Joohyun berjalan menyusuri jalan panjang dekat rumah sakit, dari rumah sakit ke tujuannya, mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama jika harus berjalan kaki, untuk itu, Joohyun memutuskan untuk berhenti di halte bus, sembari menunggu bus datang, ia melihat tanpa minat jalanan di depannya.
Banyak hal yang sedang Joohyun pikirkan, mulai dari kata apa yang harus ia ucapkan jika bertemu Seokjin nanti, atau, apakah ia akan menangis seperti kemarin? Atau, mungkin saja dia akan langsung memeluknya dan mengatakan semua hal yang sudah lama ia pendam."
Joohyun menghela nafas beratnya, tentu saja opsi terakhir tidak akan pernah ia gunakan.
Bus datang dengan klakson yang lumayan keras di telinga Joohyun, hal itu sukses membuyarkan semua lamunannya, Joohyun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam bus.
Jantung Joohyun berdebar cukup kencang, ia sangat gugup, ia takut jika Seokjin tidak ingin bertemu dengannya lagi, bagaimana jika nanti Seokjin mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti hatinya? Bagaimana jika nanti ia belum siap, dan malah menangis? Banyak hal yang Joohyun pikirkan, namun ia sudah tidak bisa mundur lagi, ia harus berjuang untuk yang terakhir kalinya, setidaknya setelah itu jika tidak mendapatkan hasil yang baik sekalipun, ia akan menjadi lebih lega dan bisa melanjutkan hidupnya.
Joohyun sampai di tempat tujuan, restoran tempat Seokjin bekerja, tadi Namjoon sempat mengabari jika Seokjin bekerja sebagai koki di restoran, dan ternyata tebakan Joohyun selama ini memang benar, yang memasak bubur almond untuknya beberapa Minggu yang lalu itu adalah Seokjin.
Joohyun memperhatikan Seokjin yang sedang mengambil sayuran dari pelayan, matanya mulai berkaca-kaca, "Nggak, aku ga boleh nangis." Joohyun berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Di tengah kesibukannya memperhatikan gerak-gerik Seokjin, mata mereka tidak sengaja bertemu, jantung ke duanya berdegup sangat kencang, membuat otak mereka sepersekian detik berhenti bekerja.
______
Hening, itulah yang terjadi setelah Seokjin dan Joohyun memutuskan pergi ke taman belakang untuk berbicara empat mata.
Seokjin berusaha memecahkan keheningan yang terjadi, "Em, berapa lama rencananya tinggal di sini? Cuti kerja?" Tanyanya basa-basi.
Joohyun hanya menunduk, tidak berani menatap Seokjin, "Belum tahu, iya cuti kerja." Jawab Joohyun seadanya.
Seokjin ikut menundukkan kepalanya, bingung mau mengatakan apalagi agar pembicaraan mereka terus berlanjut.
"Bagaimana kabar om tante? Sehat?" Tanya Joohyun.
Seokjin terdiam sejenak, lalu menjawab, "Sehat, om tante bagaimana?"
"Sehat." Jawab Joohyun lagi-lagi seadanya saja.
Joohyun dan Seokjin lagi-lagi terdiam cukup lama, setelah lama tidak bertemu membuat keduanya merasakan kecanggungan yang luar biasa.
"Heejoo gimana?" Kali ini Joohyun yang membuka suaranya.
"Apanya?" Tanya Seokjin.
"Dia baik kan?" Lanjut Joohyun.
"Baik."
"Udah berapa lama pacaran?"
"Hah? Oh kurang lebih 1 tahun."
"Oh, lama juga ya."
Seokjin menggaruk tengkuknya, "em ya, lumayan lama."
"Sebenernya, sebelum ke sini, aku sempat mau pulang ke rumah, tapi kemarin, Heejoo dateng." Joohyun menjeda kalimatnya untuk menunggu reaksi Seokjin.
"Dia datang?"
"Hem, dia ceritain semuanya."
Seokjin merutuki Heejoo yang tidak bisa menjaga rahasia.
"Kamu udah tahu semuanya, tapi kenapa masih nanya?" Ucap Seokjin.
"Aku ingin lihat sampai kapan kamu mau ngebohongin aku, ternyata sampai akhir kamu ga pernah pengen jujur ya." Joohyun tersenyum getir.
Seokjin terdiam, tidak ada pembelaan yang bisa dia katakan saat itu, karena yang dikatakan Joohyun tidak ada yang salah.
