Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, selamat membaca chapter sebelas. Jangan lupa vote dan komen, enjoy!💗
-
-
-
Diawali dengan mata pelajaran kimia, saat ini kelas XI MIPA empat dikumpulkan di perpustakaan untuk mencari buku yang akan dijadikan bahan referensi. Membuat sebuah percobaan ilmiah, berdasarkan bahan dan alat yang sudah ditentukan oleh guru. Tugasnya para siswa-siswi hanya tinggal melakukan sebuah percobaan dengan bahan dan alat yang sudah disediakan.
Fara satu kelompok dengan Dara, Adam, dan Reza. Cukup sulit berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok, karena Fara tidak terbiasa berbicara dengan lawan jenis kecuali Fatih dan Nando.
Dengan adanya Dara, rasanya Fara bisa mengandalkan teman sebangkunya itu untuk mewakili ucapannya. Walaupun akan terasa berbeda, tapi Fara benar-benar belum terbiasa.
"Far, aku cari buku sebelah sini, kamu sebelah sana, ya. Kayanya di sana banyak buku-buku tua, mungkin aja ada beberapa percobaan ilmiah yang bisa kita coba."
Fara mengangguk, ia melangkahkan kakinya yang terbalut kaos kaki putih menuju ujung perpustakaan, lorong dominan sepi karena buku-buku yang membuat pembacanya merasa bosan. Melewati jalan yang hanya muat dua orang, dengan rak-rak buku tinggi yang menjulang ke atas di kanan kirinya. Semakin berjalan menuju ujung perpustakaan, percahayaan semakin menipis.
Uhuk!
Fara langsung menolehkan kepalanya kesamping kanan dan kiri. Suara batuk itu membuat Fara yakin bahwa tidak hanya dirinya di sini.
Uhuk! Uhuk!
"Kedengerannya kayak suara laki-laki." Batin Fara, lorong yang cukup jauh dari keramaian para pengunjung perpustakaan cocok untuk si introvert.
Mengumpulkan keberanian, Fara melanjutkan langkahnya. Hingga di rak terakhir yang membelakangi dinding, terlihat bayangan hitam.
Jujur, Fara sendiri akui bahwa ia adalah perempuan yang penakut. Takut pada sesuatu yang ada di dalam kegelapan.
Uhuk!
"Duhh, banyak banget debunya. Petugas perpustakaan nggak ada yang niat bersihin apa?"
Seketika Fara bernafas lega, ia tau siapa pemilik suara itu. Memilih menghindari pertanyaan yang akan dilontarkan padanya jika bertemu, Fara mengambil sudut rak sebelah kirinya.
Duk!
Tak sengaja Fara menjatuhkan buku tebal dengan kertas kuning, hal itu langsung menyita perhatian Aidan, ya, pria yang sangat Fara kenali suaranya tadi.
"Fara? Itu lo atau bukan?"
"Iya."
"Cari buku buat referensi juga?"
"Iya."
"Tumben banget perempuan mau masuk dan baca buku lapuk di sini," ucap Aidan. Pria itu sekarang berada di sampingnya.
Fara mengerutkan kening, "tumben gimana? Aku bukan type perempuan yang anti sama buku-buku berdebu, demi tugas."
"Ohh, soal Reino gimana? Dia nggak macam-macam sama lo, kan?" tanya Aidan, lagi. Seperti sedang mencari topik untuk saling bertukar pikiran.
"Aku nggak pernah liat dia lagi, udah lama. Emangnya apa peduli kamu antara aku sama Reino?" Fara menatap Aidan penuh tanya, ia jadi teringat perkataan Dara dan yang lainnya.
Benarkah Aidan menyukainya? Ah, jangan terlalu percaya diri. Takutnya harapan setinggi harapan orang tuamu akan membuatmu kecewa.
"Bukan maksud peduli, sebagai ketua kelas gue nggak mau terjadi hal-hal buruk di kelas. Reino bukan cowok baik-baik," jawab Aidan.
YOU ARE READING
Qisat Fara [END]
ДуховныеFara Sahda Izdihar, seorang muslimah yang menduduki bangku kelas dua SMA. Ia tumbuh di lingkungan pesantren milik Umi dan Abi-nya. Memilih untuk tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya dengan menjadi seorang santriwati, karena keinginan Fara yang i...