chapter one

10 2 0
                                    

kayanya ini cerita ter-gaje, ter-menjijikan, dan ter-aneh yang pernah ada

ᖭ༏ᖫ

Perempuan dengan gaya rambut High Ponytail yang dihiasi bandana hitam itu mendesis kesal, saat menyadari bahwa rintik hujan mulai turun membasahi jalanan ibu kota yang cukup padat sore ini. Ia menyesali kebodohannya yang tak mau membawa motor sendiri dikarenakan malas. Yang pasti, dia harus cepat sampai rumah sebelum hujan bertambah deras.

Ravesya Jingga berdecak pelan, menunggu dengan sabar bus yang akan membawanya pulang kembali ke rumah. Harap-harap cemas agar hujan tak kian melebat. Seharusnya dia bisa pergi bersama dengan kekasihnya, Daniel. Tetapi mengingat hubungan keduanya sedang renggang, Jingga jadi malas meminta bantuan laki-laki itu. Lalu kedua temannya, Jaziel dan langit. Mereka kebetulan sedang ada turnamen basket di sekolahan, sehingga dia sungkan untuk meminta bantuan keduanya.

"BERHENTI, ANJING!"

"TIDAK MAU!"

"Sialan! Berani lo sama gue, hah?"

Jingga menoleh ke sumber suara dengan cepat. Matanya memincing saat melihat seorang perempuan yang tengah berlari tergesa-gesa menuju kearahnya. Lalu di belakangnya, juga ada perempuan lain yang tampak mengejarnya dengan seragam awut-awutan dan basah.

Bola mata cokelat terang milik Jingga membesar begitu perempuan tersebut semakin dekat dengannya lalu bersembunyi di balik tubuhnya. Memeluk pinggangnya dengan erat membuat ia mendesis tak suka. Ia menyentak tangan cewek itu dengan kasar dan mengikis jarak keduanya.

"Don't fucking tuch me!" makinya, merasa risih karena disentuh orang asing.

lalu dengan napas terengah-engah, cewek berambut kepang dua itu mencoba menjelaskan. "Ban-bantuin aku! Calista mau ngebully aku lagi..." katanya seraya menunjuk pada perempuan yang kini mulai memelankan langkah kakinya, dan berakhir berhenti lima langkah dari Jingga dengan punggung membungkuk.

"Woi, culun!" cewek itu menegakkan tubuhnya kembali, menjeda kalimatnya sebentar guna menarik napas. "Tubuh gue bau, gara-gara lo, anjing--!"

"M-maaf, aku nggak--"

"Maaf... maaf, lo kira minta maaf doang, bisa bikin harga diri gue balik lagi, hah?"

Jingga menutup hidungnya begitu bau tidak sedap yang dikeluarkan oleh tubuh di hadapannya itu menguar memasuki indra penciumannya. Lantas, Calista mendesis karena merasa tersinggung.

"Ngejekin gue ya lo?" gertaknya pada Jingga.

Tanpa melepaskan penutup di hidungnya, Jingga membalas, "lo nggak nyadar atau nggak tau sih? tubuh lo baunya kaya sampah."

Mulut gadis berambut lepek itu terbuka sedikit saat mendengar kata-kata frontal yang terucap oleh Jingga. Sejauh ini, mana mungkin ada orang yang berani berkata seperti itu padanya.

"Lo-- berani banget lo sama gue?" pekik gadis itu dengan telunjuk mengarah padanya. Ia mengkode cewek di belakang Jingga menggunakan dagunya. "Heh, culun. Jelasin ke dia siapa gue!"

"Nggak boleh ada yang berani sama dia!" bisiknya memberitahu. Jingga mengangkat satu alisnya, sebelum akhirnya menarik rambut panjang gadis itu bagian belakang hingga mendongak. Cewek itu memekik, memukul tangan Jingga beberapakali meminta untuk di lepaskan.

THE FUCKIN' WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang