.

Sedangkan Hendery menatap sekitar dengan raut wajah yang bingung, banyak anak kecil yang umurnya di bawahnya, setara dengannya maupun sedikit lebih tua darinya yang terbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya memucat, dia bisa melihatnya sekelebat dari kaca pintu "mereka semua sakit?"

Johnny mengangguk "benar, mereka semua sakit, tapi ada beberapa yang hanya sakit biasa saja seperti kekurangan vitamin."

"Lalu bagaimana dengan anak yang pucat itu? Tubuhnya mengurus."

"Dia memiliki penyakit kanker stadium dua." Jawab Johnny, "kau mau kesana?"

Hendery mengangguk "aku mau, dia terlihat kesepian, aku akan menemaninya."

Johnny masuk ke dalam ruangannya, mengambil jas dokter miliknya terkebih dahulu. Hendery tetap pada gendongan Johnny, dia terlihat antusias untuk bertemu anak laki-laki yang seusianya.

Johnny masuk ke ruang rawat, disambut oleh senyuman tipis anak kecil "halo Jun, sudah lebih baik?"

Anak itu mengangguk kecil hingga rambutnya ikut bergerak "apa aku akan sembuh dokter?"

Johnny mengangguk yakin "Xiojun akan sembuh jika menuruti dokter." Anak kecil yang di panggil Xiojun tersenyum riang.

"Jadi aku akan mati?"

"Kau akan sembuh bukan mati." Serobot Hendery, "sembuh itu artinya kembali sehat." Lanjutnya.

Xiojun melirik sekilas ke arah Hendery lalu kembali menatap Johnny "dia siapa dokter?"

"Oh dia, dia anak temanku." Jawab Johnny, "Hendery, perkenalkan dia Xiojun, dan Xiojun dia adalah Hendery."

Hendery mengulurkan tangannya "aku Hendery."

"Xiojun." Dia menyambut uluran tangan Hendery.

"Nah, kalian harus berteman ya." Ujar Johnny, "Hendery, paman pergi ke ruangan terlebih dahulu untuk memberitahu pada mae mu."

Hendery tak menyahut namun dia membalas dengan anggukan "kau sakit apa?" Tanyanya menghiraukan Johnny.

Johnny tersenyum melihat tingkah Hendery, dia melangkah keluar dari ruangan dan kembali pada ruang kerja miliknya, melepas jas putih yang ia kenakan dan meletakkannya pada gantungan "kau sudah datang Ten?"

Ten mendengus "dimana Hendery?" Tanya Ten langsung, dia malas berbasa-basi pada Johnny.

Johnny menarik satu kursi dan duduk di samping Ten, memutar kursinya hingga menatap Ten seluruhnya, lalu setelahnya dia memutar kursi milik Ten agar menatapnya juga "bagaimana kabarmu Ten?"

"Aku kesini tidak ingin berbicara panjang bersamamu, lebih baik katakan dimana Hendery lalu aku akan pulang." Dia datang karena Johnny yang menghubungi dirinya dengan nomor yang tidak ia kenal, mengatakan Hendery bersama Johnny dan tidak di pulangkan jika Ten tidak datang, orang di depannya sungguh sangat merepotkan.

Johnny terkekeh "dia baik-baik saja, dan mungkin dia juga senang."

"Johnny, cukup berbicara yang tidak penting, apa yang kau mau hingga harus memintaku untuk datang kemari? Suamiku bisa menjemput Hendery."

Johnny mendengus "bukankah aku sudah mengirim bukti padamu? Apa itu tetap tidak mau membuatmu bercerai dengannya? Kau tetap akan bertahan dengan seseorang yang berselingkuh?"

"Kau tau apa dengan cinta Johnny? Kau tidak mengerti sedikitpun, aku mencintai suamiku, dia berselingkuh? Itu artinya aku harus memperbaiki diriku dan aku akan melakukan pembicaraan dengannya. Jangan karena kau mengirim foto seperti itu membuat hubunganku dengan suamiku akan renggang, tidak sedikitpun."

"Aku mengerti apa itu cinta, tapi cinta juga tidak sebodoh ini bukan?"

"Kau mengerti cinta? Saat bersamaku kau mengatakan banyak sekali kata 'aku mencintaimu', tapi ternyata kau meninggalkanku karena sebuah keturunan, itu yang kau sebut cinta? Cinta yang bisa di putuskan begitu saja?" Balas Ten, "jangan mengirimkan hal yang tidak penting lagi John, sampai kapanpun kami akan baik-baik saja."

Johnny meraih kedua tangan Ten dan menahannya saat Ten sedikit memberontak "dengarkan aku Ten, kau mau menikah denganku maka aku akan bercerai dengan istriku, aku tidak akan melakukan perselingkuhan."

"Dulu kau pernah berjanji untuk menikahiku tapi kau berdusta, lalu kau sekarang mengatakan janji kembali, apa aku harus mempercayaimu? Karena yang aku tau, seseorang yang pernah berbohong satu kali, dia akan terus berbohong, seorang pembohong tidak ada janji yang ditepati. Kau tidak akan melakukan perselingkuhan karena kau memilih meninggalkan."

Johnny terdiam tidak bisa membela, memejamkan mata dan menarik nafas cukup dalam, dia berdiri dari duduknya dengan tenang, tidak ada rayt kesal padanya, mungkin perasaan kecewa tidak bisa mendapatkan Ten secara cepat "hari ini waktumu untuk memeriksa janinmu, apa kau juga tidak membiarkanku ikut?" Tanya Johnny dengan lembut, sebenarnya dia berharap Ten mengizinkannya.

Ten diam beberapa detik lalu setelahnya dia mengangguk pelan "ayo." Ten melangkah keluar ruangan diikuti Johnny di sampingnya, "bisa kau berjalan sedikit jauh dariku? Bagaimana jika ada seseorang yang mengambil foto kita dan melaporkannya pada istrimu?"

"Baiklah." Johnny menurut, berjalan sedikit jauh dari Ten, apa yang di ucapkan Ten juga benar dan dia tidak mau istrinya itu datang dan memarahi Ten, padahal dia sendiri yang mendekati.

Ten menghela nafasnya, kenapa di saat Johnny menurut membuatnya tak nyaman, ada perasaan mengganjal yang mengatakan jika dirinya tidak harus melakukan hal itu "aku hanya tidak mau hubungan kalian renggang."

Johnny tersenyum pedih, hubungannya renggang saat kedatangan Ten? Sebelum Ten datang hubungan dia dan istrinya sudah renggang "sebelum kau datang memang sudah renggang Ten, jangan takut jika hanya hubunganku yang renggang, seharusnya aku yang takut, kapan kau akan menerima diriku kembali tanpa ada dendam sedikitpun."

Bersambung..

Imagination (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang