Seokjin dan Joohyun sudah berada di koridor rumah sakit, Joohyun sepertinya butuh waktu untuk mencerna apa yang terjadi.
"Jadi... Udah berapa lama om koma?" Tanya Joohyun kemudian.
Seokjin menghela nafas beratnya, "Kemarin."
Joohyun masih belum merasa puas, ia menatap Seokjin untuk meminta penjelasan yang lebih lengkap, karena ia tahu, selama beberapa tahun ini, bukan hanya itu yang terjadi.
Seokjin yang menyadari arti dari tatapan Joohyun, sudah tidak bisa menyembunyikan apapun lagi, ia menyerah dan memutuskan untuk menceritakan segalanya kepada Joohyun.
"Dua tahun lalu, papa divonis stroke oleh dokter, papa udah ga bisa gerak lagi, cuma bisa hidup di kursi roda, mama masuk rumah sakit karena stress berat, membuat sebagian memorinya hilang, perusahaan gulung tikar, dan aku terpaksa berhenti kuliah, karena ga mungkin kuliah sambil kerja dan ngurusin mama papa." Seokjin menjeda kalimatnya, menceritakan masa lalu yang menyedihkan cukup menguras emosinya.
Mata Joohyun berkaca-kaca, ternyata hidup yang Seokjin jalani sungguh sangat berat, "Kenapa ga ngabarin kami? Mungkin sedikit banyak, kami bisa bantu kan?"
Seokjin tersenyum getir, "Gimana mungkin aku ngebebanin masalah keluarga kami ke kalian? Apalagi, aku udah ga punya muka lagi ketemu kamu, aku udah bukan Seokjin yang dulu lagi."
Joohyun memeluk Seokjin untuk menyalurkan ketenangan kepadanya, "Aku ga peduli, mau kamu Seokjin yang dulu atau sekarang, kamu tetap Seokjin yang aku kenal, itu udah cukup."
Seokjin melepas pelukan Joohyun, "Pulang lah."
Joohyun segera menggeleng, tidak mudah baginya untuk bisa sampai di sini, dan sekarang Seokjin masih mau mengusirnya?
"Gak, aku ga mau."
Seokjin menghela nafas beratnya, wajah lelah tak bisa ia sembunyikan, "Kamu pulang dulu, besok kita bicarakan lagi setelah kondisi papa lebih stabil, hm?" Ujar Seokjin lembut.
Joohyun mau tidak mau menyetujui usulan Seokjin, "Tapi janji satu hal padaku." Ucapnya.
"Apa?"
"Jangan ngilang lagi, kabarin aku kalo terjadi sesuatu." Pinta Joohyun.
Seokjin mengangguk.
Joohyun akhirnya pergi dengan berat hati, jujur ia tidak ingin meninggalkan Seokjin hari itu, tapi ia mengerti Seokjin pasti butuh waktu sendiri.
______
Keesokan harinya, Joohyun bangun cukup terlambat karena semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, ia lalu mengambil ponsel yang ada di meja samping tempat tidurnya, dahinya berkedut setelah melihat banyak sekali panggilan masuk dari Heejoo, ada juga pesan yang belum dibaca, Joohyun membaca pesan itu dan betapa terkejutnya ia setelah mengetahui isi dari pesan yang Heejoo kirimkan.
"Om meninggal."
Pikiran Joohyun langsung berkecamuk, ia mengkhawatirkan Seokjin. Bagaimana keadaannya? Tanpa pikir panjang, Joohyun segera beranjak menuju rumah duka sesuai dengan arahan Heejoo.
Sesampainya di rumah duka, Joohyun melihat Seokjin yang mengenakan pakaian hitam sibuk melayani tamu yang datang, ia terlihat sangat tenang, bahkan tidak menangis sama sekali.
Joohyun menghampiri Heejoo.
"Udah datang?" Tanya Heejoo.
Joohyun mengangguk, tatapan matanya masih ke arah Seokjin.
Heejoo menghela nafasnya sejenak, "Kamu lihat sendiri, dia ngga nangis bahkan saat tahu papanya meninggal." Ucap Heejoo.
"Itu yang lebih mengkhawatirkan." Ucap Joohyun yang dibalas anggukan setuju oleh Heejoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang yang Sama (Jinrene)
FanficMungkin bagi sebagian orang, setiap musim sama saja, tidak ada yang peduli apakah itu musim semi, musim dingin, musim panas, tapi bagiku, musim semi jauh lebih berarti dibandingkan dengan segala jenis musim lainnya, karena pada saat itu aku bertemu...