09-BAD STUDENT-

525 63 18
                                    

Jika bisa memutar waktu, Karina akan melakukannya. Sekalipun harus membayar, ia akan memberikan seluruh hartanya. Asalkan nyawa seseorang dapat kembali lagi. Karina mampu melakukan segala cara.

Mengingat ucapan Yeji tadi siang. Ia kini sadar, bahwa tanpa sengaja dirinya telah membunuh seseorang.

Cha Eunwoo.

Bisa di kata, Karina cukup dekat dengan Eunwoo karena mereka sama-sama anggota OSIS.

Sore itu, rapat yang dipimpin oleh Hwang Minhyun selesai. Para anggota dipersilakan untuk pulang. Sembari beberes, Karina menatap Eunwoo disampingnya.

"Sunbae, kau akan datang ke pesta malam ini?"

"Kurasa...tidak!"

"Kenapa?"

"Kenapa?" Eunwoo balik bertanya. "Kenapa aku harus datang ke sana?"

"Untuk bersenang-senang."

Eunwoo menghela napas lelah. "Karina. Kita ini osis, harus memberikan contoh yang baik. Terlebih aku memiliki jadwal les piano malam ini."

Karina mengangguk mengerti. Ia sekarang tahu bahwa rumor yang mengatakan Cha Eunwoo si pemuda malaikat benar adanya. Dia benar-benar sempurna; tampan, baik, pintar, dan kaya. Sudah, jika kau dapat bersama dengan pemuda ini maka kau telah menguasai dunia.

"Sayang sekali, yang aku dengar Senior Kim akan mengadakan pesta kali ini lebih mewah."

"Biasanya juga selalu mewah, 'kan?" Lihat, Eunwoo masih saja menanggapi topik pembicaraan yang sebenarnya ia sendiri tidak sukai. Untuk yang kesekian kalinya, Karina dibuat jatuh hati.

"Ini akan jauh lebih mewah karena rumor yang ku dengar, Senior Kim mengadakan pesta ini untuk menyambut murid baru." Wajah Karina berseri, terlihat antusias menantikan malam nanti. Berbeda dengan Eunwoo yang telah memasang wajah kaku.

"Murid baru?" beo Eunwoo.

"Benar, Hwang Lalisa dan Jung Jaehyun."

Oh, tidak! Apakah Jennie telah mengetahui Lalisa dan Jaehyun. Bagaimana bisa?! Apakah keduanya membuat kesalahan? Keduanya menarik perhatian Jennie?!

"Sunbae..."

"Sunbae..."

"Cha Eunwoo!"

"Ya!" pemuda itu terkesiap. Menatap Karina yang menampilkan raut wajah khawatir.

"Aku sudah memanggilmu berulang kali. Kau ada masalah? wajahmu terlihat pucat."

Eunwoo mengulas senyum, "tidak apa-apa. Aku hanya merasa lelah hari ini."

"Syukurlah, mari kita pulang~!"

Namun, pemuda itu tidak bergerak. Membuat si gadis memusatkan seluruh perhatian ke arahnya. "Kau mau mengatakan sesuatu?"

"Acaranya..," Eunwoo menatap Karina penuh. Gadis itu baru pertama kali melihat tatapan si pemuda dan itu sedikit menakutkan. "Kapan di mulai?"

"A-acara?" bahkan Karina dibuat tergagap untuk menjawabnya.

"Pesta Jennie malam ini, di mulai pukul berapa?"

"Ough itu.., sepuluh malam."

"Bisakah aku ikut denganmu?"

Karina sempat terkejut namun ia segera memasang mimik wajah yang antusias. "Tentu saja. Aku akan menjemputmu malam ini."

-://:-

Entah ke berapa kali helaan napas itu terdengar, yang pasti saat ini Cha Eunwoo tengah bimbang. Apakah dirinya harus menuruti logika agar tetap menjadi anak baik untuk membanggakan orang tuanya. Ataukah ia perlu menuruti hatinya agar rasa penyesalan yang menyesakkan ini menghilang.

Ia tidak mau mengecewakan keluarganya. Namun, dirinya lebih tidak sanggup melihat kedua temannya di hancurkan. Dengan pilihan sulit tersebut, tangan Eunwoo bergerak lincah mencari kontak seseorang.

"Hello, brother~!" sapaan riang terdengar. "I miss you so bad. Jahat sekali kenapa baru menelepon?!"