"Jujur, sampai saat ini aku masih ga ngerti, kenapa kamu harus bohong? Kenapa harus bohong Seokjin?." Tanya Joohyun.
Seokjin lagi-lagi tidak mampu untuk menjawab.
"Beberapa Minggu yang lalu, aku beberapa kali makan di restoran ini, berharap bisa ketemu kamu, berharap masih ada harapan walopun sedikit, tapi nyatanya kamu ga pernah muncul, kenapa? Kenapa kamu ngehindarin aku? Apa aku ada salah ke kamu?"
Seokjin segera menggeleng, karena Joohyun memang tidak bersalah apapun terhadapnya, jika ada yang patut disalahkan dalam hal ini, orang itu adalah dirinya sendiri.
"Seokjin..." Panggil Joohyun.
Seokjin menoleh, "Hm?"
"Apa kamu pernah menyukaiku?" Tanya Joohyun dengan seluruh keberaniannya.
Seokjin terdiam, jujur ia belum memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan jika pertanyaan seperti ini muncul.
"Selama kita kenal, apa pernah sekali aja kamu menyukaiku?" Joohyun bertanya sekali lagi.
Seokjin menghela nafasnya sejenak, kemudian menjawab, "Apa itu penting sekarang?"
"Penting!" Mata Joohyun mulai berkaca-kaca.
"Pernah suka atau nggak, itu semua ada di masa lalu, ga perlu kita ungkit lagi." Jawab Seokjin berusaha keras menekan perasannya.
"Pertanyaanku cuma satu, pernah suka atau nggak?" Joohyun hampir kehilangan kesabarannya.
"Nggak." Jawab Seokjin tidak berani menatap mata Joohyun.
"Lihat aku dan bilang kamu ga pernah suka sama aku, walaupun cuma sekali!" Tegas Joohyun.
Mata Seokjin berkaca-kaca, ia tidak bisa menatap mata Joohyun sama sekali, karena semua yang keluar dari mulutnya pasti adalah kebohongan.
"Kenapa? Kenapa ga berani natap aku? Takut? Takut kalo kamu ketahuan boong?"
Seokjin terdiam.
"Kamu menyukaiku, kamu pernah suka aku, Seokjin."
"Lalu apa? Aku pernah suka kamu, lalu kenapa?" Kali ini Seokjin memberanikan dirinya untuk menatap Joohyun.
Air mata Joohyun sudah keluar, niat awalnya untuk tidak menangis jika bertemu Seokjin, seketika ia lupakan, emosinya saat itu campur aduk, ia hanya bisa mengekspresikannya lewat tangisan.
Seokjin membuang mukanya, ia tidak pernah sanggup melihat air mata di mata Joohyun, hatinya ikut sakit melihatnya.
"Joohyun, setiap hal pasti punya waktu yang tepat, kita berdua udah kehilangan waktu yang tepat itu, jadi, aku mohon, kamu lanjutin hidup kamu, dan aku akan lanjutin hidup aku, kita lupain masa lalu."
Joohyun masih belum berhenti menangis.
"Hapus air mata kamu, jangan buang air mata kamu cuma buat orang kayak aku, ga setimpal, aku pergi dulu, jangan kelamaan di sini, dingin, kamu baru sembuh, cepat pulang." Ujarnya kemudian bangun dari duduknya.
Seokjin hendak beranjak pergi, namun perkataan Joohyun menghentikannya.
"Beri aku waktu 10 hari, jika dalam 10 hari hatimu ga berubah, aku janji ga akan ganggu hidup kamu lagi." Ucap Joohyun.
"Lupain aja, kamu ga akan berhasil." Jawab Seokjin.
"Kenapa? Kamu takut?"
"Baik, lakuin seperti yang kamu inginkan." Jawab Seokjin, setelah itu ia beranjak pergi.
_____
Seokjin segera bergegas masuk ke dalam kamar mandi, ia menyalakan keran air lalu menangis sekeras yang ia inginkan, ia sangat membenci kenyataan hidupnya sekarang, ketidakmampuannya membuat ia harus merelakan orang yang paling ia cintai, bahkan sampai menyakiti hatinya.
Hari itu, hujan turun cukup deras, seperti mengetahui jika ada dua hati yang sedang terluka.
_____
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang yang Sama (Jinrene)
FanfictionMungkin bagi sebagian orang, setiap musim sama saja, tidak ada yang peduli apakah itu musim semi, musim dingin, musim panas, tapi bagiku, musim semi jauh lebih berarti dibandingkan dengan segala jenis musim lainnya, karena pada saat itu aku bertemu...