part 4

128 21 4
                                    

"Sarah?"

Sarah langsung bergegas berlari dari dapur ke ruang tamu, karena Aji sudah pulang. Dirumah nggak ada siapa siapa karena anak anaknya belum pulang sekolah. Sarah membukakan pintu dan disana ada Aji dengan tote bag berisi cake Vanilla kesukaan Sarah. Sarah nggak nitip padahal tapi suaminya ini perhatian banget.

Sarah langsung ambil itu tote bag dan Aji langsung masuk ke dalam rumah. Tas dan Jaketnya langsung dia simpan di sofa ruang tv. Kedua kakinya terarah ke dapur, dan dibelakangnya ada sang istri.

Dimeja makan, Sarah udah masak. Makanan buatan istrinya memang nggak ada duanya. Pokoknya masakan Sarah paling enak, dan rasanya pun 11 12 sama buatan Almarhum Mamanya.

Semenjak kepergian Mama, Aji nggak bisa memaafkan dirinya sendiri. Aji sangat menyesal karena dia nggak bisa menjaga Mama dan Shilla. Mama merenggang nyawa karena kecelakaan saat menyelamatkan cucunya, Shilla. Aji sama sekali nggak menyalahkan Shilla kok, malah dia menyalahkan dirinya sendiri.

Berbeda sama Janu.

Aji tahu jika Janu ini emang masih kecewa sama kakaknya. Tapi baik Aji ataupun Sarah sebagai orang tua belum bisa mendamaikan kedua anaknya. Terkadang Aji suka kasihan sama anak pertamanya yang selalu mendapat perlakuan nggak mengenakin dari Januar.

Pernah sekali Aji memarahi Januar karena menolak untuk menjemput Shilla. Dan Sarah juga pernah menampar Januar karena berbicara tidak sepantasnya kepada Shilla. Makin gede, Januar semakin susah untuk di atur. Tapi sebisa mungkin Aji membimbing kedua anaknya untuk taat pada Agama.

"Apa sayang?"

Aji datang dengan satu lusin donat J.Co dan hal itu membuat kedua mata Sarah berhasil berbinar. Aji suka dengan mata Sarah apabila melihat makanan.

"Januar gimana ya, Sar? Kayaknya makin kesini makin nggak perduli sama kakaknya."

Sarah membuka kotak donat itu dan mengambil 1 donat, "Aku udah beberapa kali bilang. Harus sayang sama saudara sendiri, tapi dia kecewa banget kayaknya sama Shilla."

Aji meneguk air jeruk didepannya, "Apa harus kita buat moment mereka biar sering berdua ya?"

Sarah mengangguk. Cara itu tidaklah buruk. Hanya saja Januar ini sangat pintar untuk menghindar. Waktu itu saja disuruh jemput Shilla di Depok, awalnya bilang iya, pas H-10 menit Aji bilang tidak bisa karena temannya tiba tiba masuk rumah sakit.

"Udah pernah kan? Ujungnya mereka akan masing masing."

"Terus gimana dong?"

"Juna sama Leo juga--gitu tau."

Ah hampir lupa. Kakak beradik itu juga memiliki hubungan yang tidak harmonis.

"Ini kenapa ya cucu cucu pak Raharja nggak pada akur?"

Sarah tersenyum sumit. Dia bangkit dan berjalan menghampiri Aji. Sarah berdiri dibelakang Aji dan memeluknya dari belakang, memberikan ketenangan pada Aji dan dari pelukan itu seolah bicara bahwa semua akan baik baik saja. Aji tersenyum dan menepuk punggung tangan Sarah. Kemudian Aji berbalik dan memeluk Sarah.

"Aku seneng kamu begini."

"Semua akan baik baik aja, Ji."

"Semua akan baik baik aja, asal kamu selalu sama aku." Aji mencium pucuk kepala Sarah dan Sarah tersenyum dalam pelukan Aji.

Sarah berdoa semoga keharmonisan rumah tangganya akan seperti ini terus. Dan mereka akan bekerja sama untuk mencari jalan keluar setiap permasalahan dari keluarganya.

"Ya udah, kita biarin mereka berdua aja gimana? Suruh aja belanja bulanan, Shilla yang bawa mobil."

Aji mengangguk dan mencium pucuk kepala Sarah lagi. Inilah yang ia suka dari istrinya, selalu memiliki jalan keluar.

My Family is My Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang