16. Pistol dan Belati

155 69 242
                                    

Kiara mendomblong melihat ruangan yang hendak di masukinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kiara mendomblong melihat ruangan yang hendak di masukinnya.

"A-ada ruangan d-disini tuan?" Tanya Kiara heran.

Sebenarnya bukan hal aneh bila ada kamar pribadi, diruangan sang pemilik perusahaan.

Karna Kiara juga punya ruangan khusus untuknya beristirahat di kantor, tapi terpisah, tidak tersembunyi seperti milik Aland ini.

Kiara memapah Aland, posisi tangan Aland berada dipundak Kiara dan tangan Kiara berada dibelakang pinggang Aland.

Ketika Kiara sedang mencari posisi tangannya supaya enak, tapi tangan Kiara seperti memegang beda lain.

"Pistol?" Batin Kiara.

Sedikit kaget tapi dia berusaha menyembunyikan nya.

"Kau boleh keluar" Ujar Aland, ketika sudah sampai di kamar, dan Aland yang sudah di kasur sedang mencari posisi nyaman.

"B-baik tuan, panggil saya jika butuh sesuatu" Pesan Kiara.

"Hmm"

Lalu Kiara duduk di sofa, ketika hendak memejamkan mata, tiba-tiba Tamara masuk ke ruangan Aland dengan santainya.

"Di mana Aland?" Tanya Tamara yang berdiri di dekat meja kerja Aland.

"Dia sedang istirahat"

"Istirahat? Dimana?"

"Di kamarnya" Jawab Kiara, lalu mengambil majalah yang ada di meja.

"Kamar? Kamar yang mana?"

"Kamar, di balik rak buku itu" Jawab Kiara malas, pikirnya Tamara pasti sudah tau kamar pribadi Aland, Tamara kan asisten dan juga teman Aland.

Tamara mendekati rak buku itu, tapi di penglihatan Tamara itu hanya rak buku biasa.

"Heh babu! Aku bertanya serius, dan kau malah bercanda tentang keberadaan Aland! Di mana dia sekarang?" Tamara merasa di permainan.

"Tapi, memang tuan Aland sedang istirahat, di balik rak itu ada kamar yang luas!"

"Mana buktinya, hah! Mana?" Teriak Tamara sambil memgang rak buku itu.

"Aku tidak bisa membukanya, hanya Tuan Aland yang bisa" Jawaban jujur Kiara, malah membuat Tamara jengkel.

"Kau berbohong! Dan pembohongan harus dapat hukuman!" Bisik Tamara pelan, menekankan setiap kalimatnya.

"Aku tidak berbohong, jika tidak percaya, coba hubungi nomor ponsel Tuan Aland!"

"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, sadarlah! Kau hanya seorang babu, bahkan..levelmu saja jauh di bahwa Aland"

"Maksudmu apa?!" Tanya Kiara yang masih mencoba sabar.

"Ya, aku hanya sekedar mengingatkan, barangkali...kau lupa dengan posisimu!" Ucap Tamara bengis.

Luka Lara [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang