Bab 12

606 338 39
                                    

Tandai typo!

Sejak kejadian di rooftop kemarin, hubungan mereka tak membuat Leno renggang. Mereka sepakat untuk tak membahas tentang itu lagi. Mereka mengerti bahwa Leno memiliki alasan tersendiri dalam mengambil keputusan itu, dan mereka menghormati keputusannya.

Namun, di balik rasa lega dan dukungan yang mereka berikan, terbersit sedikit kekecewaan dalam hati mereka. Mereka sedikit merasa kecewa dengan keputusan Leno yang terkesan mendadak dan tanpa penjelasan yang jelas. Mereka ingin mengerti alasan di balik keputusan Leno, mengapa ia memilih jalan yang berbeda dari yang mereka harapkan. Mereka khawatir Leno menghadapi sesuatu yang berat sendiri, tanpa berbagi dengan  mereka.

Mereka sering menghabiskan waktu di kantin, bercanda, dan berbagi cerita seperti biasa. Hanya saja, terkadang terbersit sedikit keheningan di antara mereka, seolah mengingatkan tentang percakapan yang menyakitkan di rooftop itu. Namun, keheningan itu tak lama berlangsung. Mereka cepat-cepat menghilangkannya dengan candaan dan cerita-cerita tentang hal-hal random.

Kali ini Leno tengah duduk di pojok perpustakaan, tubuhnya bersandar nyaman di kursi kayu. Ia asyik membaca buku tebal dengan sampul yang masih baru, halaman demi halaman dibalik dengan perlahan. Sesekali, ia membenarkan kacamatanya yang sedikit merosot di pangkal hidung, menyingkirkan helai rambut yang jatuh ke wajahnya.

Perpustakaan itu sunyi, hanya terdengar desiran halaman buku yang dibalik Leno dan detik jarum jam yang berdetak lambat. Hanya ada Leno dan guru piket yang duduk di meja besar di dekat pintu masuk. Sinar matahari masuk lewat jendela besar di sisi kiri perpustakaan, menyusup ke dalam ruangan yang biasanya terlihat gelap dan menakutkan.

Pantulan cahaya matahari itu menjadikan perpustakaan terlihat lebih terang dan menyenangkan. Sinar matahari menari-nari di antara rak-rak buku yang menjulang tinggi, menciptakan corak cahaya yang indah dan menenangkan. Debu-debu yang menempel pada buku-buku itu pun terlihat berkilauan di bawah sinar matahari.

Leno menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma kertas dan tinta yang khas dari perpustakaan. Ia menikmati kesunyian dan keheningan perpustakaan yang membantu ia berkonsentrasi pada buku yang sedang ia baca. Ia merasa bahagia berada di tempat ini, jauh dari kebisingan dan kesibukan dunia luar.

Tiba-tiba, suara langkah kaki menghentikan konsentrasi Leno. Ia menoleh dan terkejut melihat Maudy berjalan ke arahnya dengan membawa beberapa buku. Senyum lembut terukir di wajah Maudy, memancarkan aura yang hangat dan menenangkan.

"Lagi ngapain?" tanya Maudy basa-basi, yang sudah berdiri di samping Leno. Matanya melihat buku Leno di letakkan di meja dengan keadaan sampul tertutup.

"Baca buku." Leno menjawab singkat.

"Tentang?"

"Sejarah kerajaan kuno," jawab Leno, nada suaranya sedikit berubah. Ia menatap jauh ke arah jendela, seolah terhanyut dalam dunia yang terukir dalam halaman-halaman buku yang sedang ia baca.

Maudy mengangguk perlahan, memahami bahwa Leno sedang menikmati perjalanan menjelajahi masa lampau melalui buku sejarah yang sedang dibacanya. Ia menunduk, menatap lantai perpustakaan yang bersih dan bersih.

"Kebetulan sekali, aku ada tugas sejarah hari ini. Bisa bantu aku?" Maudy membuka satu persatu halaman buku yang ia bawa tadi, dan berhenti di lembaran yang sudah di tandai.

"Apapun," sahut Leno mengangguk. Ia membaca materi tentang sejarah kelas XI itu. Merasa tak asing, ia terus memperhatikan kalimat kalimat yang tersampaikan di buku.

Leno Alendra [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang