8. Maling

120 27 2
                                    

Gemuruh menjadi musik alami di tengah gelap dan dinginnya malam. Membuat insan yang terlelap di bawah selimut semakin betah berlama-lama menetap di kasur empuknya. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Ford. Lelaki itu terganggu dengan suara gemuruh di yang menariknya pergi meninggalkan dunia mimpi yang indah.

"Hujannya deras, ditambah ada petir. Aku jadi takut," gumam Ford sebelum beranjak meninggalkan ranjang. Inginnya tidur kembali, tetapi saat ini, ia membutuhkan kamar mandi.

"Andai Phi Mark ada di sini." Monolog Ford menyeret kakinya dengan langkah malas memasuki kamar mandi.

Selesai dengan urusannya, Ford melangkahkan kaki kembali ke kamar. Akan tetapi, adanya sebuah suara mengalihkan perhatiannya. Jantung Ford berdegup lebih kencang dibandingkan sebelumnya.

"Apakah maling?" tanyanya was-was. Ia lalu berinisiatif mengambil sebuah teflon di dapur.

Suara itu kembali terdengar. Asalnya dari depan pintu. Ford yakin betul jika suara itu berasal dari orang asing. Kemungkinan terburuknya ialah maling.

"Kena kau, dasar maling!" Ford memukulkan teflonnya ke punggung orang asing yang masuk tanpa izin itu.

Maling itu meng-aduh kesakitan sebelum berbalik dan melepas topinya. "Ini aku," katanya.

Ford melongo di tempat. Ia lalu tersenyum hambar seraya menyembunyikan teflon di balik punggung. "Phi pulang?"

"Iya, aku pulang. Kenapa? Kamu gak senang?" Maling yang dimaksud ialah Mark. Saat ini, pria itu bertanya dengan kedua alis yang bertautan.

"Senang dong, Phi," jawab Ford cepat.

"Lalu ini sambutanmu? Memberikan pukulan yang cukup menyakiti punggungku?"

"B-bukan gitu maksudnya, Phi. Kukira tadi maling. Aku takut banget, loh. Tahu sendiri hujannya deras dan ada petir juga."

"Iya, tahu, kok."

"Terus kenapa masuknya pelan-pelan kaya gitu? Kukira maling beneran. Bikin takut ...." Ford menggantung kalimatnya setelah petir bergemuruh keras. Dengan cepat ia berhambur ke pelukan Mark.

"Aku tahu kamu takut, makanya pulang cepat. Alasan masuk kaya maling juga bukan tanpa alasan. Aku takut kamu tidurnya terganggu. Sekarang kamu gak perlu takut lagi, karena ada aku di sini. Aku akan peluk kamu erat sampai kamu gak bisa dengar apa pun, kecuali jantungku yang berdebar keras karenamu."

Penuturan Mark sukses membuat Ford mengangkat kepala. "Gombal banget," katanya disertai kekehan kecil.

"Benerah, loh. Jantungku gak akan berdebar sekeras ini kalau bukan karenamu, Sayang."

Ford kembali terkekeh. "Iya, deh, percaya."

"Jangan pake deh, kesannya jadi terpaksa." Ralat Mark.

"Iya, aku percaya padamu, Phi."

Selesai

Love Will Find a Way [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang