part 5

136 18 0
                                    

Regi menatap anak sulungnya dengan tatapan tajam. Bagaimana bisa ia kalah saing oleh anak koleganya? Sudarso dengan bangga menceritakan anaknya juara 1 dikelasnya baik akademik ataupun non akademik. Sementara Renjun, dia hanya juara di Akademik saja. Pukul 10 malam ini Renjun sudah mengantuk, namun Regi masih memberikannya wejengan sampai kedua telinga Renjun mendadak panas dan kepalanya pusing.

Sementara Salwa dikamar sudah khawatir akan kakaknya. Salwa juga ikut tadi dan untungnya kolega Papa tidak memiliki anak cewek. Wendy tidak bisa berbuat apa apa. Terlihat Renjun sudah lelah namun Regi tetap saja membahas masalah itu lagi. Sebenarnya Wendy sudah muak pada didikan Regi yang membuat anak anaknya kesulitan, namun Wendy tidak bisa berbuat apa apa.

"Kamu belajar nggak sih, Mas?" Tanya Regi.

Renjun mengangguk, "Belajar." Jawab anak itu.

"Mulai besok kamu ikut Batminton, Basket, Futsal dan apalah it--"

"Mas! Akademik belum cukup kah?"

"Wen, pak Sudarso anaknya jadi juara 1 Karate tingkat provinsi! Masa anakku nggak bisa?" Ucap Regi.

Renjun melirik Wendy seakan minta diselamatkan. Ia sungguh sudah sangat mengantuk. Karena biasanya pukul 10 ini dia sudah terlelap.

"Renjun masuk kamar aja--"

"Aku belum selesai, Wendy!" Tegas Regi.

Wendy langsung membantu Renjun untuk pergi ke kamarnya. Biar saja Regi dia yang urus. Setelah Renjun masuk ke kamarnya, Wendy menyeret Regi ke dalam kamar mereka. Wendy sebisa mungkin menyembunyikan perdebatan mereka dari anak anaknya. Ia tidak mau kedua anaknya mendengar apa yang mereka perdebatkan.

"Kamu apaan sih?"

"Mas! Renjun itu udah paling unggul! Kamu kenapa nuntut dia terus sih?"

"Anakku harus unggul dari siapapun, Wen!" Tegas Renjun.

"Anakku harus memilih apa yang dia mau!"

"Aku tahu apa yang terbaik untuk anakku, Wendy!"

"Aku juga tahu! Aku ibunya kalau kamu lupa!"

Keduanya terdiam.

Fikiran Regi terlempar ke beberapa tahun lalu saat Wendy hendak berpisah dengan Regi. Regi yang seakan sekarat meminta Wendy untuk kembali dan berjanji akan menjaga mereka berdua dengan baik. Namun sekarang semua berbanding terbalik. Hidup anak sulungnya bagaikan dipenjara dan Wendy tahu pasti anak anaknya sangat tidak nyaman dengan peraturan yang dibuat oleh Regi. Walau bagaimana pun kedua anak mereka sudah remaja dan tentunya mereka sudah tahu mana yang salah dan mana yang benar.

"Tolong lah, Gi. Tolong ngertiin anak kamu." Lirih Wendy.

"Aku capek, mau mandi!" Tegas Regi, final.

Regi menghela napas panjang, tanpa berkata apapun dia langsung menuju kamar mandi demi menenangkan dirinya. Lebih baik dia mandi dari pada berdebat dengan sang istri yang tidak akan ada ujungnya. Regi lelah setelah seharian bertemu banyak orang dan sekarang harus berdebat dengan Wendy.

Lebih baik ia menenangkan diri saja.

Disisi lain dada Wendy seakan diikat. Napasnya terengah engah seakan lari maraton bermeter meter. Dia sangat lelah akan suaminya namun Regi ini keras kepala dan Wendy yang terlalu sabar memilih untuk terus menerobos benteng tinggi antara Regi dan anak anaknya.

Sejauh ini Wendy berusaha membuat kedua anaknya nyaman namun sayangnya sikap Regi sangat bertolak belakang dengan Wendy.





My Family is My Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang