13.Maaf

140 20 2
                                    

Haii readers setia-!!
Vote dulu dong gengss biar rame hehe maaciiiw uda nunggu author up<3

Pov:Author

Lelaki dengan rambut pink itu masih terbaring lemah di atas brankar uks. Di dalam ruangan, Lisa dan David senantiasa menunggu kedua mata tertutup itu agar kembali terbuka.

Suara ketukan pintu berbunyi, kedua lelaki memasuki ruang uks. Dengan penuh khawatir Johnny mendekati tubuh Rendy.

"Gak nyangka Serly bakal lakuin itu, " Johnny mengacak rambutnya frustasi.

David memalingkan wajahnya. Ia beralih menatap langit-langit uks. "Lis, gua mohon kalo Rendy udah baikan nanti, jangan ungkit kejadian ini ya? Bilang juga ke yang lain"

Lisa mengangguk. Ia menuruti permintaan David. Tadi David menjelaskan bahwa Rendy ada penyakit riwayat jantung. Lisa terkejut saat mendengarnya karena ia selalu merasa Rendy baik-baik saja dan kekasihnya itu tak pernah bercerita tentang penyakit jantungnya.

Ada rasa sedikit cemburu saat mengetahui Serly menduduki paha Rendy. Rasanya ingin menjambak rambut Serly sampai botak. Ia ingin sekali marah kepada Rendy. Tapi seperti yang di katakan David barusan, ia tak dapat mengungkit kejadian ini lagi saat Rendy telah sadar.

"Bang John, Lisa mau ke kakek, " pamit Lisa berjalan sempoyongan keluar dari uks. Langkahnya terhenti di depan pintu saat melihat semua temannya masih setia menunggu.

"Rendy udah sadar, Lis? "

Lisa menggeleng. "Gue mau ke kepsek dulu, mau laporan"

Rendy

Lisa bersandar di paha kakeknya. Air matanya membasahi celana milik kakeknya itu. Ia suka dengan gaya kakeknya duduk di kursi dan ia duduk di lantai menjadikan paha kakeknya menjadi meja untuk menangis.

"Aku mau Serly pindah sekolah, kek. Keluarin dia dari sekolah ini" pinta Lisa menangis tersedu-sedu.

Kakek Lisa mengelus pelan rambut pink Lisa. Ia bingung harus dengan kata apa ia menjawab permintaan cucu kesayangannya itu.

"Aku gak suka dia. Aku benci. Benci sama Serly! " Lisa memukul lutut kakeknya pelan.

"Gak boleh benci-bencian, sayang"

"Tapi Serly emang pantas buat di benci. Aku benci dia! " tangis Lisa semakin menjadi-jadi. Celana kakeknya sangat basah di buatnya. "Aku mau laporin ke wali kelas biar Serly di pindahin tempat duduknya. Biar dia gak deket-deket ama Rendy lagi!! " lanjut Lisa masih tersedu.

Pintu ruang kepala sekolah terbuka. Seorang lelaki dengan tinggi ±185 memasuki ruangan. Ia duduk di kursi kosong di samping kepala sekolah.

"Serly ama David lagi di ruang BK" ujar Johnny memberi info kepada sepupu dan kakeknya.

Wajah Lisa bersandar di paha kakeknya. "Aku harap Dapit gak dapet hukuman besar"

"Mungkin skors seminggu, " kata Johnny.

Lisa menghela nafas panjang. Air matanya berhenti mengalir. Otak dan hatinya sibuk beradu argumen.

"Oh iya sayang, Rendy udah sadar"

Mata Lisa berbinar. "Beneran? Aku mau liatt" Lisa bangkit dengan penuh semangat berlari ke uks.

Saat sampai di uks, ia menatap kekasihnya yang terduduk lemas di brankar, membuatnya merasa sangat sedih. Perlahan ia berjalan mendekati Rendy. Rendy mendongak memandangi gadisnya. "Udah enakan? "

Rendy [Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang