Part 1

51 14 22
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!




Run Away

👑

"Berapa harga novel ini?" Gadis itu menyerahkan sebuah novel dengan sampul sedikit lusuh serta beberapa halaman telah menguning.

Seorang kakek tua yang berada di balik meja kasir membenarkan letak kacamatanya. Meneliti buku novel yang disodorkan oleh perempuan berkacamata bulat. Sedetik kemudian terbit senyuman di wajah kakek tua tersebut.

"Tiga puluh ribu, Nak," jawab sang kakek sekaligus pemilik toko.

Kedua mata cantik si perempuan membola. "Serius cuma segitu?"

"Benar, Nak. Karena novel ini terbitan sembilan tahun yang lalu, sampulnya sedikit lusuh dan halaman telah menguning akibat tidak saya bungkus plastik. Pun bekas sebab sudah pernah saya baca." Sang Kakek menjabarkan.

Perempuan itu manggut-manggut. Segera ia ambil beberapa lembar uang dari saku celana dan menyerahkannya pada pemilik toko. "Saya suka dengan sampulnya. Belum saya baca biar bikin penasaran, tapi semoga ceritanya sebanding dengan cover-nya."

"Saya jamin kamu pasti tidak bisa berhenti membacanya sebelum tamat," kata kakek tersebut seraya membungkus novelnya. "Terima kasih telah membeli di toko saya. Semoga bermanfaat."

Si perempuan itu mengangguk sembari tersenyum. Tak lupa juga berterima kasih. Lalu, ia ke luar dari sana dengan perasaan gembira.

Ia jadi sangat penasaran sekarang bagaimana isi cerita novelnya. Pengin cepat-cepat pulang ke rumah. Namun, sayang sekali begitu keluar dari toko turun hujan.

Ia mendesah kecewa. Mantel untuk dirinya tidak dibawa, tetapi untung saja tas punggungnya memiliki mantel. Jadi novel yang ia beli tak akan basah di dalam tas.

Izora Lynne Zemira. Seorang perempuan berambut pendek seleher usia 20 tahun, memiliki tubuh kelewat ramping dengan tinggi 159 sentimeter.

Mari kita panggil dengan nama Lynne. Usai membungkus tasnya dengan mantel, lantas ia tancap gas menuju rumah. Dibalik helm yang ia pakai, Lynne tersenyum lebar menikmati derasnya hujan.

Tiba di rumah, ia langsung pergi ke kamar mandi dekat ruang tamu. Mandi dan berganti pakaian di sana yang telah tersedia satu lemari berisi beberapa pakaiannya. Dalam keadaan seperti ini sangat dianjurkan untuk Lynne memakai kamar mandi di sana daripada di samping kamarnya.

Sore-sore begini rutinitas Lynne adalah memasak untuk makan malam nanti. Ia melakukannya sendirian di rumah yang cukup luas ini. Seperti biasa, Lynne akan menyetel lagu sebagai teman memasaknya agar tidak sepi.

Makan malam sudah siap sejak jam menunjukkan pukul enam lebih dua puluh dua menit. Lynne duduk manis di kursi sembari bermain ponsel dan menunggu sang ayah pulang.

Pukul tujuh kurang dua menit ayah Lynne pulang. Arzan atau ayah Lynne tak berganti pakaian kerja lebih dulu, melainkan langsung menuju dapur. Arzan tahu anak semata wayangnya itu telah selesai menyiapkan makan malam sejak tadi.

Pria berusia 48 tahun itu menghampiri putrinya, "Ayah pulang!" Suara Arzan membuat Lynne mendongak dan menatap ayahnya dengan wajah berseri.

Lynne selalu senang melihat ayahnya pulang. Lynne tidak lagi sendirian di rumah. Ia jadi memiliki teman.

"Gimana kerjaan Ayah di kantor hari ini?" tanya Lynne usai menyiapkan sepiring nasi beserta lauk pauk untuk Arzan.

"Lumayan menguras energi, tapi energi Ayah kembali penuh sekarang karena sudah pulang ke rumah." Arzan tersenyum lebar menatap anaknya.

Lynne nyengir. Dalam hati bersyukur memiliki ayah sekuat Arzan. Lynne berjanji akan selalu melindungi ayahnya.

Selama makan malam berlangsung, mereka saling bertukar cerita tentang hari ini. Interaksi seperti ini yang Lynne rindukan setiap hari. Kebersamaan dengan keluarga.

Begitu pun Arzan.

"Ayah ke kamar dulu, Lyn. Kamu jangan begadang, gosok gigi sebelum tidur dan matikan lampu saat mau tidur," pesan Arzan sembari mengusap pucuk kepala Lyn.

"Iya Ayah, Lynne tau." Arzan lantas pergi ke kamarnya.

Kegiatan Lynne selanjutnya? Tentu saja membaca novel yang dibelinya tadi.

Lynne memutuskan tidak kuliah setelah lulus SMA. Dia memilih bekerja sebagai karyawan di sebuah toko bunga dari pagi sampai sore sejak dua tahun yang lalu. Pulang sore tadi ia sekalian pergi ke toko buku karena baru dapat gajian.

Gajinya memang tidak seberapa, tetapi Lynne senang dan tidak merasa dikekang selama bekerja di sana. Lynne juga merangkap jadi guru les saat malam hari.

Hari sabtu seperti hari ini selalu libur. Jadi, Lynne memilih memuaskan dirinya dengan membaca novel. Novelnya original kok di toko tadi. Walaupun bekas tidak apa-apa, yang penting bisa dibaca dan original tentunya.

Sudah lebih dari satu jam lamanya Lynne membaca novel. Ia telah mendapat seperempat halaman dan selama itu pula cara duduknya berubah-ubah.

Benar kata pemilik toko tadi. Lynne tidak bisa berhenti membaca ceritanya sebelum tamat. Ia dibuat penasaran setiap kali berganti halaman.

Namun, kegiatan asyiknya itu terganggu oleh suara seperti gelembung meletus. Suasana kamar yang awalnya sepi membuat hatinya tenang seketika jadi gaduh.

Lynne terlonjak kaget melihat sesuatu asing muncul mengambang di dekat kasurnya. Sebuah lubang seukuran manusia berwarna pastel. Disusul seorang laki-laki keluar dari lubang sana.

Lantas Lynne melempar asal novel yang dipegangnya dan berteriak dari atas kasur. Laki-laki asing itu mengontrol dirinya untuk tidak muntah di kamar Lynne. Ia dibuat kaget dengan teriakan nyaring Lynne.

Begitu lubang warna pastel menghilang, Lynne langsung melempari laki-laki asing tersebut dengan bantal, guling dan boneka. Laki-laki itu tentu tak terima.

"Siapa kamu? Berani-beraninya masuk ke kamar perempuan. Ayah! Tolong ada ma-" teriakan Lynne terputus kala laki-laki tersebut membekap mulut Lynne.

Lynne tentu tak tinggal diam. Ia menggigit telapak tangan orang asing itu dan ketika bersiap akan menendang perut si lawan, Lynne malah jatuh dari kasur bersama laki-laki tersebut dengan tidak elitnya.

Segera orang asing itu bangkit berdiri. Membiarkan Lynne mengaduh sakit serta bangkit berdiri sendiri. Lynne menatap nyalang pada laki-laki di depannya.

Lynne tidak habis pikir dengan penglihatannya barusan. Itu tadi sungguhan ada lubang warna pastel yang bisa mengeluarkan sesosok manusia tampan? Ia tidak sedang bermimpi bukan?

Ah, tidak. Lynne saja sewaktu jatuh merasakan sakit secara nyata. Lalu, bagaimana bisa ada peristiwa aneh macam itu?

"Katakan siapa dirimu dan bagaimana bisa tiba-tiba mendadak muncul di sini." Lynne berucap setelah beberapa detik berhasil mengontrol emosinya.

Laki-laki asing berpakaian kumal, tapi tampan itu tak langsung menjawab. Ia menatap Lynne lama seolah sedang menerawang.

Lynne berdecak kesal. Sebelum Lynne kembali berteriak memanggil ayahnya, sang empu lawan bicara angkat suara.

"Namaku Van. Aku tidak tahu kenapa malah muncul di sini."

👑

To be continue..




Salam,
Lana

Run Away (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang