Seokjin POV

141 23 4
                                    

Tahun 2018

Jujur, aku tidak pernah mengira kehidupan akan semengejutkan ini, papa divonis stroke oleh dokter, kata dokter, papa mengalami penyumbatan pembuluh darah di otak yang menyebabkan suplai darah ke bagian otaknya berkurang. Mama yang kehidupan sehari-harinya memang selalu bergantung kepada papa, jadi ikut drop, awalnya mama bertahan di Minggu pertama, namun setelah masuk Minggu ke dua, mama dilarikan ke rumah sakit karena stress berat.

Kehidupanku dalam semalam berubah, terpaksa harus berhenti kuliah, karena tidak mungkin kuliah sambil kerja dan mengurus mama papa, impianku untuk menjadi seorang dokter juga harus ku kubur dalam-dalam.

Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar yang sengaja tidak ku nyalakan lampunya, aku membuka sebuah kotak, di sana ada sebuah cincin yang rencananya akan aku berikan kepada Joohyun saat bertemu nanti, namun tampaknya hal itu tidak akan pernah terjadi.

Aku menggenggam erat cincin itu, cincin yang selalu ku lihat saat aku membutuhkan kekuatan, saat duniaku rasanya ingin segera runtuh, aku melihat cincin itu, mengingat Joohyun, mengenang kenangan manis yang sempat aku lalui bersamanya, dan seketika aku terselamatkan.

Ekonomi keluarga benar-benar terpuruk, perusahaan bangkrut karena tidak dikelola dengan baik, terpaksa rumah yang berada di samping rumah Joohyun harus dijual untuk menutupi kebutuhan sehari-hari dan biaya rumah sakit, aku bekerja paruh waktu di kafe, restoran, sampai jadi pengantar koran tiap hari, hal itu kulakukan untuk bertahan hidup.

Sampai suatu hari, Heejoo menawarkan pekerjaan sebagai koki di sebuah restoran penginapan kenalan suaminya, dan aku berhasil diterima di sana dengan modal skill memasak yang biasa-biasa saja, aku sangat bahagia, karena dengan begitu, aku bisa punya lebih banyak waktu merawat orang tuaku di rumah.

Namun, tidak lama setelah aku bekerja di restoran, mama dilarikan ke rumah sakit lagi karena serangan jantung, mama selamat, namun karena faktor stress yang terus berulang membuat mama kehilangan sebagian dari memorinya, ia hidup seakan berumur belasan tahun, mama melupakan aku dan papa.

Sejak saat itu, aku tidak pernah berani untuk bahagia lagi, karena kebahagiaanku harus dibayar dengan sangat mahal, sampai aku tidak sanggup menanggungnya.

Jujur, walaupun kesedihan berulang kali menimpaku, satu hal yang tak pernah berani aku lakukan adalah menangis. Karena setelah aku menangis, maka pertahanan yang ku bangun selama ini akan hancur sehancur-hancurnya.

_______

Tahun 2019

Aku bekerja seperti biasanya, namun tanpa ku sadari, waktuku menjadi lebih berkurang berada di rumah, penginapan semakin hari semakin ramai membuat pengunjung restoran juga semakin bertambah, hal itu membuat aku harus bekerja sampai larut malam, jadi mau tidak mau papa harus ku carikan pengasuh, sesekali juga ku sisihkan waktuku untuk menjenguk mama di rumah sakit, karena tidak memungkinkan untuk mama pulang ke rumah lagi dengan kondisinya yang seperti itu.

Di saat aku sedang berkutat dengan masakanku, Jimin assisten koki menghampiriku untuk menanyakan sesuatu, "Chef, musim semi ini kau kemana?" Tanyanya.

Kegiatanku terhenti, otakku berhenti bekerja untuk sepersekian detik, wajah Joohyun langsung terlintas dibenak ku, senyumnya, teriakannya, bahkan rengekannya karena kesal padaku juga sangat terekam jelas, aku merindukannya, sangat merindukannya, seberusaha apapun aku untuk berpura-pura melupakannya tetap saja, di penghujung hari aku tetap mengingatnya.

"Aku bekerja." Jawabku seadanya.

Jimin hanya menggelengkan kepalanya, "Bekerja lagi? Chef, apa kau tidak pernah beristirahat?"

Istirahat? Benar juga, selama ini aku tidak pernah memikirkan hal itu, karena saat beristirahat, wajah kedua orang tuaku selalu terlintas, mereka bagaimana kalau aku berhenti?

Orang yang Sama (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang