Malampun tiba. Pertemuan Marvel dan Venus sudah selesai, dan mungkin akan ada kapal baru buat kalian-kalian.
Marvel keluar dari kamar mandi dengan stayle kantor tanpa dasi, Sam bilang ada janji dengan klien malam ini jaid ia harus bersiap. "Klienini tidak terlalu penting Karna ia hanya menawarkan pembelian saham di perusahaannya" jelas Sam, Marvel mengangguk.
Mereka masuk kemobil Alphard yang sudah siap untuk jalan. Pandangan Marvel fokus kedepan. Firasatnya sudang tidak enak hari ini. "Lo kenapa?" Tanya Sam, marvel mengeleng. "Minum" Sam memberikan botol Aqua pada Marvel yang langsung Marvel terima.
"Kalo Lo ga mood bisa undur vel" jelas Sam.
"Alay" ketus Marvel.
Mereka sampai di sebuah gedung tinggi, mereka masuk dan langsung disambut oleh beberapa petugas. "Selamat datang Nyonya Marvel, Pak Sam" sambut kepala perusahaan yang mengajak mereka duduk di sofa depan.
"Baik ini proposal penawaran dari kami, jika anda ingin mengubah harga atau tidak setuju dengan syarat bisa langsung bilang kepada kami"
Marvel membuka berkas itu, ia melihat nominal yang tertera di berkas itu. "Seratus juta?" Tanya Marvel. "Bukan kah ini terlalu murah untuk hasil yang kita dapatkan jika berhasil?" Kepala perusahaan itu tersenyum. "Ini adalah uji coba pertama Karna itu kami menawarkan harga yang tidak terlalu mahal"
Marvel mengangguk. "Oke Will take it" ucap Marvel dan menyerahkan sisanya ke Sam. "Maaf disini ad kantin atau restoran?" Tanya Marvel sopan. "Ada tapi di atas, di lantai 5" Marvel mengangguk dan berjalan ke lift, ia masuk dan melihat Rachel yang bekerja di sana. Rachel tersenyum.
"Kamu berkerja disini?" Tanya Marvel
"Emm.." jawab Rachel.
Brak...
Tiba-tiba lift berhenti dan membuat hentakan bagi mereka yang di dalam lift. "Loh kok berhenti? Permisi" Rachel menekan tombol monitor untuk menghubungkan ke penjaga. "Tolong tolong" Rachel menggedor-gedor pintu lift namun, nihil tak ada jawaban. Marvel tetap tenang, melihat apa yang terjadi padanya. "Tar lagi juga ada hidup Balik" ucap santai Marvel.
"Ga, ga, saya ga mau terjebak disini" keluh Rachel.
"Permisi, ada di lift?" Suara dari sebrang. "IYA, ADA ORANG DISINI" teriak Rachel. Lalu sebuah besi masuk di sela-sela pintu lift. "Mbak bisa dorong kesamping biar pintunya terbuka" pinta orang dari sebrang. Ponsel Marvel berbunyi.
"Hallo Sam"
"Vel diluar gempa, Lo dimana? Lo ga di lift lagi kan?"
"Fuck" Marvel mematikan ponselnya dan mendorong kesamping besi itu. Dengan sekuat tenaga di mendorong pintu lift namun nihil pintu itu tertutup kembali. "C-chel bantuin" pinta Marvel. Rcahel bingung. "Gimana caranya?" Ucap Rachel panik. Besi itu terlempar keluar. Marvel menumpukan tangannya di pintu lift.
"Diluar gempa, Sam baru ngabarin"
Mimik wajah Rachel berubah, ia melihat keatas. "Kamu bisa ga naik, liat apa yang ada luar mungkin kita berterlalu jauh dari pintu lift tadi" pinta Rachel. "Kok saya kamu lah" bantah Marvel. "Kan kamu lebih tinggi"
Marvel bungkam, memang benar tinggi Rachel hanya sebatas sikunya. "Oke.." terima Marvel, lalu ia lalu ia manjat di pegangan lift. Marvel membuka kaca yang menutupi lift. Perlahan lift itu turun tanpa ada yang tau.
Lift itu kembali terjatuh. Kaca yang diatas lift pecahan. Beberapa pecahan tergores di wajah cantik Rachel. Ia sabar dan melihat kakinya yang terluka cukup parah dan darah yang sudah berceceran. "Agghh.." ringis Rachel. Ia melihat ke Marvel yang duduk samping bertumpu pada dinding lift. "Tu-tup l-uka ka-mu.." ucap Marvel terbata-bata.
Rachel mengunting roknya mengunakan gunting yang ia bawa. Rachel mengikat luka pahanya sambil menahan sakit. Usai itu ia melihat Marvel yang sudah tidak berdaya. "V-vel.." Rachel melihat leher Marvel yang tertancam. Kaca berukuran cukup besar. "Ma-mar it-u" Rachel gemetaran. Ia panik melihat tangan Marvel yang banyak tertancam pecahan kecil kaca-kaca itu.
"Ca-butin..." Pinta Marvel. Rachel mencabut kaca yang yang berada ditangan Marvel. Marvel mengiris pelan tapi ia tetap menyuruh Marvel melanjutkannya. "Lo ko-k ga bilang?" Ucap Marvel pelan. Rachel mendongak. "Lo i-tu te-men ka-mpus gua" suara Marvel hampir hilang.
"Vel nanti ya keadaan Lo lagi ga baik vel" Rachel mengelap darah di kening Marvel. Marvel menggenggam tangan Marvel. "Ke-napa?" Tanya Marvel sekali lagi, ia mengarahkan tangan Rachel untuk mengelus pipinya. "L-lo itu ce-wek gua...g-gua udah inget chel" jelas Marvel.
Rachel semakin larut dalam tangisannya. "Ve-vel nanti kita bahas ya tolong" mohon Rachel. Marvel menurunkan tangan Rachel untuk mencabut kaca yang di lehernya. Marvel tersenyum, "pe-lan p-pelan".
Perlahan Rachel mencabut kaca itu dan seketika darah bercucuran dari luka Marvel, "vel..." Rachel berusah menutup luka Marvel dengan tanganya. Lalu dengan sapu tangan Rachel menutup luka itu.
"C-chel.."
"Ma-aafin gua, ga bisa in-gat Lo chel" Marvel mulai merasakan sakit di bagian lukanya. "Vel buka mata Lo!" Pinta Rachel. Marvel sudah mulai lemas, "Lo ga boleh mati disini..." Ucap Rachel.
"MBAK MASIH DI DALAM KAN" teriak seseorang dari luar. "IYA PAK MASIH" teriak Rachel balik. Pintu lift di buka memperlihatkan beberapa petugas juga Sam. "Maria..." Panik Sam melihat Marvel sudah hampir tidak bernyawa. Marvel terbatuk-batuk saat beberapa membantunya.
"Langsung bawa kerumah sakit" ucap petugas damkar yang membantu Marvel.
***
Marvel sudah terbaring lemah di ranjang rumah sakit. "Pasien dalam keadaan kritis, dia sudah kehilangan begitu banyak darah, dan golongan darah pasien cukup langka, darah dalam keadaan kemari sekarang kita hanya bisa berdoa agar pasien bisa bertahan selama darah dalam perjalanan" jelas Dokter pada Sam.
Sam duduk dikursi tunggu, ia cukup frustasi karna seharusnya dia yang diranjang itu buka Marvel. "SAM.." panggil Dewa berlari menghampirinya. "Maria gimana?" Tanya Dewa yang datang bersama Wiliam.
"Dia kritis.." ucap Sam. Dewa bersandar pada dinding rumah sakit. Dan alarm kamar Marvel berbunyi, para dokter berlari masuk kekamar rumah sakit Marvel. Berdiri dan bingung. "Dokter ada apa?".
"Keadaan pasien darurat..."
"Gu adeknya kaga di kabari"
-twins prince"Lupa Cok"
-sam
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTAHAN DEMI TUHAN
Teen Fictionjika tuhan yang menghendaki takdirku, seperti ini maka hidupku akan kujalani diseperti kehendaknya tapi demi tuhan..aku lelah, aku lelah menjalani hari-hari yang tidak mempunyai siapapun #1 in persahabatan (2023.01.30) #2 in gl (2023.03.03)