9. Ulang Tahun

111 26 0
                                    

"Phi, yakin hadiahku akan membuat papa senang?" Ford bertanya di sela-sela langkahnya.

Pria yang lebih tinggi dari Ford itu menghentikan langkah sejenak. "Kamu mengkhawatirkan apa, sih? Papa pasti suka dengan hadiah apa pun yang kamu bawa," jawabnya mencoba menghilangkan rasa cemas Ford.

"T-tapi aku masih agak khawatir."

"Kamu datang denganku. Gak ada yang perlu kamu khawatirkan."

Ford menatap mata Mark. Tidak terlihat celah kebohongan pada netra sekelam malam itu. Menarik napas sejenak, Ford mengangguk lalu mengikuti langkah Mark memasuki restoran.

"Selamat ulang tahun, Pa. Semoga panjang umur, sehat selalu dan semakin mencintai keluarga," cetus Mark menyodorkan hadiah di depan pria dengan rambut yang telah memutih itu.

"Terima kasih, Nak. Sampai repot-repot bawa hadiah segala," balas papa Mark seraya menerima hadiah pemberian sang putra.

"Buka hadiahnya, Pa," ucap wanita yang tidak lain adalah mamanya Mark.

Pria itu membuka kotak hadiah Mark. Sebuah jam tangan yang terletak di dalamnya sontak merekahkan senyumnya.

"Biar Papa ingat waktu. Jangan sampai melewatkan jam makan," cetus Mark.

Papanya terkekeh. "Papa ingat, kok," balasnya lalu mengenakan jam tangan tersebut.

Ford berdehem pelan. "Selamat ulang tahun, ya, Pa. Hadiah dari Ford mungkin gak sebagus dan semahal punya Phi Mark, tapi semoga hadiah kecil dari Ford bermanfaat bagi Papa."

"Papa gak pernah menilai pemberian orang lain dari nilainya. Kamu datang dan ikut merayakan ulang tahun Papa aja, Papa udah senang. Papa buka, ya, hadiah dari anak kesayangan Papa."

Ford melukiskan senyum. "Iya, Pa."

Tidak seperti Mark, Ford memberikan sebuah dasi sebagai hadiah ulang tahun. Dasi bewarna silver itu langsung dikenakan oleh papa Mark. "Papa suka dasi ini. Warnanya juga bagus. Terima kasih, ya, Ford. Papa gak masalah, kok, kalau kamu gak bawa hadiah apa-apa."

"Aku juga bilang gitu sama Ford, tapi dia mengkhawatirkan hal-hal yang gak penting. Kaya apakah Papa akan suka dengan hadiahnya atau enggak," sambung Mark tiba-tiba.

"Phi!" Ford berucap dengan nada rendah.

Papa Ford tertawa. "Papa ini bukan orang lain, loh. Justru Papa yamg khawatir, karena Mark pasti merepotkanmu."

"Eh, enggak, kok, Pa. Phi Mark gak pernah merepotkan Ford. Malahan, Phi Mark yang selalu masak untuk Ford."

"Bagus itu. Semua pekerjaan, serahkan saja pada Mark. Kamu gak perlu melakukan apa pun, Ford. Iya kan, Ma?" Pria itu menoleh pada wanita yang berada di sebelahnya.

"Iya. Kamu jangan capek-capek, Ford. Serahkan semuanya sama Mark," sahut wanita itu setuju dengan suaminya.

"Ma, Pa, aku anak kalian, loh, tapi kenapa Ford yang diperlakukan istimewa?" Mark melayangkan protes.

"Ingat, ya, Mark, Ford itu anak Mama dan papa juga. Tanpa kami katakan pun, kamu akan melakukan segalanya untuk Ford, kan?"

"I-iya, sih, Ma, tapi jangan dikatakan secara langsung dong."

"Sudah, sudah. Sebaiknya kita makan saja. Papa sudah lapar," ajak papa Mark sebelum obrolan antara istri dan anaknya itu berakhir panjang.

Pemandangan itu membuat Ford merekahkan senyum lebar. Rasa khawatir yang sempat hinggap di hatinya kini telah lenyap.

Selesai

Love Will Find a Way [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang