12

97 17 0
                                    


Happy reading!!

Ten mendengarnya namun dia tidak menggubrisnya, haruskah ia peduli? Fokusnya sekarang hanya untuk Hendery dan calon bayinya.

Masuk ke dalam ruangan pemeriksaan yang telah ditunggu dokter kandungan permintaan dari Johnny sendiri "sepertinya kita salah ruangan." Papar Ten, "dokter kandunganku bukan dia."

Johnny menarik tubuh Ten dan memaksanya untuk duduk di kursi "aku yang memintanya, dia akan menjadi dokter kandunganmu secara pribadi."

"Kenapa kau yang mengatur semuanya John." Geram Ten, "kau mengusik hidupku." Cercanya.

"Maaf, tapi aku memang ingin melakukan ini untukmu." Johnny menatap dokter kandungan itu, mengangguk pelan sebagai isyarat jika pemeriksaan dimulai saja.

"Baik, nyonya Ten, perkenalkan nama saya Ken, saya akan menjadi dokter pribadi selama anda hamil, anda tanpa perlu repot datang jika terjadi sesuatu dengan kandungan anda, sekarang anda dapat menghubungi saya, kecuali saat check up." Ken memberikan senyuman lebarnya, dia teman Johnny dan mengetahui siapa laki-laki yang kini akan menjadi pasiennya, "apa anda memiliki keluhan?"

Ten mengangguk "aku merasa pusing setelah melihat dia." Ten menunjuk ke arah Johnny, "rasanya memuakkan melihat wajahnya, bisa dokter usir saja dia?"

Ken menggigit pipi dalamnya berusaha untuk tidak tertawa "selain dia dokter di sini, posisinya lebih tinggi daripada saya, tidak mungkin saya mengusirnya." Bohong, dia bisa mengusir siapapun jika mengganggu acara pemeriksaan, hanya demi Johnny dia mengatakan hal yang sebaliknya.

Karena Ken tau, jika Johnny sangat ingin menemani Ten untuk melakukan pemeriksaan pada bayinya, satu kali saja dia rasa cukup.

Ten menghela nafasnya "jika begitu apa boleh buat, biarkan dia."

Ken mengangguk "jadi, nyonya Ten tidak ada keluhan?"

Ten menggeleng "aku rasa tidak, semua normal, sakit pada kaki dan perut bukankah hal biasa?"

Ken mengangguk "tentu, tapi jika mengalami sakit perut terus-menerus, lebih baik anda cepat menghubungi saya."

"Apa hanya saat sakit aku bisa menghubungi dokter? Apa pada saat aku menginginkan sesuatu tidak bisa menghubungi dokter?"

Ken menggeleng "untuk hal itu, biarkan pria yang berada di samping anda yang akan melakukannya, dia pasti akan memenuhi semua keinginan anda."

"Dia lagi?" Lelah Ten, "jadi dokter, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Anda hanya perlu banyak beristirahat, berjalan di sekitar rumah dan makan-makanan bergizi, anda dan bayi anda terlihat sehat, dan satu lagi."

Ten terdiam menunggu dokter Ken berbicara "apa?"

"Percaya pada seseorang dari masa lalu dan yang pernah menyakiti kita tidak ada salahnya, lembaran baru bukan hanya tentang orang baru, tapi orang lama bisa juga."

Ten memutar matanya, malas mendengar perkataan yang seolah mendukung dirinya bersama Johnny, dan dia juga tidak terkejut dengan dokter di depannya ini yang mendukung Johnny bersama dirinya, karena dokter itu juga pilihan dari Johnny.

"Tapi bagiku, lembaran baru semuanya harus baru." Lalu setelahnya Ten berlalu pergi, "aku menunggumu di ruangan dirimu bodoh, 10 menit." Ujarnya sebelum menghilang dari balik pintu.

Johnny menghela nafasnya, dia tersenyum pada Ken "terimakasih." Ucapnya.

Ken mengangguk "ya, lebih baik kau cepat pergi, orang hamil memiliki perasaan sensitif sangat tinggi."

Johnny berdiri dari duduknya "apa setelah mendengar dia berbicara seperti itu, aku bisa berharap?"

"Tidak ada yang salah dengan berharap John, wajar jika dia berprilaku seperti itu mengingat kau yang memulainya." Ken terdiam beberapa saat, "bagaimana jika bayi yang berada di perut Ten, bukan darah dagingmu?"

"Aku tidak peduli, Hendery yang bukan putraku, telah aku anggap sebagai anakku, begitupun dengan janin yang berada di perut Ten, aku hanya ingin kembali bersama Ten, itu saja, tapi aku juga berharap jika janin itu adalah hasilku dan Ten." Ungkap Johnny.

