HALLO, SELAMAT MEMBACA YAA😓
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Kalian bertiga terlambat lagi?" geraman kesal terdengar jelas di pendengaran ketiga remaja dengan seragam acak-acakan yang kini tengah tersenyum tanpa dosa di tengah-tengah lorong koridor. Pak Yanto selaku guru kesiswaan yang sangat hapal dengan tabiat siswa di hadapannya ini lantas berdecak.
"Mau pake alasan apa lagi sekarang, hah?"
"Itu pak..." Langit menggaruk kepalanya, lalu menyenggol lengan Jaziel yang tak jauh undlap-undlup memikirkan alasan seperti dirinya.
"Apa? bantuin nyari sepatu Jingga yang hilang lagi? atau lupa arah buat datang ke sekolah, heh?"
"Anu... itu-- tadi kita nggak sengaja nabrak kucing, Pak. Jadi kita mampir dulu buat kuburin. Bapak tau kan mitos yang katanya kalo nabrak kucing tapi nggak di kubur, nanti kita bakalan kena sial." ujaran dari Langit mendapatkan anggukan kepala cepat dari kedua temannya yang berdiri di sisinya, dengan harapan pak yanto ikut mempercayainya.
"Bohong!"
Langit mengumpat dalam hati, kemudian menggaruk kepalanya yang mendadak gatal."Beneran pak, aseli no tipu-tipu."
Pak yanto memilin kumis panjangnya dengan jari telunjuk dan tengah, menatap ketiga siswa yang berseragam diluar aturan itu dengan tatapan penuh curiga.
"Kalo sampai bohong-?"
"Jingga jadi sugarbaby-nya bapak deh!" pangkas Langit dengan tawa, lalu meringis saat sebuah tamparan keras berhasil mengenai mulutnya.
"Cangkemmu!"
"Ehh...ehh kalo bicara!" tergur pak yanto, kali ini pundak Jingga yang mendapat pukulan ringan.
"Jadi perempuan itu mbok ya sing anggun, sopan, pakaianya rapi gitu lho!" Pak yanto berdecak seraya menggelengkan kepalanya. "lha kamu-- baju udah nggak rapi, rambutnya di warna, pake dekker buat apa itu, heh?-- terus aturan dari mana sekolah boleh make sepatu warna merah begitu?" cibir Pak Yanto seraya menelisik penampilan Jingga yang terlihat keluar batas dari kedisiplinan.
"Tuh, dengerin, Jingga!" sambar Langit, seraya menyenggol pundak gadis itu.
"Kamu Juga!!" Pak yanto menyentak Langit dan Jaziel yang seketika terkejut. "Baju itu di masukkan, biar enak di lihatnya. Rambutmu juga udah panjang, mau saya botakin? dan-- ish.. ishh... bapak udah berapa kali bilang buat ngilangin tatto. Tatto jelek gitu di pasang!"
Jaziel yang merasa di sindir karena tatto di lehernya, lantas mendengus jengah. Telinganya terasa panas karena selalu mendapat ceramah seperti itu, entah di rumah atau di sekolahan.
"Iya-iya, Pak!" kata mereka malas.
"Heh! mau kemana kamu?" Pak Yanto kembali bersuara ketika melihat ketiga remaja itu hendak beranjak dari tempatnya.
"Mau ke kelas."
"Enak aja, siapa yang nyuruh? Lari keliling lapangan dulu sepuluh kali."
"Yaelah, Pakk!" seru Jaziel dan Langit mengeluh.
"Nggak bisa, pak. Saya punya asma!" kata Jingga memberitahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FUCKIN' WORLD
Teen FictionJingga kira, Daniel-- mantan pacarnya adalah orang terakhir yang pergi meninggalkannya. Namun ternyata dia salah. Fase people come and go itu benar-benar ada, dan sungguh Jingga sangat-sangat membenci fakta itu. Atau memang ia terlahir untuk di ting...