18.

93 16 2
                                    


Happy reading!!!

Hari-hari Ten jalanin seperti biasa, memasak makanan lalu setiap pagi dia akan membangunkan Hendery dan Johnny, ah mengingat mereka belakangan ini sangat dekat bahkan Hendery sangat dekat pada Johnny daripada Ten.

Ten menarik nafasnya saat merasakan sakit pada perutnya, dia pikir itu hanya kontraksi biasa namun saat merasakan sesuatu yang mengalir di area selangkangannya membuatnya panik "JOHNNY!!!" Teriakan Teh yang sangat nyaring membuat Johnny yang sedang bersantai langsung berlari dengan panik.

"Ada ap-astaga Ten!" Johnny dengan segera membawa Ten ke gendongannya dan melangkah ke arah mobilnya, dia harus segera untuk membawa Ten ke rumah sakit.

"Hendery." Lirih Ten.

"Aku akan meminta Jaehyun untuk menjemput Hendery." Ujar Johnny cepat. Jantungnya tengah berdetak cepat, ingin memfokuskan dirinya pada jalanan, tapi cengkraman dan rintihan Ten membuatnya tak bisa mengabaikannya. Dengan tangan yang genetar, Johnny mengelus perut Ten dengan lembut walaupun itu pasti tak bereaksi apapun, "jangan membuat mae kesakitan nak."

Peluh membasahi wajah hingga leher Ten, kepalanya terus bergerak ke kanan dan kiri, mengerang terus menerus, ingin mencngkram perutnya namun ia masih bisa berpikir, takut jika melukai bayinya "ji-jika nanti arggh." Kepala Ten mendongak saat tak kuasa menahan rasa sakitnya, "dokter berta-nya, ka-kau harus memilih anak ki-ta." Ujar Ten terbata-bata disela kesakitannya.

"Kau berbicara apa Ten, tidak akan ada pertanyaan seperti itu, aku tau kau kuat, kita akan merawat anak kita bersama-sama, bukankah ini mimpimu sayang, bertahanlah." Dalam situasi seperti ini, Johnny tau jika dirinya tidak boleh kalut dan khawatir, Ten harus ditenangkan.

Johnny tiba di rumah sakit, dengan segera menurunkan Ten dan menggedongnya, ia berlari ke dalam rumah sakit tersebut "KEKASIHKU AKAN MELAHIRKAN!!" Teriaknya.

Mereka yang memang mengenal Johnny langsung siap siaga, apalagi dengan dokter kandungan pribadi yang Johnny siapkan terkejut dengan teriakan Johnny "John, baringkan di sini." Perintahnya.

Johnny membaringkan Ten, dia ikut saat brankar tersebut di dorong menuju ruang operasi, sebelum Ken masuk Johnny terlebih dahulu menahan bahunya, menatap dengan memohon padanya "aku mohon, selamatkan Ten dan bayiku." Lirihnya.

Ken mengangguk "aku akan berusaha sebaik mungkin John, kau harus tenang dan berdo'a pada Tuhan." Menepuk baju Johnny dua kali lalu masuk ke dalam ruangan.

Johnny berdiri dengan resah, jantungnya tengah berdetak kencang "Ya Tuhan, kenapa aku memiliki firasat buruk." Lirihnya.

"Bagaimana dengan Ten sekarang?"

Johnny menatap ke arah samping, dia tidak menyadari dengan kedatangan Taeyong dan Jaehyun "dia masih berada di dalam ruang operasi."

Sedangkan di dalam ruangan, mereka semua tengah bekerja keras untuk mengeluarkan bayi kecil di dalam perut Ten, sedangkan Ten sendiri hanya menatap langit-langit ruangan, pikirannya tengah berkelana di mana dia baru pertama kali bertemu dengan Johnny lalu dekat dengannya, menjalin hubungan lalu bagaimana hubungan itu berakhir, banyak kenangan yang masih ia ingat dengan mudah, lelehan air bening mengalir dari mata Ten "Dokter Ken..." Lirihnya.

Ken mendekati Ten "ada apa Ten? Kau menginginkan sesuatu?"

Ten mengangguk "panggilkan Johnny untuk menemani aku."

"Tentu, tunggu sebentar." Ken meminta salah satu perawatnya untuk memanggik Johnny.

Perawat itu mengangguk patuh, melangkah keluar untuk memanggil Johnny "tuan Johnny, silahkan ikuti saya untuk menggunakan baju yang di sterilkan, anda di minta tuan Ten untuk menemaninya."