"Kau melakukannya pada saat mabuk."

Johnny menggeleng "aku tidak mabuk, aku sangat sadar jika aku bersetubuh dengan Ten, aku berbohong pada Ten jika aku mabuk dan mengatakan melakukannya bersama kekasihku saat itu, aku melakukan hal itu karena aku tidak ingin Ten meminta pertanggung-jawaban, aku membutuhkan seorang keturunan Ken, tapi jika aku tau kekasihku yang menjadi istriku saat ini tidak ingin mengandung, tidak akan aku tinggalkan Ten."

Ken meraih penanya dan mengetuknya pada dahi Johnny "perkataanmu seolah Ten berada dipilihan kedua."

"Dia pilihan utama yang tidak bisa menjadi utama." Gumam Johnny, "aku pergi dulu." Pamitnya.

Johnny kembali ke ruangannya, melihat Ten yang tengah merebahkan tubuhnya di sofa panjang "kau merasakan sakit?"

Ten mengangguk, mengangkat kaki kirinya ke arah Johnny yang memang sedikit membengkak "bisa kau pijatkan?"

Johnny mengangguk, dia duduk di sofa dan meletakkan kedua kaki Ten di atas pahanya, mulai memijatnya dengan lembut "kenapa tidak melakukan USG?" Tanya Johnny.

"Hanya tidak ingin mengetahui kelamin bayiku, biarlah menjadi kejutan." Ten memejamkan matanya menikmati pijatan Johnny.

"Kau memiliki perasaan tentang kelamin bayinya?"

Ten mengangguk, membuka matanya dan sekarang mereka bertatapan langsung, saling menyelami mata masing-masing "Laki-laki." Ten kembali memejamkan matanya, dia tidak bisa terus-menerus melihat wajahn Johnny atau lebih tepatnya dia melihat bibir Johnny dan jakun yang bergerak menggoda, dia tidak tau kenapa perasaannya ingin untuk menyesap bibir dan jakun milik Johnny itu.

"Kau kenapa Ten?" Bingung Johnny.

Ten kembali membuka matanya "kau ingin menuruti permintaanku?"

Johnny mengangguk pasti "tentu, apa yang kau inginkan?"

"Bibirmu."

Johnny menjatuhkan rahangnya dengan mata yang membulat terkejut, tapi setelahnya dia dengan cepat sadar dan mengangguk dengan cepat, kesempatan tidak datang dua kali "aku akan memberikannya."

Johnny menarik tubuh Ten dan mendudukkannya di atas pahanya, walaupun terhalang perut besar Ten tak membuat tangan Johnny kesusahan untuk mendekap tubuh Ten.

Mereka saling menatap, jantung mereka berdetak memompa sangat cepat, nafas mereka menjadi sangat tidak beraturan. Johnny menangkup wajah Ten, mengelus pipinya dengan jari bergetar "bukan mimpi." Ujar Johnny dalam hati.

Ten pun begitu, hatinya terus berkata jika ini bukan mimpi, sangat nyata ketika jari Johnny mengelus pipinya, dia memejamkan mata disaat Johnny menarik wajah Ten untuk mendekat, tubuhnya bergetar disaat bibir mereka saling bersentuhan, seperti di kejutkan dengan aliran listrik dengan tegangan yang rendah.

Johnny melumat bibir Ten, dengan lembut menyesap bibir atas dan bawah yang terasa manis, menggigit bibir bawah Ten hingga mulutnya terbuka, lidah Johnny masuk ke dalam, bergerak ke arah langit-langit mulut Ten hingga Ten melenguh pelan.

"Emm eghh."

Johnny tak ingin menyudahinya tapi Ten memukul dadanya hingga dia mengerti, Johnny melepas tautan bibir mereka hingga benang saliva tercipta. Johnny mengusap bibir Ten lalu di akhiri kecupan di sudut bibir Ten.

Ten membuka matanya, detakan jantungnya belum stabil, dengan berat hati dia berdiri dari duduk dan membenarkan pakaiannya yang sedikit kusut "aku pergi, tolong antarkan Hendery jika dia sudah ingin pulang." Pinta Ten, dia meraih knop pintu dan menatap Johnny, bibirnya bergerak tapi tidak menghasilkan suara yang keras, berbisik namun suara yang dihasilkan tidak begitu terdengar.

"Bercerailah dengan istrimu." Gumam Johnny, dia mendengar sedikit suara dari Ten, "apa jika aku bercerai dengan istriku, kau mau denganku?"

Tak menjawab, Ten berlalu pergi meninggalkan Johnny yang dilanda kebingungan "Ten menerimaku? Atau dia hanya bermain-main dan membalas dendam? Apa jika aku bercerai, Ten akan kembali?"

Bersambung....

Imagination (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang