Part 28

1.7K 169 7
                                    

Dara sempat menangis sebentar sebelum terlelap dalam dekapannya. Perempuan yang belum pulih dari rasa insecure-nya ini makin ketakutan. Padahal sebelumnya sudah baik-baik saja dan berusaha menerima keadaan.

Memang belum terlihat perubahannya, tapi Zevan yakin Dara akan menjadi sosok ibu yang baik untuk anak mereka nanti.

Zevan mengusap lembut punggung Dara agar dia lebih nyaman dan lelap. Sekaligus meredam emosi yang sempat naik karena mendengarkan pertanyaan kurang mengenakkan setengah jam yang lalu.

Perempuan yang bertanya tadi adalah perempuan yang berulang tahun malam ini. Zevan telah mendapatkan informasi mereka berdua, yang mana yang bertanya ia tidak paham karena mereka anak kembar.

Ditengah remangnya lampu dan singkatnya waktu, Zevan nggak sempat melihat dengan jelas struktur wajah ataupun ciri yang khas untuk membedakan keduanya. Mungkin ia harus bertanya pada Dara besok pagi.

Zevan nggak suka miliknya diusik seperti ini.

"Lo gerak-gerak terus... Gue nggak bisa tidur," Dara bergumam pelan.

Zevan terkekeh pelan, "Sorry-sorry."

"Van..."

"Hem?"

"Gue pengen makan deh."

"Makan apa? Lo udah mulai ngidam?" Zevan sudah bersiap untuk hal ini. Ia pernah membaca cerita aneh orang-orang tentang pengalaman ngidam istri atau diri mereka sendiri, Zevan juga tau kalau bisa jadi bapak-nya yang mengalami ngidam.

"Gue laper aja, pecel ayam enak kali ya?"

Zevan bergerak kecil mengambil ponselnya diatas nakas samping ranjang, "Gojek nggak papa kan?"

"Iya."

Zevan memesan pecel ayam langganannya kalau sedang lapar malam-malam. Selain rasanya yang enak, ia juga menjamin kalau tempat itu bersih sekalipun mereka berdagang di tepi jalan.

"Udah pesen, dua puluh menit nyampe."

"Thanks, Suami."

***

Pagi ini Zevan mendengarkan cerita Dara kalau perempuan itu sepertinya nggak suka padanya. Informasi yang Zevan dapatkan cukup lengkap dan dari sana ia sepertinya tau penyebab Farah nggak suka pada Dara.

Farah dan Petra pernah pacaran kemudian putus, satu tahun kemudian Petra pacaran dengan Dara. Nggak sampai disana, Farah dan Petra juga sempat secara diam-diam selingkuh dibelakang Dara. Namun Zevan menyimpan cerita ini untuk dirinya sendiri.

Pagi ini mereka bangun agak kesiangan, sarapan diselingi cerita Dara dan satu jam setelahnya perempuan itu melakukan yoga, mengikuti gerakan yang ia lihat di YouTube. 

Zevan hanya memperhatikan Dara sesekali, ia memangku macbook-nya. bekerja demi menghidupi perempuan yang nggak lagi kerja, dan menambah tabungan untuk anak yang masih didalam perut.

Disela pekerjaannya, Zevan membuka akun sosial media-nya. ada story baru yang Dara posting satu jam yang lalu. foto dirinya yang masih terlelap dengan tulisan 'Om-om masih tidur'. 

Sejak tau umurnya, Dara sesekali mengejek kalau ia sedang kesal padanya.

"Mau baby moon nggak, Ra?" tanya Zevan yang mendadak punya ide setelah melihat salah satu postingan temannya yang saat ini sedang liburan di Bali.

Setelah mereka menikah belum pernah liburan sama sekali, mungkin dengan liburan Dara bisa sedikit lebih me-release stress karena keadaan ini.

"Mau... Kemana?"

"Lo pengennya kemana?"

"Luar negeri boleh nggak sih?" Dara duduk bersila diatas matras Yoga berwarna biru yang baru datang sore kemarin.

"Lokal dulu, nanti kalau baby-nya lahir mau  ke luar negeri."

"Bener yah? Janji?"

"Janji, Ra."

"Kalau enggak, gue nggak kasih jatah sebulan."

"Ini aja udah sebulan lebih nggak dikasih jatah."

"Nanti malem."

***

Kepala Dara mendadak pusing saat tau ayahnya masuk rumah sakit karena darah tinggi. Asisten rumah tangga ayanya mengabari Dara beberapa menit yang lalu. Setahu Dara, ayahnya nggak pernah di rawat di Rumah Sakit dan demi menjaga kesehatannya, ayah selalu cek keadaan setiap bulannya, punya dokter pribadi juga.

"Pakai jaket-nya."

Dara menerima jaket kebesaran milik Zevan. tubuhnya hanya berbalut celana tidur berwarna hitam dan tank top. ia nggak sempat berpikir untuk mengganti pakaiannya.

Kali ini Dara sadar kalau seberapa brengseknya ayah, ia akan selalu menjadi khawatir jika beliau mendadak sakit. Jadi Dara nggak sebenci itu pada ayahnya?

Tangan hangat Zevan menggenggam tangannya sepanjang perjalanan hingga sampai dirumah sakit. 

Supir ayahnya telah memberi kabar kalau belia baru saja dipindahkan ke ruang rawat. 

"Ayah nggak akan kenapa-kenapa."

"Semoga."

Mereka masih bergandengan tangan hingga bertemu dengan sosok perempuan yang mungkin berusia empat puluhan berada didepan ruang rawat ayah. sepertinya beliau juga baru datang.

"Dara..." sapanya.

Perempuan muda itu hanya mengangguk kecil tanpa mengatakan apapun. dan mereka secara bersamaan masuk ke dalam ruang rawat ayahnya.

Zevan agak bingung, ia nggak pernah melihat perempun itu sebelumnya. Tapi dari respon Istrinya, sepertinya Dara mengenali perempuan itu.

"Ayah kenapa, Bi?" Bi Yati adalah asisten rumah tangga yang sudah ikut keluarganya sejak Dara masih sekolah. 

"Kata dokter ya darah tinggi, Non... penyebabnya apa bibi kurang tau." 

"Kenapa kesini?" Tanya Eko.

"Ayah sakit, nggak boleh dijenguk anaknya?" Tanya Dara jutek. Laki-laki dengan gengsi besar macam Eko sepertinya nggak mau kelihatan lemah didepan anaknya sendiri. Tapikan manusiawi kalau sakit, justru kalau Eko nggak pernah sakit harus dipertanyakan.

"Kamu lagi hamil, pulang sana... Ada bibi yang jagain ayah."

"Ck..."

"Van, bawa Dara pulang... Ibu hamil nggak boleh kelamaan di rumah sakit."

"Bawel..."

"Dara..."

"Ra..." Secara bersamaan Eko dan Zevan menegur Dara hingga ia cemberut.

"Pulang... Ayah nggak papa, ada bibi yang jagain ayah."

Dara berdecak pelan dan membalikkan badan tanpa pamit. Meninggalkan Zevan yang memberikan pesan pada Bibi agar segera menghubunginya jika terjadi sesuatu yang penting.

"Lo lama."

"Sabar dong sayang."

DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang