"Aku tidak lupa, tapi minimal harus totalitaslah!"
Ingin rasanya Kiara menjambak mulut sang adik, yang begitu enteng bila berucap sesuatu.
Ketika sudah sampai di salon Kiara langsung di suruh duduk, dan Tiara yang bicara pada pegawai rambut apa yang dia mau untuk kakanya itu.
"Aku yang memilih gaya rambutnya, dan kau harus nurut!" Bisik Tiara melihat wajah masam sang kakak dari pantulan cermin.
"Hmmm!" Balasnya.
Tiara duduk sambil memperhatikan sang kakak yang sedang di potong rambutnya.
"Nona, sudah selesai" Ucap pegawai itu, sambil melepas kain yang menutupi tubuh Kiara.
"Tidak terlalu buruk, terima kasih yaa!" Balas Kiara pada pegawai itu.
Lalu Kiara berjalan ke arah Tiara yang masih asik dengan ponselnya, sampai tidak menyadari Kiara yang sudah berdecak pinggang di depannya.
"Eh, sudah kak?"
"Menurutmu?"
"Oh sudah, eh tidak terlalu buruk bukan? Apa kau menyukai gaya rambut barumu kak?"
"Terpaksa!" Balas Kiara malas, lalu beranjak dari salon itu.
Yang membayar tagihannya sudah pasti Tiara, Tiara yang membiayai semuanya.
"Eh tunggu kak! Kita akan ke toko baju selanjutnya, ayo!" Tiara menarik paksa tangan Kiara, menuju ke salah satu toko baju.
"Tidak kah kita membeli minum dulu? Aku sangat haus!" Ujarnya memelas.
"Itu nanti saja sekalian makan, sekarang pilih baju dulu aku ingin kau pakai baju yang oversize dan mengunakan rok saja!"
"Hah! Yang benar saja? Itu akan menyulitkan ku nantinya Tiara!" Protes Kiara, membuat sang adik yang sedang memilih baju membalik badan dan menatapnya tajam.
"Jadi menurutmu pembantu itu memakai baju apa? Gaun pesta atau gamis hah?"
"Bukan begitu, tidak bisa kah pakai baju pendek saja?"
"Tidak! Badanmu terlalu bagus untuk seorang pembantu, nanti justru mereka sukanya padamu lagi, bukan padaku!" Ujarnya melihat sang kakak dari atas sampai bawah lalu melanjutkan memilih beberapa baju.
"Wajar saja, aku memang bukan pembantu!" Geram Kiara.
Ketika sudah mendapat lima baju atasan seperti sweater dan lima rok plisket semata kaki dengan bermacam warna, hot pants untuk dalamannya.
Ketika ingin membayarnya Tiara baru ingat ada satu barang lagi yang harus di beli.
"Oh iya Mbak, di mana tempat kacamata?" Tanya Tiara.
"Di bagian belakang Kak, mari saya antar" Jawabnya lalu mengantar Tiara dan Kiara ketempat kacamata.
"Baiklah terimakasih, kau boleh kembali" Perintah Tiara, dan pegawai itu mengangguk lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara [On Going]
Novela JuvenilFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Karena ambisi membuat akal sehat lenyap, segala cara di lakukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Kelabilan pemikiran memicu pemaksaan dan melakukan yang tidak-tidak. Akankah Kiara bisa, menuruti perintah gila sa...