Seperti janjinya, Joohyun benar-benar memaksimalkan waktu sepuluh harinya untuk meyakinkan Seokjin tentang ketulusan hatinya. Hampir tiap hari ia berada di restoran untuk sekedar melihat Seokjin bekerja, atau bahkan membawakan bekal untuknya.
Seokjin mendengar dua orang pelayan yang sedang berbisik membicarakan Joohyun, "Dari pagi tadi minum kopi, apa ga kembung?" Ujar pelayan itu.
Seokjin menghentikan kegiatan memasaknya, lalu menyerahkan masakan yang belum sempat ia selesaikan kepada asisten koki.
Seokjin menghampiri Joohyun, "Pulang lah, mau sampai kapan di sini?"
"Aku menunggumu, oh iya, ini." Joohyun menyerahkan kotak makan siang untuk Seokjin.
"Walaupun rasanya ga seenak masakanmu, tapi aku dengan tulus membuatnya, kamu makan ya." Ujar Joohyun sembari tersenyum.
Seokjin menghela nafas beratnya, ia tahu tidak akan pernah berhasil menghentikan Joohyun jika ia sudah bertekad.
Seokjin enggan mengambil kotak makan siang itu, namun Joohyun dengan segera meletakkannya di tangan Seokjin.
"Ingat, harus dihabisin, besok aku bawa lagi."
Seokjin sudah tidak bisa lagi menolak, ia membawa kotak bekal itu, dan kembali menuju dapur.
Sesampainya di dapur, ia meletakkan kotak makan siang buatan Joohyun di salah satu meja, Jimin asisten koki Junior menggoda Seokjin karena kotak makan siangnya bewarna pink.
"Eh chef, ini pasti dari pacarmu ya?"
"Bukan." Jawab Seokjin seadanya.
"Em, kalo bukan, boleh ini buatku saja?" Tanyanya lagi.
Seokjin hanya mengangguk.
"Asik, makasih chef." Jimin tersenyum senang.
______
Seorang pelayan mengantarkan makanan kepada Joohyun.
"Maaf mas, saya ga pesan makanan." Ucap Joohyun.
"Kata chef jangan minum kopi terus, makan juga sesuatu." Jawab pelayan.
Joohyun tersenyum senang, ia tidak pernah mengira jika Seokjin akan memperhatikannya seperti ini, jika bisa seperti ini terus, Joohyun rela kelaparan setiap hari.
Cukup lama Joohyun berada di restoran, hingga malam tiba, waktunya Seokjin pulang kerja.
Joohyun mengekori Seokjin dari belakang, Seokjin tiba-tiba berhenti, hingga tidak sengaja Joohyun menabrak punggungnya.
"Pulang lah, berhenti mengikutiku." Ucap Seokjin dengan sedikit ketus.
"Em, iyaa." Joohyun cemberut.
Joohyun berbalik untuk menuju penginapan.
"Tunggu." Ucap Seokjin.
"Iyaa?" Joohyun berbalik dengan semangat.
"Ini, lain kali ga perlu bawain bekal lagi, di restoran ga kekurangan makanan." Seokjin menyerahkan kotak bekal kepada Joohyun.
"Gimana rasanya? Enak?" Tanya Joohyun antusias.
"Ga tahu, bukan aku yang makan." Jawab Seokjin seadanya.
"Terus siapa yang makan?"
"Jimin."
Joohyun menunduk kecewa, padahal ia sudah susah payah belajar memasak, hanya untuk membuatkan bekal makan siang untuk Seokjin, mulai dari gagal menggoreng telur, sampai tangannya terluka akibat terkena pisau dapur. Dan Seokjin tidak memakan masakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang yang Sama (Jinrene)
Hayran KurguMungkin bagi sebagian orang, setiap musim sama saja, tidak ada yang peduli apakah itu musim semi, musim dingin, musim panas, tapi bagiku, musim semi jauh lebih berarti dibandingkan dengan segala jenis musim lainnya, karena pada saat itu aku bertemu...