04. Dinner date?

190 10 0
                                    

Haii!

Happy reading

------------+++++------------

Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan sedang membelah padatnya lalu lintas sore ini. Langit berwarna jingga dengan segumpalan awan putih melengkapi indahnya sore ini.

Fabi hanya duduk diam dengan pandangan ke arah luar jendela sampingnya. Duduk berdua sama orang yang gak sefrekuensi rasanya bener-bener gak nyaman.

Si om juga diem aja gak ngomong apa-apa, cuma fokus nyetir. Mobil yang dikendarai oleh mereka berdua berhenti di lampu merah.

"Mau mampir kemana gitu?" setelah sekian lama terjebak dikeheningan, akhirnya si om buka suara.

Fabi mengarahkan pandangannya ke Raja. Dia mikir bentar. Dia gak ada tempat yang pengen dituju, selain kamar nya. Dia udah kangen banget sama kasur kesayangannya.

"Gak ada, gue pengen langsung pulang aja." Jawab Fabi.

"Oke, kita makan dulu."

"Lah? Gue udah makan."

"Saya belum makan."

"Iya itu urusan lu, gue mau pulang."

"Temenin saya makan." ucap Raja tegas, seolah ucapannya barusan gak pengen dibantah.

Fabi merotasi matanya malas lalu kembali melihat keluar dari kaca sampingnya.

"Kalau udah ada tujuan ngapain nanya gue segala, dasar om-om." gumam Fabi.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di restoran ternama yang ada di Jakarta Utara. Setelah menyerahkan kunci mobilnya kepada salah satu petugas parkir valet, Raja dan Fabi segera memasuki restoran mewah itu.

Restoran bergaya Eropa klasik ini begitu mengagumkan. Ornament yang menghiasi restoran ini begitu memikat Fabi. Tak lupa alunan musik eropa yang begitu menenangkan.

Mereka berdua segera diantar untuk menuju private room yang telah dipesan oleh Raja.

Mereka berdua memesan makanan, tapi Fabi memilih untuk memesan Latte Macchiato. Selama menunggu pesanan, kedua lelaki beda usia ini hanya saling diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Fabi memilih sibuk dengan ponsel pintarnya sedangkan Raja sibuk melihat kearah Fabi.

"Ngapain Lo liat-liat gue? Nanti naksir repot sendiri." Ujar Fabi tanpa mengalihkan pandangannya.

"Naksir sama calon suami sendiri salahnya dimana?"

Mendengar ucapan Raja barusan, Fabi hanya terdiam. Dia menatap mata Raja sejenak lalu mengalihkan pandangannya. Mata terus melihat ke segala arah.

"Gak ada yang salah, udahlah gak usah dibahas."  sahut Fabi ingin mematikan topik.

Raja hanya mengangkat bahunya acuh setelah mendengar jawaban Fabi. Raja meneliti remeja beranjak dewasa yang akan menjadi partner hidupnya itu. Dia mengamati Fabi seksama.

Memang benar apa yang dikatakan oleh mommy nya, Fabi memang terlihat manis dan cantik secara bersamaan. Rambut yang sedikit panjang itu menambah kesan indah pada dirinya.

Mata Bambi dengan retina berwarna coklat terang itu begitu menawan saat melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, seperti malam itu disaat mereka untuk pertama kalinya kencan.

Bibir tipis berwarna peach itu terlihat manis dan menggoda, serta lesung pipit dikedua pipinya menambah kesan manis dan imut saat tersenyum.

Fabi memang definisi cowo cantik sesungguhnya. Apalagi tinggi badannya yang ideal, begitu cocok jika berjalan sebelahan dengan dirinya. Kulit seputih susunya begitu kontras dengan kulitnya yang tan bersih.

Destiny Where stories live. Discover now