chapter four

2 1 0
                                    

tutor biar ceritanya ramee☝️☝️☝️☝️

pusying aku tuhh

kalian komentar apa aja gitu deh, biar agak hidup ni cerita jamet😠😠


─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Tadi berangkat bareng Daniel ya, Jing?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Zoeya, gadis yang menjadi teman sebangku Jingga selama hampir enam bulan terakhir. Hubungan keduanya tidak terlalu dekat. Jingga terlalu malas bergaul sehingga berteman dengan Zoeya saat ada butuhnya saja. Perduli apa jika Zoeya menganggapnya sebagai teman dekat.

Gadis yang baru saja menjatuhkan bokongnya di kursi itu hanya menggeleng saja menanggapinya. Lalu meringis saat luka di lutut yang belum di obati tak sengaja kesenggol meja. Jingga menolak ajakan Jaziel yang ingin mengobati lukanya, dengan alasan ingin mengobati sendiri. Faktanya ia tidak melakukanya karena malas berjalan ke uks yang letaknya cukup jauh dari ruang kelasnya. Dia tidak tau saja luka di lututnya bisa membuatnya iritasi.

"Kaki lo-- lo habis jatuh, Ngga?" suara itu tidak terdengar pelan, tentu saja mengundang beberapa pasang mata di kelas untuk mengarah pada Jingga. Untuk itu, dia berdecak seraya mengumpati Zoeya.

Air yang sedang mengobrol dengan Djawa saja ikut menoleh dan langsung menelisik penampilan Jingga yang terbilang kotor di beberapa titik seragamnya, serta luka di area kaki, lutut, dan telapak tangan.

Melihat kemana arah pandang Air, Djawa sontak memegang rahang laki-laki itu untuk di arahkan padanya, berupaya agar Air tidak memfokuskan lagi pandangannya pada Jingga.

"Pacar, orang!" peringatnya yang membuat Air memanyunkan bibirnya kesal. Meski begitu, ia masih mencuri-curi pandang ke arah Jingga yang berbicara dengan Zoeya. Terlihat sekali jika lukanya belum mengering. Air mual melihatnya.

"Jatuh dimana?" tanya Zoeya penasaran.

"Di jalan."

"Ck. Ketabrak atau gimana?"

"Mending lo diem. Gue lagi males--"

tuk

"Bang--sat!"

Jingga meringis tanpa melanjutkan kalimatnya, begitu sebuah penghapus papan tulis melayang mulus mengarah ke permukaan wajahnya. Dia sedang badmood, dan kejadian ini semakin membuat mood-nya tambah hancur.

Dengan raut wajah kesal tak bertoleransi, gadis itu bangkit dari duduknya sambil mencari dalang dibalik serangan tiba-tibanya. Ia bersumpah tidak akan memberikan ampun pada siapapun itu.

"Siapa yang berani ngelemparin gue pake penghapus ini, sialan?"

Terlihat beberapa orang yang tertawa melihat wajah kotor Jingga bekas spidol. Hal itu semakin membuatnya kesal karena merasa di rendahkan.

"Jinggaa! aduh... lagian lo ngapain sih di situ! Gue tadi mau ngelemparin ke Alastar karena dia nggak mau bayar kas!"

Kayra, sang berndahara kelas tampak berlari panik ke arahnya. Dia kemudian menyapu permukaan wajah Jingga yang kotor menggunakan jari-jari tangannya dengan takut-takut.

"Jangan sentuh gue, sialan!" bentaknya, yang refleks membuat Kayra mundur beberapa langkah dengan wajah takut.

"Hallah, Kayra emang sengaja nyari gara-gara itu, Ngga!" sahut Alastar, ketika tak sengaja melihat insiden tak terduga tadi seraya menahan tawanya. "Ngerasa kalah cantik dia mah!"

Pandangan Jingga sepenuhnya menatap pada Kayra yang menyumpah serapahi Alastar karena berbicara seenaknya. Gadis itu lantas menggelengkan kepalanya saat menyadari tatapan tajam yang di lemparkan oleh Jingga.

THE FUCKIN' WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang