-[PROLOG]-

1K 114 20
                                    

Di malam hari yang menenangkan. Ada seorang remaja pria sedang meduduki kursi yang didepannya terdapat meja, diatas meja tersebut terdapat lampu belajar yang menyala, menyinari sebuah buku yang sedang di buka.

Remaja pria tersebut menatap buku yang sedang di baca dengan tatapan serius, buku yang di baca olehnya seperti buku novel bergenre kerajaan. Remaja pria itu membalik halaman selanjutnya yang merupakan halaman terakhir.

"Pangeran gempa mempijaki pijakan tangga kayu. di pijakan tangga ke tiga sudah terdapat guillotine yang sudah menunggunya, ia berjalan dengan kaku menuju alat eksekusi tersebut. Saat selangkah lagi ia sampai tepat di depan guillotine, pangeran gempa berhenti melangkah dan mendongak ke atas. Di situ pangeran gempa melihat keluarga Kekaisaran atau lebih tepatnya keluarganya sendiri yang sudah menanti kematiannya"

Pria remaja membaca novel tersebut dengan serius dan intens. Ia berhenti membaca dan mengambil segelas air yang terdapat di mejanya dan meminum, sebelum menaruh gelasnya kembali dan lanjut membaca.

"Mereka menatapnya dengan tatapan dingin seperti tidak peduli bahwa salah satu keluarga mereka akan mati. Pangeran gempa yang melihat itu menu dukan kepalanya--"

.....

TRINGG!!....TRINGG!!

.....

Pria remaja tersebut berhenti membaca bukunya di kala ia mendengar suara dering ponsel. Pria remaja tersebut beralih menatap ke kirinya yang terdapat ponsel dengan panggilan, nama pemanggil tersebut tertara di atas ponselnya yang dapat di lihat siapa.

"Kak petir..? " tanpa sadar menyebutkan nama pemanggil tersebut.

Pria remaja tersebut menutup buku miliknya yang sedaritadi ia baca, meraih ponsel miliknya dan menekan tombol Terima, ia lalu menempelkan ponsel pada telinganya.

"Halo kak petir, ada apa memanggilku..?" pria remaja tersebut bertanya sembari berdiri dari posisi duduknya.

"Halo tanah, bagaimana kuliahmu disana...? Kau jarang memberi kabar setelah berkuliah di universitas malaya"

Pria remaja yang di panggil 'Tanah' itu berjalan mendekati jendela di kamarnya, menyingkap gorden yang menutupi pemandangan malam hari di kuala lumpur.

Tanah berdiam diri tanpa menjawab pertanyaan sang kaka yang terdengar menanyai kabarnya, ia terlalu sibuk menatap langit malam yang indah.

"Aku tidak apa-apa kak. Kuliahku juga baik-baik saja, tidak perlu khawatir. Kaka juga belum menjawab atas pertanyaan miliku tadi"

Tanah berujar dengan lembut tanpa mengalihkan pandangannya ke tempat lain, tanah hanya ingin menatap langit yang tenang.

"Syukurlah kau tidak apa-apa. Juga untuk menjawab pernyataanmu, kuliahmu sudah libur besok bukan..? Aku dan yang lain akan menyusul mu ke kuala lumpur untuk menjemput"

Tanah cukup terkejut mendengar perkataan sang kaka, untuk apa mereka susah-susah menjemputnya kemari bila bisa dia saja yang kesana.

"Untuk apa kaka dan yang lain menjemput aku kemari..? Aku tidak ingin menyusahkan kalian, biarkan aku saja yang kesana menggunakan transportasi umum. Kalian tidak usah susah-susah, sekali lagi untuk apa kalian menjemputku kemari? "

Tanah berjalan menuju sofa yang berada di apartemennya. Tanah menduduki sofa lembut tersebut sembari berujar keheranan.

"Kamu tidak menyusahkan kami tanah, yang lain ingin menyusuli mu ke kuala lumpur karena--"

"KARENA KAMI SANGAT RINDU PADA MU TANAH!!"

Sebelum kakanya menyelesaikan perkataan yang akan ia lontarkan, ucapannya terpotong dengan suara yang cukup tinggi nadanya dan suaranya dapat tanah kenali siapa.

BOBOIBOY GEMPA:THE TRANSMIGRATION TO THE REBEL PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang