Tawa kecil itu terdengar setiap kali Ford memotret objek hidup yang masih tertidur lelap di ranjang empuknya. Rencana ini telah dipikirkannya matang-matang sejak beberapa hari lalu. Namun, baru dapat terlaksana pagi ini tanpa adanya kendala.
"Kamu ambil fotoku?"
Suara khas orang baru bangun tidur seketika membuat netra Ford membola. Pasalnya, ia tengah menikmati melihat-lihat hasil kerjanya di layar ponsel.
Sebelah alis Mark diangkat. "Kamu ambil fotoku, ya?" tanyanya lagi.
Ford menggeleng pelan. "Enggak. Aku lagi lihat-lihat sosmed aja, Phi," jawabnya.
Mark mengangguk mengerti lalu bangkit dari posisi tidurannya. Tawa keras pecah memenuhi ruangan. Siapa lagi pelakunya jika bukan Ford? Rambut acak-acakan Mark terlihat sangat lucu.
"Apa yang kamu tertawakan?" Mark mengernyit bingung.
"Rambutmu, Phi. Udah kaya sarang burung yang dibom atom. Lucu banget." Ford tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perut. Pemandangan pagi yang biasa, tetapi kali ini, lebih dari biasanya.
"Puas banget ketawanya. Apa pula sarang burung yang dibom atom, hah?"
"Itu, rambut Phi. Acak-acakan banget kaya kena serang bom. Bentuknya gak beraturan," jawab Ford lagi tanpa menghentikan tawanya.
"Kamu, itu, ya. Suka banget sama ketawa? Akan kubuat kamu ketawa tanpa henti," ucap Mark seraya menggelitik Ford.
"Stop, Phi. Stop. Aku udah cukup, kok, ketawanya."
"Aku yang belum cukup lihat kamu ketawa. Tadi ngapain kamu foto-foto aku, hah?"
"Aku gak foto Phi, kok."
"Jangan bohong. Aku tahu kamu fotoin aku sejak tadi." Mark menghentikan aksi menggelitiknya.
"Eh? Phi tahu?"
"Iya. Kamu itu nakal banget," balas Mark seraya mencubit gemas hidung Ford.
"Habisnya, aku, kan mau juga fotoin Phi diam-diam. Masa cuma Phi aja yang boleh, tapi aku enggak."
"Tapi aku bukan objek foto yang bagus. Lihat sendiri, kan, rambutku kaya sarung yang kena bom."
"Sarung? Sarang kali, Phi." Ralat Ford.
"Iya, itu. Kamu dengan beraninya mengatakan begitu dan mentertawakanku. Apa selucu itu tampilanku?" Mark bertanya penasaran.
"Banget, tapi aku tetap suka, kok. Ah, iya, lupa ...." Ford menggantung kalimatnya lalu mengecup pipi kiri Mark. "Morning, Phi."
"Morning too, baby," balas Mark sebelum mengecup bibir ranum Ford dan melumatnya pelan. "Hari ini aku gak ke studio. Kamu juga bolos ke kampus," katanya lagi melepaskan peraduan antara kedua bibir itu.
"Gak bisa, Phi. Aku harus ke kampus, karena dosennya itu killer banget."
"Lebih killer dosenmu atau aku?" tanya Mark memasang wajah serius.
"Dosenku, Phi, soalnya dia gak bisa aku kendalikan."
Jawaban Ford seketika menerbitkan senyum Mark. "Kamu juga gak bisa, loh, mengendalikanku. Tapi, ya, aku gak akan ngekang kamu." Ia kembali mengecup bibir ranum Ford, tetapi dengan intensitas yang lebih lama dan sedikit lebih kasar dari sebelumnya.
Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Find a Way [End]
Storie breviMark dan Ford berusaha keras mematikan rasa yang tumbuh di hati mereka. Saling menjauh adalah cara yang paling masuk akal. Nyatanya, jarak sedikit pun tidak mengikis rasa yang mereka punya. Sejak awal, keduanya telah terikat. Raga itu bekelana jauh...