chapter five

1 0 0
                                    

hallo raiders wkwk

kayanya masih banyak deh penulisan yang kurang bener, maap yee😓

BTW ini part-nya panjang, lagi-lagi aku minta maap kalo ini ngebosenin.

ayokkk komen komen komen, aku memaksa!!

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Matahari mulai berangsur-angsur pindah membawa cahayanya. Dalam perjalanan kembali kerumahnya, Jingga sedikit berdecak mengamati betapa macetnya jalan sore ini. Gadis itu membelokkan motornya, melewati sisi jalan lain yang dapat mempersingkat waktu. Setidaknya ia tidak perlu berhenti di bawah matahari bersama debu-debu yang kotor.

Selama beberapa saat, ia merasa jalanan tak terlalu aneh. Sampai pada akhirnya, kedua ban motor besar itu berderit dengan aspal ketika ia menarik pedal remnya.

Di hadapan tak jauh disana ada beberapa orang yang tengah melakukan aksi perkelahian. Decakan jengkel kembali keluar dari bibir tipis miliknya. Perjalanannya harus terganggu lagi untuk keduakalinya.

"Gue mau pulang aja banyak banget rintangannya!" dengusnya.

Dari jarak yang tidak jauh itu, bola mata cokelat terang di balik helmnya masih mengintai para pemuda di depan sana dengan tajam. Dua orang laki-laki yang tengah di keroyok sekitar tujuh orang, tentu saja tidak seimbang. Lalu salah satu dari dua orang itu memakai seragam sama seperti miliknya. Jingga bisa menyimpulkan jika orang itu satu sekolah dengannya.

Cukup lama terdiam dengan pikiranya, akhirnya gadis itu memilih untuk mengikuti kata hatinya setelah melihat salah dari kedua orang itu tumbang. Meskipun tidak memiliki hak untuk ikut campur, tetap saja orang itu masih satu lingkungan dengannya. Tidak ada salahnya membantu kan?

Gadis itu kembali menarik gasnya untuk mendekat pada mereka dan memangkas di tengah-tengah mereka. Seketika aksi baku hantam di tengah jalan sepi itu terhenti. Tampaknya mereka bingung sekaligus pemasaran ingin melihat siapa wajah di balik helm full face itu.

Gadis itu menarik gas di posisinya, menimbulkan suara bising dan asap yang mengepul banyak lewat knalpot. Suara batuk-batuk dari mereka membuatnya mengusung seringaian kecil.

"Woi, siapa lo? uhuk..." seru salah satu dari tujuh orang tersebut, menjauh sedikit untuk menghindari kepulan asap tebal dari motor Jingga.

Jingga turun dari motor. Cewek itu membuka helmnya secara perlahan dan menyugar rambutnya yang menutupi wajah cantiknya. Ia memberikan senyuman sinis, seraya melemparkan helm tersebut pada laki-laki yang berada di depannya.

Ketika cowok itu lengah dengan bibir menganga sedikit, baru dia memberikan tendangan pada kepalanya dan berakhir jatuh merintih di atas aspal.

"Jingga? anjeng, lo ngapain di sini?" cowok yang sama sekali tidak Jingga kenal itu melotot panik ke arahnya. Gadis itu hanya mengangkat bahu sebagai balasan.

"Lo semua halangin jalan gue! Gara-gara lo berantem disini, gue nggak bisa lewat!" katanya.

"Fuck! Pergi, bego. Jalan utama aja, emang lo mau mat-" cowok tadi tak melanjutkan kalimatnya karena lebih dulu jatuh setelah dihantam sebuah balok kayu di kepalanya. "Jancokk!"

Perkelahian itu kembali berlanjut. Perempuan itu lagi-lagi membantu orang asing dan ikut campur urusan orang lain, yang sama sekali bukan karakternya. Tapi tidak tau, dia yang biasanya abai pada apapun malah merasa perduli sekarang.

"Eeh, woi, belakang lo!" cowok satunya lagi, berteriak panik saat menyadari seseorang yang ingin menyerang Jingga dari belakang.

BUGH!

THE FUCKIN' WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang