Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, selamat membaca chapter lima, happy reading and enjoy guys 🔥
-
-
-
"Jawab pertanyaan gue ya, yang ngasih hampers ke Fara itu lo atau bukan?"
"Bukan, bukan gue."
"Gue serius jamet!"
"Bukan gue, dibilang dari tadi juga bukan gue."
Dara berdecak, hampir setengah jam ia berusaha membujuk Aidan agar membuka mulutnya, namun pria itu enggan, dan selalu mengatakan perkataan yang bukan harapan Dara.
"Lo jangan bohong, ya. Ini di masjid loh."
"Bukan gue, Dara. Astaghfirullah," sahut Aidan, pria itu mengacak-acak rambutnya. "Jangan gangguin gue bisa? Gue belum ngisi satu nomor 'pun di lembar kerja gue."
Dara tersenyum lebar.
"Nggak, gue nggak akan berhenti ganggu lo sebelum lo mengakui."
"Plis, Dar. Bentar lagi gue harus pimpin kalian ke ruangan lain. Jangan ganggu gue," ucap Aidan. Ia hendak menorehkan tinta pada lembar kerjanya. Namun tak jadi karena Dara mengambil bolpoinnya.
"Astaghfirullah, Dara."
"Iya, kenapa? Aku terlalu masyaAllah, ya?" Dengan percaya dirinya Dara tersenyum manis ke arah Aidan, membuat ketua kelas itu memalingkan wajah.
Aidan menghela napas, meminta bantuan temannya 'pun tak ada guna. Mereka malah terkena semprot omelan mematikan Dara.
"Kenapa lo nanyain hal yang nggak penting ini ke gue sih, Dar?" tanya Aidan.
"Karena gue curiga kalo lo yang ngasih hampers isi coklat, boneka dan kartu ucapan buat Fara," jawab Dara cepat.
"Kenapa harus gue?"
"Ya ... karena lo 'kan suka sama Fara," jawab Dara lagi dengan entengnya.
Aidan yang mendengar itu terkejut, ia mengerutkan keningnya. Menyukai Fara? Sejak kapan? Jika memang iya, tak perlu embel-embel memberikan hadiah secara diam-diam, Aidan akan meminta pada Allah lewat perantara do'a agar menjadikan seseorang sebagai jodohnya.
"Gue bener-bener nggak habis pikir sama lo, Dar. Dengerin gue baik-baik, gue bukan type cowok yang suka ngasih hal-hal manis ke perempuan, gue type cowok yang lebih baik buat nggak suka perempuan karena mikirin lawan jenis aja udah dosa. Soo kalo gue menghindari zina pikiran, kenapa gue ngasih hampers ke Fara?" jelas Aidan.
Setelahnya ia mengambil bolpoin yang ada di genggaman Dara tanpa menimbulkan kontak fisik.
"Gue pergi sekarang."
"Eh, jangan dulu pergi! Gue belum selesai!" teriak Dara, sayangnya Aidan tak mempedulikannya dan memilih bergabung dengan teman pria lain.
"Hih, nyebelin banget tau nggak sih!"
Terpaksa pulang tanpa mendapatkan jawaban yang diharapkan. Dara menghampiri Fara yang sedang menyimak penjelasan dari seorang narasumber.
"Far," panggil Dara sembari menengadahkan tangannya, meminta sesuatu.
"Kamu udah selesai dari toiletnya?" Dara mengangguk singkat.
Iya, Dara berbohong pada Fara soal pergi ke toilet. Sebenarnya ia bekerjasama dengan Viona, Rosa, dan Gea. Untuk menanyakan soal hampers yang Fara dapatkan kemarin sore. Jika bukan Aidan siapa lagi? Di kelas XI MIPA empat, bukan rahasia pribadi jika Aidan menyukai Fara.
Namun sayangnya, Sang ketua kelas tidak pernah mengakui hal tersebut. Entah karena gengsi, malu ataupun hal lain.
"Masjid Gede Kauman dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat dan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Masjid ini dibangun pada 29 Mei 1773 M atau enam Rabiulakhir 1187 H."
YOU ARE READING
Qisat Fara [END]
SpiritualFara Sahda Izdihar, seorang muslimah yang menduduki bangku kelas dua SMA. Ia tumbuh di lingkungan pesantren milik Umi dan Abi-nya. Memilih untuk tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya dengan menjadi seorang santriwati, karena keinginan Fara yang i...