Part 9

140 19 2
                                    

Tama. Hanyalah seorang pria yang berusaha menjadi penopang dalam keluarga kecilnya. Namun karena godaan dari luar yang mempesona, ia gelap mata sampai lupa bahwa yang selama ini ia tinggali lebih dari segalanya. Malam ini Sahara masih menggenggam tangan Tama sementara Juna dan Leo duduk di kursi. Diruang rawat inap itu anak anak Tama menjadi saksi betapa Sahara mencintai Tama.

Tama tiba tiba kena tipes dan dokter menyarankan untuk dirawat inap. Sampai saat ini Tama belum bangun dari tidurnya. Sahara begitu khawatir karena dari tadi siang Tama belum makan. Pagi tadi Tama bangun dan dia hanya diam saja.

"Bunda—tidur ya? Biar aku jagain Papa."

"Kalian pulang aja, besok sekolah."

"Nggak apa apa. Bunda sama Leo pulang, aku jagain Papa ya?"

"Biarin bunda yang jagain aja, Jun." Ucap Sahara.

Juna menghela napas panjang saat melihat seutas senyum teduh dari sang bunda. Sahara tidak mau meninggalkan Tama disini. Tama membutuhkan dirinya. Meski Tama selalu menyakiti Sahara bukan berarti dia tidak menjalankan kewajibannya. Ia masih jadi istri Tama dan tidak mungkin Sahara mengabaikan Tama kan?

Leo langsung mencium kening Sahara dan menarik Juna untuk keluar dari kamar Tama. Mereka meninggalkan Sahara sendirian disana. Leo paham jika Bundanya ini ingin bersama Papanya lebih lama, hanya berdua. Tak apa. Semoga dengan ini mereka bisa menyelesaikan masalah yang dibuat Tama.

Awalnya memang Juna sangat marah pada Tama begitupun Leo. Namun melihat ayah mereka terbaring dengan suhu tubuh sangat tinggi itu membuat hati mereka mencair.

"Papa kayaknya batin deh."

"Kayaknya. Lagian sosoan selingkuh. Didiemin anak sama istrinya aja udah kena tipes."

"Tapi gue nggak tega liat Papa begini."

"Biarin aja, biar tahu rasa bapak lu."

"Bapak gue ya bapak lo juga ya, Junaedi!" Pekik Leo dan Juna hanya tertawa saja.

Benar juga. Ayah Leo adalah Ayah dia juga.

"Terus dia sama si Rosa—Rosa itu gimana?"

"Denger denger katanya Rosa udah resign."

Leo hanya mengangguk saja. Dengan resignnya Rosa itu membuat hati Leo lega dan ia bisa bernapas dengan lega sekarang. Setidaknya Papanya dan Rosa tidak akan pernah bertemu lagi dan semoga saja hubungan mereka sudah berakhir.

"Bang! Lo tahu nggak kalau Janu di skors? Besok baru masuk tu anak."

Juna mengangguk, "Tahu. Dia kenapa sih?"

"Katanya ngebela teh Shill karena di lecehin."

"Bukannya Janu sama Shilla masih gencatan senjata ya?"

Juna mengangguk, "Iya."

"Masih gara gara kematian Nenek?"

Juna menghela napas panjang dan ia mengangguk, "Januar belum berubah."

"Harusnya dia nggak boleh gitu. Baru tahu rasa kalau kakaknya nggak ada—"

"HEH JONO! Mulut lu!"

Leo menoleh dan terkekeh disana. Sebenarnya Leo juga merasa kehilangan atas kematian nenek, hanya saja Leo tidak menyalahkan siappapun disini. Itu mungkin sudah takdir nenek jadi mau bagaimana lagi?

"Terus mereka sekarang gimana, Bang?"

Juna mengangkat bahunya, "Nggak tahu gue."

"Gue ngelihatnya teh Shilla kayak sedih banget jauh sama adiknya—Bang! Lo jangan gitu ya bang sama gue!" Pekik Leo.

My Family is My Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang