Angin berhembus menabrak wajah Sahara. Pagi hari ini setelah membuat sarapan, Sahara menyempatkan diri untuk berlari pagi. Jam masih pukul setengah 7 ia tebak Tama dan anak anaknya pasti sudah bangun. Mungkin berlari sekitar 10 menit lagi tak masalah baginya.
Ditempat lain, Leo sudah terbangun. Dengan kedua kaki yang berjalan dengan kondisi yang setengah sadar, anak itu berjalan gontai menuju wastafel dekat kamar mandi untuk mencuci muka. Sementara Juna sudah berkutik dengan piring dan nasi goreng buatan Bunda Sahara yang kalau kata Juna masakan Bunda tidak akan ada tandingannya.
"Bunda lagi lari ya, A?" Leo sudah duduk didepan Juna ia pun langsung menyendokan nasi goreng ke piring.
Juna mengangguk, "Iya. Sekarang hari minggu."
Leo mengangguk, "Gua padahal mau ikut tau."
Juna terkikik menatap sang adik tak percaya, "Mana bisa! Lo semalem aja baru balik jam 2!" Juna membanting sendoknya ke piring sampai berbunyi suara khas piring yang bertabrakan dengan sendok, "Dari mana lo!" Tanya Juna dengan inotasi sedikit meninggi.
Baru suapan kedua masuk ke dalam tenggorokan Leo, dan saat sendok ketiga hendak masuk ke dalam mulut kedua matanya berubah menjadi tatapan bingung. Sendok yang berisi nasi goreng itu ia simpan kembali ke piring dan Leo mencari jawaban untuk pertanyaan Juna.
"Heh!"
Leo menggigit bibir bawahnya dan tidak berani menatap sang kakak didepannya yang wajahnya sudah merah padam.
"Kalau orang nanya, jawab!" Sentak Juna.
Situasi pagi hari dikeluarga bapak Tama bisa dibilang tengah bersitegang. Ditambah tidak adanya sang Bunda atau pun sang Ayah disana. Biasanya jika ada Bunda Sahara, ia akan menenangkan Juna agar menahan emosinya untuk tidak memarahi Leo.
"Itu--"
"Apa? Balapan? Atau kali ini temen lu ada yang ulang tahun sampe lupa pulang?"
Leo menghembuskan napas kasar kini dengan segala keberaniannya, dia menatap Juna didepannya yang sudah menyilangkan tangannya dan menatapnya dengan tatapan lelah. Iya, Leo tahu kakaknya sudah lelau dengan sikapnya yang selalu pulang malam, namun mau bagaimana lagi? Leo masih muda. Masih banyak rasa penasaran yang dia tampung dibenaknya dan masih banyak pengalaman yang dia cari diluaran sana.
"Sekalian aja dek, nggak usah pulang!" Sarkas Juna.
Leo benar benar sudah keasyikan dengan dunia luar, namanya anak muda pasti diselimuti oleh rasa penasaran. Sebenarnya Tama sudah tahu Leo seperti apa di luar dan Tama sudah pernah menampar Leo saat anak itu pulang dengan keadaan teler. Sahara tidak bisa berbuat apa apa saat anak bungsunya kena marah suami dan anak sulung mereka.
Sahara masuk ke dalam dapur dan melihat raut wajah Juna sudah memerah dan Leo tengah menunduk disana, sehingga atmosfer disana berubah.
"Assalamualaikum--"
Juna menoleh dan tersenyum kala Sahara datang dan duduk disebelahnya, "Waalaikumsalam Bunda."
"Ayah kamu udah berangkat ya?"
"Udah."
Kedua mata cokelat Sahara setia menatap Leo yang masih menunduk dan beberapa detik kemudian, Sahara tahu jika Juna tengah memarahi Leo. Diusap lembut bahu sang anak sulung demi memberikan ketenangan dihatinya.
"Adiknya jangan dimarahin." Ucap Sahara.
Juna menoleh dan tersenyum sinis, "Anak kayak dia jangan di diemin Bun, ngelunjak."
Leo masih bungkam, bibirnya terkatup. Rasanya ingin menimpali ucapan Juna namun seakan bibirnya kelu. Juna juga pernah kok pulang malam karena abis main dengan gebetannya ke Bandung, terus kenapa Leo tidak boleh? Tidak adil, fikir Leo. Namun keluh kesahnya hanya bisa Leo pendam, karena jika Leo berani menyanggah. Amarah Juna akan memuncak. Ia sungguh malas mendengar celotehan celotehan dari sang kakak. Sungguh, kedua telinganya sudah panas.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Family is My Universe
FanficApa sih yang dimaksud keluarga yang utuh? Aji, Tama, Regi dan Dion sudah berusaha membuat keluarganya utuh dan berusaha menjadi pelindung bagi keluarganya. Namun ternyata menjadi seorang suami yang baik belum tentu bisa menjadi ayah yang baik dan se...