Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu. Selamat membaca chapter empat, jangan lupa vote dan komennya! Happy reading and enjoy guys 🔥
-
-
-
"Dikisahkan bahwa dibalik adanya Candi Prambanan, terdapat sebuah kisah antara Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Sama seperti kisah Tangkuban Parahu, Roro Jonggrang memberikan sebuah syarat pada Bandung Bondowoso, agar dapat menjadikannya permaisuri. Dimintanya dibuat seribu candi dengan bantuan para jin, yang sayangnya gagal. Seperti kisah Tangkuban Parahu juga, hal yang dilakukan Dayang Sumbi juga dilakukan Roro Jonggrang agar Bandung Bondowoso tidak berhasil memenuhi syarat yang diberikannya.
"Bandung Bondowoso mempersembahkan seribu candi yang dibuatnya dengan bangga, ternyata setelah dihitung Roro Jonggrang, hanya ada 99 candi. Mendengar itu tentu saja Bandung Bondowoso marah, sudah dia pemarah dan kejam, usahanya kini ditolak mentah-mentah.
"Sambil menatap Roro Jonggrang dengan kilatan amarah di matanya, Bandung Bondowoso mengubah Roro Jonggrang menjadi batu dan menjadikannya pelengkap, penyempurnaan adanya seribu candi yang kini dibanggakan rakyat Jawa Tengah."
Mata Fara berbinar menatap candi-candi yang menjulang tinggi dengan arsitektur yang fantastis tersebut, ia bersama teman satu kelasnya kini berada di depan candi Roro Jonggrang.
"Sayangnya karena sebuah peristiwa gempa berkekuatan tinggi yang mengguncang, kini hanya berdiri delapan belas candi. Sisanya reruntuhan yang ada di sebelah sana."
Membuka tutup bolpoin yang ada ditangannya, Fara berjongkok untuk mengisi lembar kerja yang diberikan wali kelasnya.
"Faraaa, nomor tiga kamu isinya apa?"
"Nih." Fara memberikan lembar kerjanya pada Dara, sambil berjongkok melihat Dara yang sibuk menulis. Pandangan Fara terpaku pada Aidan yang berdiri di belakangnya, bersama dengan anak laki-laki lain.
"Cieee, liatin Aidan. Pasti ada sesuatu."
Fara mendelik, "nggak ih, aku liatin dia karena aneh aja. Kenapa berdiri di belakang kita."
"Ya, itu, kan karena ada kamu. Jadi dia berdiri di belakang kamu," jawab Dara, jangan lupakan dengan tatapan yang terus menggoda Fara.
"Terserah kamu, ah." Fara bangun dari posisi berjongkoknya, ia mengecek arlojinya yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Hari ini adalah hari kedua Fara dan teman satu kelasnya berada di Yogyakarta. Pemandangan yang ada disekitar Candi Prambanan benar-benar asri, budaya Yogyakarta terasa sangat kental, apalagi saat melihat tour guide yang menggunakan pakaian adat khas Yogyakarta.
Kemarin sekitar pukul lima sore, rombongan study tour sekolahnya baru saja sampai. Dilanjutkan beristirahat di hotel yang jaraknya tak terlalu jauh dari situs Candi Prambanan, lalu pagi tadi diadakan senam dan sarapan bersama. Hingga sekarang semuanya berada di Candi Prambanan, menikmati salah satu keajaiban dunia yang diakui UNESCO.
"Anak-anak, setelah mengisi lembar kerja. Dilanjutkan ke candi berikutnya, ya! Jangan sampai ada yang tertinggal." Suara bariton guru bahasa Inggris yang Fara kenal membuat kerumunan siswa-siswi hening.
Mereka mulai berbaris mengikuti instruksi dari para guru.
"Fara."
"Astaghfirullah, kaget, ya Rabb." Fara mengusap dadanya saat tiba-tiba suara pria yang terdengar familiar memanggil namanya.
"Astaghfirullah ..." Fara memejamkan matanya, berusaha menetralkan degup jantung. Sekarang ia harus berbicara dengan pria, Fara takut ia sulit menjaga pandangan. "Kenapa Aidan?" tanya Fara saat menyadari Aidan yang memanggil namanya, ada di belakangnya.
YOU ARE READING
Qisat Fara [END]
SpiritualFara Sahda Izdihar, seorang muslimah yang menduduki bangku kelas dua SMA. Ia tumbuh di lingkungan pesantren milik Umi dan Abi-nya. Memilih untuk tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya dengan menjadi seorang santriwati, karena keinginan Fara yang i...