Chapter 1 - Bad Destiny

754 133 373
                                    

WARNING !! DILARANG KERAS MENGIKUTI ATAU MENULIS ULANG ALUR & ADEGAN DI CERITA INI JUGA PART DI KARYAKARSA KEMUDIAN MENG-COPY NYA DI PLATFORM MANAPUN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WARNING !! DILARANG KERAS MENGIKUTI ATAU MENULIS ULANG ALUR & ADEGAN DI CERITA INI JUGA PART DI KARYAKARSA KEMUDIAN MENG-COPY NYA DI PLATFORM MANAPUN.

KARENA TINDAKAN PLAGIARISME AKAN KU TANGGAPI DENGAN SERIUS !!

Haiii.. ketemu lagi di cerita baru yang siap nemenin kalian.

Kasih banyak cinta di cerita ini yaa 🫶🏻

Happy reading 💜

-----

Sesosok wanita dengan tubuh yang masih terbalut gaun tidur mewah dengan kimononya yang tidak terikat sempurna, berdiri di dekat jendela yang baru terbuka separuh lalu membukanya dengan lebar agar sinar mentari pagi dan juga udara yang masih terasa sejuk masuk ke dalam kamar luas ini. Sementara seorang lelaki yang bertelanjang dada masih tertidur lelap di bawah balutan selimut tebal dengan rambut yang terlihat menutupi separuh wajah tampannya. Sampai seberkas cahaya mentari menerpa wajahnya hingga perlahan mata indah itu pun terbuka, meski hanya setengahnya.

"Selamat pagi, Istriku." ucapnya dengan suara serak saat melihat sang wanita yang kini duduk di tepi ranjang dengan tangan terulur hendak mengelus lembut rambut tebal itu.

"Selamat pagi, Suamiku. Bagaimana tidurmu?" ucap sang wanita dengan nada lembut seraya merapikan rambut yang menutupi dahi suaminya.

"Aku selalu tidur nyenyak saat memelukmu, setelah tiga hari kesulitan tidur karena berjauhan denganmu." Tangan halus itu dia kecup dengan lembut kemudian menariknya perlahan. "Kemari, masuk lagi ke dalam pelukanku."

Wanita yang bernama Ellea ini pun dengan senyumannya perlahan kembali masuk ke dalam pelukan hangat suaminya. Semalam, saat hari sudah larut, Andrew baru sampai di rumah setelah mengurus pekerjaannya di New York selama tiga hari. Dia tidak berbohong saat mengatakan jika dia mengalami sulit tidur, karena memang begitulah adanya. Andrew selalu mengalami sulit tidur jika tidak memeluk istrinya, Ellea.

"Jam berapa pesawat mu nanti, Sayang?"

Elle dengan mata terpejam menjawab dengan suara pelan, bahkan nyaris berbisik. "Jam lima sore, hanya selisih satu jam dengan penerbangan mu dan ibu."

Terdengar helaan nafas panjang seiring dengan pelukan Andrew yang semakin erat pada tubuh istrinya. "Seharusnya aku menemanimu ke Paris nanti, tapi pekerjaan ku benar-benar tidak bisa ku tinggalkan."

"Tidak apa-apa, Sayang. Lagi pula aku hanya dua hari. Dan," Elle terkekeh lalu mencium lembut ujung dagu Andrew. "Kau tidak perlu menyusulku kesana."

Don't Lose Hope | JhopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang