Haechan mendudukkan dirinya di atas kursi sembari menghela nafas lelah.
Tubuhnya terasa sangat remuk karena terus berjalan kesana kemari sejak pagi, sebenarnya kedua orang tuanya sudah melarang untuk tak ikut serta membantu persiapan pernikahannya.
Namun Haechan menolak mau bagaimana pun ini pernikahannya, Haechan tak bisa jika tak ikut serta.
Maka dari itu dia lebih memilih mengabaikan perkataan kedua orang tuanya, dan turut serta membantu persiapan pernikahannya yang akan di gelar satu minggu dari sekarang.
"Cape banget" kata Haechan sembari meringis pelan ketika merasakan kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat pusing, tapi dia coba sebisa mungkin untuk menahannya.
Haechan tak mau jika nanti dia malah jatuh sakit, padahal pernikahan nya dan Renjun sudah di depan mata. Oleh karena itu dia mencoba tak memanjakan rasa sakit yang dirasakan oleh nya.
"Kan mama sudah hilang kamu istirahat saja tak usah ikut membantu" kata sang mama sembari menghampiri putra bungsunya itu.
"Gak apa-apa kok mah, Haechan kuat. Gak akan jatuh sakit karena ini" kata Haechan sembari tersenyum dengan lebar.
"Terserah kamu aja deh, kamu itu memang sangat mirip sekali dengan papah mu yang sangat keras kepala itu" kata sang mama sembari mengusap rambut nya dengan sayang.
"Nih minum dulu" kata sang mama sembari menyodorkan segelas air kehadapannya.
"Makasih ma" ucap Haechan sembari meminum air itu hingga tandas.
"Ma aku mau pergi ke rumah Renjun sebentar ya" pinta Haechan sembari menatap mamanya itu dengan penuh harap.
"Mau ngapain?" tanya sang mama bingung. "Ada deh" kata Haechan sembari tersenyum dengan lebar.
"Ya udah, kamu hati-hati jalannya nanti ya jangan sampe jatuh. Dan kalau mau nyebrang harus liat kanan kiri dulu" Haechan mengangguk menanggapi ucapan sang mama, kemudian dengan semangat dia berdiri dari duduknya.
Pemuda manis itu dengan riang berjalan keluar dari rumahnya, dia sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan calon suaminya itu.
"Ketemu Renjun, ketemu Renjun" kata Haechan senang sembari melompat-lompat kecil.
Si manis tak perlu repot-repot naik kendaraan untuk bisa bertemu dengan calon suaminya itu, karena pada dasarnya rumah mereka memang tak terlalu jauh Haechan bahkan bisa sampai ke rumah itu dengan berjalan kaki sebentar.
"Gyu!" teriak Haechan senang sembari menghampiri Beomgyu yang tengah berdiri di depan rumah nya.
"Loh Haechan?, ngapain lu disini" tanya Beomgyu sembari menatap pemuda manis itu dengan heran.
"Mau ketemu Renjun hehehe...." Jawab Haechan sembari tersenyum dengan lebar.
"Oh ketemu kak Renjun" kata Beomgyu sambil tersenyum maklum.
"Kak Renjun nya lagi sibuk di dalem, langsung masuk aja" kata Beomgyu sembari menunjuk pintu rumah yang memang sudah terbuka lebah.
"Loh Haechan?" Haechan langsung tersenyum senang begitu melihat calon suaminya itu tengah berjalan kearahnya.
"Njun!" Renjun hanya mampu terkekeh gemas melihat sang kekasih yang tampak antusias melihat kedatangannya.
"Kamu ngapain disini sayang?, kalau kamu mau ketemu kan bisa telpon dulu biar aku jemput" kata Renjun sembari mengusap rambut si manis dengan gemas.
"Kan rumah kita deket gak usah pake acara jemput segala" kata Haechan sembari menghamburkan dirinya ke dalam pelukan sang kekasih.
"Njun nanti malem Kita pergi ke luar ya?, kan sekarang malam minggu. Aku lagi pengen banget pergi ke pasar malam" kata Haechan sembari memeluk calon suaminya itu semakin erat.
"Maaf sayang aku gak bisa, akhir-akhir aku lagi sibuk banget. Jadi aku gak bisa ngajak kamu pergi keluar malem ini kita perginya lain kali aja ya?" senyuman Haechan langsung luntur begitu mendengar ucapan calon suaminya itu.
"Gak bisa ya?" tanya si manis sembari menunduk sedih. "Jangan sedih dong sayang, aku benaran lagi sibuk banget. Nanti kalau udah gak sibuk kita pergi bareng ke sanah aku janji" Haechan hanya mampu mengangguk menanggapi ucapan calon suaminya itu.
"Kalau besok?" tanya Haechan sembari menatap kekasihnya itu dengan penuh harap.
"Maaf gak bisa juga manis, sebelum kita nikah kayaknya kita gak bisa pergi keluar dulu" Renjun meringis pelan ketika melihat wajah si manis yang benar-benar terlihat sangat sedih.
"Tapi kan aku mau pergi kesana sama kamu sebelum kita menikah" kata Haechan sembari mendorong tubuh Renjun untuk menjauh darinya.
"Aku benar-benar minta maaf" kata Renjun sembari menatap si manis dengan memohon.
Renjun menggeram kesal ketika melihat si manis yang sudah berlari menjauh darinya.
"Hayoh loh anak orang di bikin nangis" kaya Beomgyu sembari menepuk pundak kakaknya itu heboh.
"Bacot!, gue juga sebenarnya gak tega cuma pekerjaan gue kali ini gak bisa di tinggal" kata Renjun sembari menghela nafas pelan.
"Ya semoga aja dia gak minta pernikahan kalian di batalin" Renjun langsung mendelik begitu mendengar ucapan sang adik.
"Jangan sampe lah" Renjun sekarang benar-benar merasa bersalah karena sudah menolak permintaan si manis.
Setengah hari pun berlalu sejak kejadian pagi tadi si manis sekarang benar-benar tak bisa dihubungi.
Renjun benar-benar di buat khawatir, dia takut jika calon istrinya itu sampai kenapa.
Renjun yang mencoba berfikir positif pun akhirnya melanjutkan pekerjaannya kembali, dia berharap semoga saja kekasih manisnya itu tak sampai kenapa-kenapa.
Pagi harinya pemuda tampan itu masih tak bisa tenang, dia benar-benar kepikiran dengan kekasih manisnya itu.
Tok
Tok
Tok
Renjun sedikit mengehala nafas ketika pintu kamarnya di ketuk dengan brutal.
Cklek
Renjun sedikit terkejut ketika mendapati Jeno yang ternyata tersangka yang sudah mengetuk pintunya dengan tak manusiawi.
"Lu apain Haechan goblok!" teriak Jeno marah sembari memukuli dada nya dengan brutal.
"Ahk! Sakit woy!" jika saja Renjun tak ingat jika orang di depannya ini tengah mengandung mungkin saja pemuda sipit itu sudah Renjun dorong dengan kasar.
"Haechan sakit goblok!, dia demam tinggi. Dari semalem dia terus nangis dan manggil nama lu, lu kemana sih setan gue telponin gak di angkat?. Selingkuh lu?" Renjun langsung melotot begitu mendengar ucapan Jeno, dia tak salah dengar kan?.
"Haechan sakit?" tanya Renjun tak percaya, padahal kemaren pemuda manis itu masih baik-baik saja.
Atau jangan-jangan Haechan sakit karena dia yang sudah menolak permintaan nya?, Renjun semakin merasa bersalah jika memang iya.
"Dia bahkan sampe masuk ruang sakit karena demam nya gak turun-turun, dan sampe sekarang dia belum sadar juga" Renjun langsung saja terduduk di lantai begitu mendengar ucapan pemuda sipit itu.
Sial!, jika saja kemarin Renjun menerima ajakan si manis mungkin tak begini adanya.
Jika Renjun tau Haechan akan sampai sakit begini, dia lebih memilih menyetujui permintaan si manis daripada harus mengutamakan semua pekerjaannya itu.
"Renjun goblok!"
TBC
Niatnya bikin sepuluh chap doang eh malah kelebihan.