Setelah menunggu beberapa saat, Ten akhirnya melihat Johnny masuk, dia tersenyum kecil saat langsung mendapatkan pelukan hangat dan kecupan ringan pada dahinya "kau harus semangat." Gumamnya, "kuatlah untuk bayi kita dan Hendery, aku akan mengajak kalian berjalan-jalan ke luar negeri."

Air mata Ten semakin deras ke luar "a-aku tak menginginkan itu, kau mau berjanji padaku bukan?"

"Apa?"

Ten menggenggam tangan Johnny dan meletakkannya di atas dadanya "jantung ini masih berdetak walaupun lemah, aku pernah berkata jika dirimu adalah hidupku, kau telah kembali tapi mungkin takdir tak bisa sampai pada pernikahan, banyak cita-cita masa depan yang mungkin tidak bisa aku gapai tapi aku yakin kau bisa mewujudkannya untukku. Aku ingin Hendery menjadi dokter seperti dirimu, dokter yang membantu orang tanpa pamrih. Dan untuk anak yang sekarang aku perjuangkan, aku ingin dia menjadi anak yang baik dan sering membantu, selalu tersenyum dan menebar kebahagian untuk orang lain, aku ingin kau, Hendery dan bayi kita hidup bahagia. Johnny, wujudkan hal itu walaupun tidak ada aku, Johnny aku sangat mencintaimu sampai kapanpun, I love you." Ten memejamkan matanya setelah menyelesaikan perkataannya.

"I love you too." Lirihnya, kakinya seperti jeli, dia hanya bisa mendengar jika Ten tengah mengalami pendarahan. Johnny mengguncang tubuh Ten dengan kuat walaupun tidak bereaksi apapun.

Ken mendekat ke arah Johnny "John maaf aku tidak bisa menyelamatkan nyawa Ten, pendarahan yang di alami oleh Ten sangat banyak, sebenarnya saat kau masuk Ten memang mengalami pendarahan, karena itu aku segera memanggil dirimu dan untuk kondisi anakmu dia tengah berada di ruangan samping, dokter anak tengah menanganinya, anakmu tidak menangis saat dilahirkan karena itu aku ragu dan meminta dokter anak datang, mungkin kau tidak menyadarinya." Memang di luar Johnny hanya melamun dan memperhatikan sekitar, seorang perawat saja saat memanggil nama Johnny sudah beberapa kali, hingga di panggilan ketiga Johnny bisa mendengarnya.

"Ten sayang, tentu aku akan mewujudkan cita-cita mu, tapi bukankah kau harus melihatnya langsung? Hendery akan menjadi dokter, kau tenang saja. Apa yang akan aku katakan pada anak kita nanti? Kau harus bangun sayang, kita rawat anak kita sama-sama." Johnny memeluk erat tubuh Ten, mencium wajahnya berkali-kali, air matanya menetes hingga membasahi wajah Ten, rasanya menyesal saat ia tahu Ten akan pergi meninggalkannya untuk selamanya, ia merasa ini karena ulahnya, jika saja dirinya tidak melakukannya pada Ten mungkin dia akan tetap hidup bersamanya walaupun tanpa bayi.

Johnny berteriak keras karena meluapkan emosinya hingga terdengar di luar ruangan, Taeyong dan Jaehyun yang berada di luar ruangan menatap denagn bingung. Saat melihat salah satu perawat yang keluar dari ruangan mereka langsung menghampirinya "bagaimana dengan keadaan Ten?" Tanya Taeyong.

"Tuan Ten telah meninggal dunia karena mengalami pendarahan."

Taeyong menggeleng tak percaya "tidak mungkin Ten meninggal, apa kau sedang bercanda?" Pekiknya.

"Maaf tuan, memang Tuan Ten telah tiada, aku tidak bercanda."

Tubuh Taeyong menjadi lemas, beruntung dengan sigap Jaehyun menangkapnya "tenangkan dirimu sayang, ingat juga pada kandunganmu."

Johnny keluar dari ruangan dengan linglung, dia termenung hingga Jaehyun harus menariknya agar duduk, Jaehyun memeluk Johnny dan menepuk punggungnya "menangislah."

Johnny kembali menangis di pundak Jaehyun "hidupku hancur Jae, Ten pergi meninggalkanku untuk selamanya, a-aku memang menginginkan keturunan, tapi aku tidak mau Ten juga pergi meninggalkanku, a-apa aku harus menyusul Ten?" Racau Johnny.

"Kau berbicara melantur, siapa yang akan merawat Hendery dan anakmu nanti jika kau ikut menyusul, kau tidak memiliki pahala sedikitpun hingga tidak menjamin kau masuk surga." Jaehyun adalah orang yang tidak menghibur, kata-katanya sedikit mencela tapi hanya itu yang ia bisa.

End...

Imagination (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang