Chapter 7 : I deserved

550 136 229
                                    

WARNING !! DILARANG KERAS MENGIKUTI ATAU MENULIS ULANG ALUR & ADEGAN DI CERITA INI JUGA PART DI KARYAKARSA KEMUDIAN MENG-COPY NYA DI PLATFORM MANAPUN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WARNING !! DILARANG KERAS MENGIKUTI ATAU MENULIS ULANG ALUR & ADEGAN DI CERITA INI JUGA PART DI KARYAKARSA KEMUDIAN MENG-COPY NYA DI PLATFORM MANAPUN.

KARENA TINDAKAN PLAGIARISME AKAN KU TANGGAPI DENGAN SERIUS !!

-----

Setelah mengakhiri panggilan Hoseok tadi, Elle kembali larut dalam tangisnya, kembali larut dalam perasaan biru yang kini tengah mendominasi wanita berhati lembut ini. Sekian lama dia membentengi dirinya dengan semua pertahanan yang dia pikir sudah cukup kuat agar tidak kembali luluh dan melupakan Andrew secepat itu, sekali lagi tanpa bisa menahan dan mengingkarinya, Hoseok memang masih ada di dalam hatinya. Pria pemilik senyuman paling indah yang pernah mengisi hari-hari Ellea dulu ternyata masih memiliki tempat tersendiri di dalam hatinya.

Suka ataupun tidak, tempat untuk Hoseok sejak dulu masih ada dan masih tetap di sana.

"Andrew, maafkan aku Sayang." Lirih Elle dengan kedua iris mata coklat yang memandang pigura foto keluarga kecilnya, di mana Andrew, Evelyn, dan dirinya berada dalam satu bingkai yang sama dan terlihat sangat bahagia. Dan saat ini Elle benar-benar merasa seperti seorang istri yang tengah mengkhianati suaminya-meski sebenarnya tidak-karena secepat itu membuka laci yang diletakkan jauh di dalam sudut hatinya di mana dia menyimpan semua kenangan tentang Hoseok rapat-rapat. Tidak, sebenarnya Hoseok lah yang seperti memaksa Elle untuk kembali membuka laci usang itu dan mengeluarkan semua kenangan mereka, semua kenangan tentang masa lalu.

"Andrew, maafkan aku." Elle menutup wajah mungilnya dengan kedua tangan dan perlahan bahunya pun berguncang karena tangis hingga sebuah jemari kecil mengelus bahu telanjangnya dengan lembut.

"Mommy, why are you crying?" Dengan lembut tubuh mungil itu memeluk sang ibu, seolah mengatakan jika dia ada di sana untuk melindungi dari apapun yang membuat ibunya menangis. "Rindu Daddy, ya?"

Tangis Ellea semakin meraung tatkala gadis kecilnya bertanya seperti itu, apalagi saat dia naik ke pangkuan Ellea lalu memeluk ibunya dengan tangan yang menepuk-nepuk pelan bahu yang masih berguncang karena tangis itu.

"It's okay, Mommy. Daddy misses us too."

"Nak ..."

"Shh ... it's okay, Mom. Please don't cry, or I-" kalimat Eve terhenti karena tangis gadis kecil itu pecah seiring dengan suara tangis Ellea yang semakin menjadi.

"Mommy tidak menangis, Eve juga jangan menangis Sayang."

Dengan sekuat tenaga gadis kecil itu menahan tangis hingga suaranya tersendat-sendat sementara tangan mungilnya kini sudah sibuk menghapus air mata yang masih saja mengalir membasahi kedua sisi pipi ibunya.

"Don't cry, Mommy. Please ..."

Meski dengan cukup kesulitan Elle mengangguk seraya menggigit bibir bawahnya dengan cukup kuat, bermaksud untuk menghentikan tangis.

Don't Lose Hope | JhopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang