sepuluh

503 88 3
                                    

"Danielle itu never give up,
apalagi soal Hanni."

|

Hanni mengusap wajahnya gusar, tak ia sangka Danielle akan begitu nekad demi menemuinya.

"Kamu ke mana aja ta? Mami nggak lihat kamu tuh lama banget lho, mbok ya ada tiga tahun.." kata ibu Hanni dengan senyum ramah, tangannya tak henti menguleni adonan donat yang hendak dibuatnya.

Hanni pura-pura muntah, jelas tak percaya ibunya menyebut dirinya sendiri sebagai mami di hadapan Danielle di saat ia tak pernah sama sekali menatap Haerin.

Double standard betul, batinnya.

"Saya langsung pindah ke Jakarta sehabis selesai SMA tante, jadi maklum kalau nggak pernah lihat saya anter jemput Hanni lagi.."

Ibu Hanni tersenyum dan manggut-manggut paham.

"Mami kira kamu berantem sama Hanni soalnya waktu itu mukanya Hanni murung banget pulang dari sekolah, mami masih inget banget."

Danielle yang mendengar hal itu jelas tersenyum puas, melirik Hanni sesekali dengan rona manis di kedua pipinya.

Hanni mendelik, menoleh secepat kilat demi menatap ibunya tak percaya; "mami jangan hoax dong! Hanni nggak pernah murung kali!"

Ibu Hanni, seperti ibu pada umumnya hanya terkekeh lalu memindahkan setiap adonan di wadah yang berbeda-beda sebelum membawanya ke dapur.

"Oh iya, Dani, kamu duduk sama Hanni aja gih. Mami mau ngurus ini dulu. Sana, sana," tutur ibu Hanni sambil mendorong pelan tubuh jangkung Danielle untuk mendekat kepada Hanni yang kini menggembungkan pipinya kesal.

Danielle terlihat gugup, "saya bisa bantu bikin donatnya, tan-"

Ibu Hanni menaikkan telunjuknya, "panggil mami aja dan nggak usah, kamu temenin Hanni ngobrol aja. Mami bisa sendiri kok, bener."

Danielle hanya bisa menuruti keinginan ibu Hanni, tak ingin memaksa kehendak calon mertuanya; pikirnya narsis.

Jadi, Danielle memilih duduk di hadapan Hanni yang menatapnya sebal.

Satu minggu sudah berlalu, tapi sikap dan antusiasme Hanni sama sekali tak berubah terhadap Danielle. Tetap dingin dan ketus.

"Ngapain sih lo ke sini?"

Danielle tersenyum canggung.

"Banyak yang pengen aku obrolin sama kamu, Hanni."

Hanni mendengus.

"Kalo gue bilang nggak mau, ya berarti gue beneran nggak mau, Danielle."

Danielle mengangguk.

"Aku paham kok."

Hanni menaikkan alisnya.

"Terus ngapain masih di sini?"

Danielle mengerjap.

"Aku cuma pengen lihat kamu lebih lama lagi, aku kangen sekali sama kamu."

Asmalibrasi • Kittyz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang