Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, selamat membaca chapter lima belas. Jangan lupa vote dan komen, enjoy 💗 Semangat puasanya!
-
-
-
Bugh!
"Astaghfirullah!"
"Lo jangan jadi cowok brengsek yang ngerusak perempuan!"
"Sialan, nggak usah ikut campur lo! Fara bakal jadi milik gue!"
Bugh!
Sebuah bogeman mendarat mulus di pipi kiri Aidan, pria itu mundur beberapa langkah.
Fara yang berada dalam mobil terkejut melihat perkelahian antara dua orang laki-laki yang dikenalinya. Ia berusaha membuka pintu mobil agar bisa cepat keluar dan memisahkan perkelahian itu.
"Laki-laki mana yang berani ngerusak perempuan demi nafsu?! Lo kalo nggak bisa ngejaga Fara, nggak usah sok-sokan pengen milikin dia!" sentak Aidan. Tangan kanan laki-laki itu lagi, dengan kepalan yang kuat mengenai wajah Reino.
Keduanya saling memukul dan menendang, sesekali berteriak memaki, dengan Aidan yang terus membela Fara.
"Ya Allah, kenapa buka pintu mobilnya susah banget!" Tangan Fara tak hentinya memukul kaca, sesekali menekan tombol untuk membuka pintu, namun tak kunjung terbuka.
"Cowok biadab kayak lo, harusnya nggak lahir ke dunia!" Wajah yang sudah dihiasi lebam, dan darah yang keluar dari sudut bibir, membuat siapapun yang melihatnya akan meringis ngilu. Aidan, menarik kerah kemeja Reino, menatap lawannya dengan kilatan kebencian.
"Nggak usah ikut campur lo!"
"Gue patut ikut campur, karena masalahnya menyangkut Fara. Sebagai ketua kelas yang baik, gue nggak mau terjadi apa-apa sama anggotanya." Aidan semakin menguatkan cengkramannya pada kerah kemeja Reino.
Brugh
"Aidan!"
Bersamaan dengan Aidan yang terjatuh di tanah, Fara berhasil keluar dari mobil. Langkah tergesanya, mengikis jarak antara dirinya dan Aidan, menghampiri laki-laki yang saat ini tengah membelanya habis-habisan.
"Lo, masuk mobil!" tekan Reino, menunjuk Fara. Wajahnya terlihat menyeramkan, layaknya preman pasar yang sedang mengamuk.
Fara menggeleng.
"Nggak, aku nggak bakal mau ikut laki-laki brengsek kayak kamu! Nggak punya rasa kemanusiaan, nggak beradab dan nggak bisa menghormati perempuan!"
"MASUK!"
"Nggak!"
"MASUK, GUE BILANG MASUK!"
"Nggak, aku nggak mau!"
Air mata yang semulanya tertahan di pelupuk mulai turun, Fara menatap Reino dan Aidan secara bergantian. Ringisan kesakitan bisa Fara dengar dari laki-laki disampingnya, yang sekarang terbaring lemah di tanah.
Fara benar-benar tidak menyangka bahwa datang ke acara ulang tahun Theo, ternyata berakhir buruk. Hampir saja dirinya menjadi wanita kotor yang disentuh oleh pria secara cuma-cuma.
"Pilih gue, atau cowok itu." Reino melampiaskan amarahnya dengan memukul mobil, ia memberikan Fara pilihan konyol yang tentu saja sangat mudah untuk Fara jawab.
"Aku, pilih Aidan," jawab Fara singkat.
Mengusap air matanya yang turun, Fara menarik tangan Aidan untuk pergi menjauh dari parkiran. Ia memegangi tangan kanan Aidan, menuntunnya berjalan tanpa melakukan kontak fisik.
YOU ARE READING
Qisat Fara [END]
SpiritualeFara Sahda Izdihar, seorang muslimah yang menduduki bangku kelas dua SMA. Ia tumbuh di lingkungan pesantren milik Umi dan Abi-nya. Memilih untuk tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya dengan menjadi seorang santriwati, karena keinginan Fara yang i...