Kata orang keberuntunganku sangat bagus, aku selalu bisa mengatasi segalanya, bahkan di kampus dengan dosen yang paling pelit nilai sekalipun aku tetap bisa dapat nilai tertinggi, kakak senior yang dekat denganku saja sampai heran.
Tapi aku tidak percaya, buktinya keberuntunganku tidak pernah bagus setiap bertemu dengan Seokjin, tiga tahun yang lalu, Seokjin melihatku sedang bertengkar hebat dengan ibu, dua tahun yang lalu, aku tertidur sampai ilerku mengenai bajunya, dan satu tahun yang lalu, ada noda lipstik di hidungku, sangat memalukan, kalau dipikir kembali, Seokjin selalu menyaksikan hal paling memalukan dalam hidupku.
Dan tahun ini...
AKU DEMAM TINGGIIIII.
Sungguh tidak beruntung.
_____Sudah satu jam Joohyun menggigil kedinginan, obat seakan sudah tidak mempan untuk dirinya, demamnya tidak kunjung turun, ibu berkonsultasi dengan dokter keluarga, dan saran dokter, Joohyun harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Ibu menghampiri ayah dengan perasaan cemas, "Gimana yah? Bentar lagi mba Soohee, mas Seojun, sama Seokjin dateng, ga mungkin kan kita ninggalin rumah?"
Ayah berpikir sejenak, benar kata ibu, meninggalkan rumah saat tamu sedang menuju ke rumah bukanlah perbuatan yang baik, dan itu tidak pernah dilakukan keluarga mereka sama sekali, namun Joohyun tetap harus segera dirujuk ke rumah sakit, tidak boleh ditunda lagi, untuk itu, ayah mendapatkan sebuah keputusan, " Joohyun harus segera dibawa ke rumah sakit Bu, gini aja, ibu jaga rumah, ayah sama Joohee yang antar Joohyun ke rumah sakit, nanti kalo mba Soohee, mas Seojun sama Seokjin datang, baru ibu ke rumah sakit."
Ibu mengangguk mengerti, walaupun perasaan seorang ibu tentu tidak akan pernah tenang sampai mengetahui anaknya baik-baik saja, namun keputusan ayah adalah keputusan yang terbaik.
Ayah membawa Joohyun ke rumah sakit bersama Joohee, ibu menunggu di rumah dengan perasaan cemas, setengah jam kemudian, Seokjin dan kedua orang tuanya tiba di kediaman keluarga Bae.
Seokjin celingukan mencari keberadaan Joohyun, karena sedari tadi, Joohyun tidak terdapat batang hidungnya, "Joohyun mana Tante?" Tanya Seokjin yang sudah tidak sanggup menahan rasa penasarannya.
Tangan ibu mulai gemetar, ia sudah tidak bisa menahan rasa khawatirnya lagi, "Joohyun demam tinggi, tadi diantar ayahnya ke rumah sakit." Jawab Ibu.
Seokjin terkejut mendengar hal itu, niat hati ingin segera melepas rindu dengan sahabat musim seminya, sekarang malah menerima berita yang sangat mengejutkan ini, "Harus dirawat Tan?" Celetuk Seokjin.
Ibu mengangguk sedih.
Seokjin semakin khawatir, "Seokjin mau ke rumah sakit." Ujarnya.
Mama dan papanya menyetujui, namun ibu menahan mereka, "Tapi mas mbak, mas mbak sama Seokjin baru pulang, belum sarapan juga, ayo kita sarapan dulu." Usul ibu.
Seokjin menolak, sekarang yang penting baginya bukanlah mengisi perut, namun mengetahui keadaan Joohyun.
"Ngga usah Tante, kita lihat keadaan Joohyun dulu, nanti kita makan di rumah sakit aja, gimana? Ma? Pa?" Seokjin melirik kedua orang tuanya.
Mama dan papanya mengangguk setuju, mama Seokjin menghampiri ibu, "Jinhee, Seokjin benar, kita lihat keadaan Joohyun dulu." Ucap mama lembut.
Ibu mengangguk mengerti, ia sangat lega karena keluarga Kim mau mengerti keadaan keluarganya.
____
Joohyun sudah berada di kamar rawat inap, tangannya sudah diinfus, namun matanya masih terpejam, tidak ada yang berada di ruangannya saat itu, keluarga Bae dan keluarga Kim sedang makan di kantin rumah sakit, hal itu dimanfaatkan oleh Seokjin untuk menemani Joohyun di ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang yang Sama (Jinrene)
Fiksi PenggemarMungkin bagi sebagian orang, setiap musim sama saja, tidak ada yang peduli apakah itu musim semi, musim dingin, musim panas, tapi bagiku, musim semi jauh lebih berarti dibandingkan dengan segala jenis musim lainnya, karena pada saat itu aku bertemu...