Eunwoo menipiskan bibir, "miss you too, princess. Maafkan aku, kau tahu diriku sangat sibuk." Ada nada penuh sesal dalam kalimatnya.

"Iya, iya, aku tahu Tuan Ambisius! Jadi, butuh bantuan apa?"

Ah, mudah sekali dirinya tertebak. Mungkin karena ia yang selalu menelepon jika sedang membutuhkan bantuan saja, maka adiknya ini sampai hafal. Eunwoo merasa menjadi kakak yang buruk.

"Maaf," sesal Eunwoo. "Aku janji ini terakhir kalinya meminta bantuanmu."

Si lawan bicara tertawa, "hei, kita ini saudara. Selagi aku bisa membantu pasti akan aku bantu."

Eunwoo berdehem, tidak ingin membuang waktu lebih lama. "Aku mengirimkan file ke emailmu. Itu terkunci, kau bisa membukanya duabelas jam lagi."

Suara keyboard yang ditekan memenuhi panggilan. "Oke-oke, tapi ini file apa?"

"Kau akan mengetahuinya nanti."

Adiknya membalas dengan decakan. "Dasar menyebalkan!"

Eunwoo tertawa kecil, ia selalu suka membuat adiknya kesal. "Somi..."

"Aku selalu menyayangimu, ibu, dan ayah."

"Aku tahu," balas Somi cepat.

Eunwoo memasukkan lembaran-lembaran kertas ke dalam satu map. "Maafkan aku belum dapat menjadi kakak yang baik."

"Kau ini bicara apa?"

"Tolong sampaikan juga maaf ku pada ayah dan ibu belum dapat menjadi anak yang selama ini mereka inginkan, dan terima kasih karena telah merawatku, menyayangiku, seperti anak kandung mereka sendiri."

"Kakak—"

"Aku menyayangi kalian."

Bip.

Panggilan terputus, Eunwoo segera mematikan ponsel miliknya. Netranya beralih menatap figura keluarga. "Semoga di kehidupan selanjutnya, kita dapat kembali menjadi keluarga."

Pemuda Cha berdiri, melangkahkan kaki keluar dari apartemen. Ia melihat Karina yang tengah melambai ke arahnya. Hatinya telah mantap, dirinya tidak akan membiarkan kedua sahabatnya tersakiti. Biarkan dirinya yang menggantikan. Meski harus membayar dengan nyawa sekalipun.

-://:-

Lalisa mengerjapkan mata begitu dirinya sampai di depan pintu kantin. Ia memandang linglung sekitar. Sejak kapan ia berdiri di sini? Mengapa pula langkah kakinya membawa ke kantin. Menghela napas berat, ia berniat meninggalkan kantin. Namun, sebuah tepukan di bahu berhasil menghentikannya.

"Hai..,"

Gadis itu mengernyit mendapati pemuda asing menyapanya.

Mendapati respon Lisa yang begitu, pemuda itu mendesah kecewa. "Ah, aku kecewa kau melupakanku."

Lisa membisu, masih mengingat siapa sosok di depannya.

"Aku membantumu masuk ke dalam pesta dua hari yang lalu," terang si pemuda.

Si gadis mengulas senyum tipis, "oh, maaf."

Lawan bicaranya membalas senyum menenangkan. "Aku akan memaafkanmu bila kau mau menemaniku makan siang hari ini."

Lalisa Hwang jelas tidak mau. Ia selalu menghindari basa-basi semacam ini. Namun, mengingat pemuda ini telah memberi kontribusi yang besar malam itu. Dirinya mau tidak mau menuruti saat ditarik duduk di bangku kantin.

"Aku, Joshua. Senang berkenalan denganmu, Nona Hwang." Dia tersenyum, sangat manis. Namun, entah mengapa Lisa membencinya.

-://:-
[Dark]

Gaiss, haloo! Apa kabar?
Semoga bahagia selalu ya~
Maaf baru bisa update, pasti kalian kesell nunggu cerita ini yang lama poll updatenya hehehehe.
Terima kasih ya buat yang masih baca cerita ini dan nungguin cerita ini update. Btw, dimana ya nemu cowo macam eunwoo gini; baek, cakep, syg mamah papah. Klo ada yg real bagi saya satu, yang ga cepet mati tentunya. HAHAHAAH.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAD STUDENT || •Jaelice•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang