Tandai typo!
Dalam hidupnya, ada keinginan yang terpendam untuk hidup bergelimang keluarga, ingin mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orang tua. Keinginan itu menyeruak di hatinya, seolah mencari jalan keluar dari kesepian yang menyelimuti kehidupannya. Leno merindukan hangatnya pelukan orang tua, menikmati kehangatan suasana keluarga yang utuh. Namun, kenyataan tak selalu sesuai dengan keinginannya. Ia bahkan tak tahu wajah orang tuanya. Leno mencoba mencari jejak masa lalu keluarganya, mencari sedikit informasi tentang orang tuanya, namun, usaha itu tak membuahkan hasil. Ia berharap suatu saat keinginannya itu akan terwujud, sehingga ia bisa merasakan bahagia yang sebenarnya.
Selain sekolah, hidupnya dipenuhi dengan rutinitas bekerja sebagai barista di kafe Senja. Sudah satu tahun ia bekerja di sana, mengerjakan tugasnya dengan tekun dan penuh semangat. Aroma kopi yang menyengat dan suasana kafe yang tenang menjadi penghilang penat setelah bergelut dengan buku pelajaran. Di kafe itu, ia mendapatkan kehangatan persahabatan dari para teman kerjanya. Mereka seperti keluarga baru bagi Leno, memberikan semangat dan kegembiraan di tengah kesunyian hidupnya. Ia berharap suatu saat keinginannya itu akan terwujud, sehingga ia bisa merasakan bahagia yang sebenarnya.
Sekarang, Leno tengah menatap derasnya hujan membasahi bumi pertiwi. Di saat semua orang berlindung di bawah selimut, ia memilih untuk duduk di jendela kosan sembari menatap rintik hujan yang belum juga reda. Rambutnya yang basah menandakan ia selesai mandi, pakaian yang sudah ganti, Leno menatap kosong hujan itu dengan angin yang cukup kencang menerpa wajahnya. Hujan ini seolah mencerminkan perasaannya yang kosong dan hampa. Namun, yang ia temukan hanya kehampaan yang tak berujung. Leno teringat pada keinginannya untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua, keinginan yang tak pernah terwujud. Hujan ini seolah menegaskan kenyataan yang pahit itu, mengingatkannya pada kehilangan yang tak pernah bisa ia lupakan.
Ia merasa sedikit dejavu dengan suasana hujan ini. Seolah ia pernah merasakan perasaan yang sama di masa lalu. Ia mencoba mengingat, mencoba mencari jejak kenangan yang terkubur dalam ingatannya. Namun, yang ia temukan hanya kabut kebingungan yang menyelimuti pikirannya. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi di balik kabut kenangan itu, sesuatu yang menyakitkan dan menakutkan. Ia mencoba menepis pikiran itu, mencoba menghilangkan perasaan tak menyenangkan itu. Namun, perasaan itu terus mengusik pikirannya, seolah mengingatkannya pada sesuatu yang tak pernah bisa ia lupakan.
Masa kecilnya, ia bahkan tak mengingat apapun. Dulu ia hanya anak kecil yang hidup di panti asuhan dengan anak-anak lainnya. Sebelum itu, ia tak tau lagi. Hidupnya, terpenjara oleh
bayang-bayang yang menakutkan dan mengganggu pikirannya. Bayangan itu menyeruak di benaknya seperti hantu yang tak pernah meninggalkan sisinya. Ia mencoba melarikan diri dari bayangan itu, mencoba menghilangkan rasa takut yang menyergapnya. Namun, bayangan itu terus menyertainya, mengusik ketenangan hatinya.Leno mendecak kecil sembari meraup wajahnya. "Kenapa pikiran itu selalu aja datang? Sebenarnya gue ini kenapa? Kenapa gue gak bisa menebak isi pikiran sendiri?" monolognya dengan kedua matanya sedikit memanas.
Rasanya menyakitkan jika ia tak bisa menebak isi pikiran sendiri. Ia merasa terjebak dalam labirin pikiran yang rumit. Seolah ada tembok tak terlihat yang memisahkannya dari diri sendiri. Ia ingin menghancurkan tembok itu, ingin memahami diri sendiri dengan lebih baik. Namun, ia tak tahu bagaimana caranya. Ia merasa kesepian, terisolasi dalam dunia pikirannya sendiri.
"Anak Bunda udah besar sekarang, kamu harus kuat, ya. Tunggu sebentar lagi, kamu jangan nyerah. Bunda percaya kalau kamu itu anak kuat, anak hebat."
Leno mengerutkan kening, "Bunda? Siapa Bunda?" jawabnya tanpa sadar.
"Kamu lupa? Bunda yang selalu sayang sama kamu," jawab suara itu, lembut namun samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leno Alendra [New Version]
Teen FictionHasil rombakan! 100% berbeda dengan alur yang dulu. Ini adalah kisah tentang Leno Alendra, atau yang akrab disapa Leno, seorang pemuda berusia 17 tahun yang hidup sendirian di kota besar Jakarta. Leno, yang sering terlihat memakai kacamata, adalah s...