Dia menggerakkan kakinya-menendang bunga-bunga yang tertata rapi bersamaan dengan foto seorang perempuan yang terpajang dengan kokoh.
Peringatan dua tahun kepergian Ardelle Cavanaugh.
Ardelle Cavanaugh mengejutkan media dua tahun yang lalu akibat berita kematiannya yang menyebar luas. Entah dari mana rumor itu berasal, namun sudah banyak yang mempercayai bahwa perempuan itu memang sudah meninggal. Ada yang mengatakan bahwa ia dibunuh dan ada juga rumor bahwa ia bunuh diri, seperti kejadian ibunya.
Pihak Cavanaugh tampaknya hanya menutupi hal tersebut dan tidak memberikan klarifikasi apapun. Warga internet menyebut keluarga Cavanaugh dikutuk karena kematian anggota keluarganya satu per satu.
Perusahaan Cavanaugh sekarang akhirnya dipimpin oleh Isaac Cavanaugh setelah ditunjuk oleh Fred. Mereka sempat kembali mengalami penurunan akibat kematian Ardelle namun saat ini sudah berjalan normal, berkat kerja keras Fred dan Isaac.
Fred baru saja keluar dari lift setelah mengunjungi Isaac untuk memantau pekerjaannya. Tongkatnya berjalan seiring dengan kakinya yang melangkah. Mata birunya melirik tempat peringatan itu dengan nyalang.
"Siapa yang mempunyai ide itu?"
"Isaac melakukannya sendiri, sir."
"Benarkah?" tanya Fred. Ia melihat seseorang sedang mengumpulkan bunga-bunga itu memakai kakinya. "Sepertinya ada yang tidak menyukai peringatan itu," ucap Fred.
"Saya akan-"
"No, Shane. Biarkan saja. Aku juga tidak suka dengan ide itu." Fred kembali melanjutkan langkahnya diikuti dengan Shane.
Shane alias Kenji Nakamura melirik peringatan itu sejenak. Setelah Ardelle Cavanaugh tidak ada, ia menjadi tangan kanan Fred Cavanaugh. Ia menjadi pihak yang mengatur Cavanaugh berdasarkan keputusan Fred.
Isaac memang memimpin, namun ia hanya memimpin perusahaan saja.
Tidak seperti Ardelle yang mengatur semua yang terjadi di Cavanaugh, baik luar maupun dalam.
"Blackton..."
"Ya sir?" Shane melirik Fred ketika pria itu menjedanya.
"Bagaimana dia?"
"Ia cukup sering mengunjungi kamar milik nona, sir."
Kamar yang dimaksud adalah kamar hotel. Fred sama sekali tidak membersihkan barang-barang Ardelle dari kamar itu. Ia membuat kamar itu tidak dijual.
"Karyawan bilang ia hanya tidur di sana dan tidak melakukan apapun karena hanya terlihat tempat tidurnya saja yang berantakan. Lalu saat pagi ia kembali ke New York."
Fred terkekeh. "Pria itu suka sekali membuang uangnya hanya untuk tidur sehari."
"Tidak ada yang bisa menghentikannya, sir."
Fred mengangguk setuju.
***
Gibson memberhentikan mobilnya di Taman Nasional Shinjuku Gyoen dan membiarkan Marshall berjalan-jalan sejenak setelah jadwalnya yang padat.
Warna merah muda yang cantik dengan kelopaknya yang ditiup angin membuat ia menutup mata saat angin terasa lembut menyentuh kulitnya. Lengan kemeja ia gulung serta dasi yang sudah ia longgarkan. Badan tegap itu kembali berjalan menuju tempat parkir.
"Sudah...selesai?"
Baru 10 menit sejak Marshall keluar namun pria itu sudah kembali lagi. Gibson segera masuk ke dalam mobil ketika tuannya sudah duduk di dalam. Dua tahun ini Marshall terlihat seperti mayat hidup. Mata tajam yang sayu dengan kantong mata membuktikan bahwa ia urang tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Eyes : Eyes of The Devil
RomanceBOOK 2 - BLUE EYES : EYES OF THE DEVIL Dalam dua tahun Marshall El Blackton berubah menjadi kasar, kejam, dan bengis. Sifat tenangnya berubah setelah kepergian Ardelle dalam hidupnya. Membuat Lucky Stewart, sang sahabat hanya terdiam. Rokok dan alko...